Homili Hari Minggu Biasa ke-XIIIB – 2021

Hari Minggu Biasa XIIIB
Keb. 1:13-15; 2:23-24;
Mzm. 30:2,4,5-6,11,12a,13b;
2Kor. 8:7,9,13-15;
Mrk. 5:21-43

Kembalilah kepada Yesus!

Saya pernah memberikan sakramen perminyakan kepada seorang ibu yang mengalami sakit jantung di rumahnya. Ibadat suci itu berjalan dengan lancar, diikuti suami, anak-anak dan cucu-cucu. Setelah selesai memberi sakramen perminyakan, ibu itu menarik tangan saya dan berbisik: “Romo John, saya sudah lama jauh dari Tuhan. Sekarang setelah menerima sakramen perminyakan ini, saya mau kembali kepada-Nya”. Saya menjawabnya: “Tuhan sungguh baik dan Dia mengasihimu. Kembalilah kepada-Nya setelah sembuh dan layanilah dengan sukacita”. Ibu itu disembuhkan oleh Tuhan dan kini hidupnya diabdikan untuk Tuhan dengan melayani sesama yang sakit jantung. Tuhan itu selalu memberi kejutan-kejutan tertentu di dalam hidup ini. Dari hal-hal yang sederhana ini kita belajar untuk menjadi dewasa dalam iman. Dalam masa pandemi ini, banyak orang juga memiliki pengalaman yang mirip yakni memiliki hasrat yang kuat untuk kembali kepada Tuhan.

Pada Hari Minggu Biasa ke-XIII ini kita semua dikuatkan oleh Tuhan Yesus untuk kembali kepada-Nya. Kita tidak dapat mengandalkan diri kita, atau merasa diri kita sudah hebat dan dapat menyelesaikan persoalan hidup, sakit penyakit kita dengan kekuatan diri kita tanpa mengandalkan Tuhan. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Sine me nihil potestis facere” atau “Terlepas dari Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Maka hal yang Tuhan harapkan dari kita pada hari ini adalah supaya kita kembali kepada-Nya.

Apa maksud ‘kembali kepada Yesus’ dalam bacaan Injil? Mari kita perhatikan kedua kisah wanita yang masing-masing memiliki angka dua belas, yang kiranya mewakili dua belas suku Israel dan kita semua. Perempuan pertama. Penginjil Markus tidak menyebut namanya. Dia mengalami kesembuhan dari Yesus setelah dua belas tahun mengalami sakit pendarahan. Ia telah mengurbankan segalanya untuk mendapatkan penyembuhan tetapi sia-sia saja bahkan semakin memburuk. Dalam suasana seperti ini, ia mengingat Tuhan Yesus dan mengambil keputusan yang tepat untuk kembali kepada Tuhan Yesus. Ia berusaha melwati rintangan dan halangan untuk sampai kepada Yesus. Ia berkata dalam hati: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” (Mrk 5:28). Dengan datang kepada Yesus maka mukjizat pun terjadi: “Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.” (Mrk 5:29). Tuhan Yesus tahu, tetapi Dia mencobai iman mereka dengan bertanya: “Siapa yang menjamah jubah-Ku?” (Mrk 5:30). Yesus memandang perempuan yang menjamah jubah-Nya dan berkata: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” (Mrk 5:34). Wanita pertama ini hebat. Dia percaya kepada Yesus, meski hanya menyentuh ujung jubah-Nya saja. Sungguh, imannya kepada Yesus menyelamatkannya. Iman diri pribadinya sungguh menyelamatkannya.

Perempuan kedua, juga tanpa nama. Hanya diketahui nama ayahnya yaitu Yairus, seorang kepala rumah ibadat. Artinya sang ayah ini beriman dan dekat dengan Tuhan. Ia datang kepada Yesus, tersungkur di hadapan Yesus serta memohon untuk menyelamatkan dan menghidupkan anak perempuannya yang berusia dua belas tahun dan sedang sakit berat dengan meletakkan tangan-Nya yang kudus ke atasnya. Ternyata anak perempuan itu sudah mati. Yesus menenangkan mereka semua dengan mengatakan bahwa anak perempuan berusia dua belas tahun itu hanya tidur saja. Tuhan Yesus lalu memegang tangan anak itu dan berkata: “Talita kum” yang berarti “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” (Mrk 5:41). Anak itu seakan bangun dari tidurnya dan Yesus meminta mereka untuk memberinya makan. Kisah wanita kedua ini menjukkan bahwa ia memperoleh kehidupan dan keselamatan karena iman orang lain, dalam hal ini iman ayahnya kepada Yesus. Kebangkitan anak perempuan ini dapat terjadi karena Yairus sang ayah kembali kepada Yesus.

Pengalaman keluarga Yairus ini sungguh merupakan pengalaman akan Allah yang indah. Allah yang maharahim bagi umat kesayangan-Nya. Kita membaca di dalam Kitab Kebijaksanaan: “Memang maut tidak dibuat oleh Allah, dan Iapun tak bergembira karena yang hidup musnah lenyap. Sebaliknya Ia menciptakan segala-galanya supaya ada, dan supaya makhluk-makhluk jagat menyelamatkan. Di antaranyapun tidak ada racun yang membinasakan, dan dunia orang mati tidak merajai bumi. Maka kesucian mesti baka.” (Keb 1:13-15). Tuhan tidak menciptakan maut, Dia menghendaki kesucian dan keabadian. Ini adalah kebenaran dan patut kita percaya karena kita sendiri akan mengalaminya pada saat yang tepat. Hal lain yang penting di sini adalah pertobatan yang membawa kepada kekudusan.

Apa yang harus kita lakukan?

St. Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan kita semua supaya kemnbali kepada Kristus, kita perlu membangun solidaritas. Semangat solidaritas sebagai saudara seiman memiliki dasar yang kuat pada kasih dan persaudaraan sejati dalam Kristus. Itu sebabnya Paulus mengharapkan supaya jemaat di Korintus itu kaya dalam pelayanan kasih. Bagi Paulus, pelayanan kasih itu berdasar pada iman, perkataan, pengetahuan, kesungguhan untuk membantu dan kasih kepada para rasul. Dasar dari semua ini adalah kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus. Dialah yang memberi teladan kepada kita: “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” (2Kor 8:9). Ini juga menjadi alasan bagi kita untuk kembali kepada Kristus.

Apakah anda juga sudah kembali kepada Yesus? Masa pandemi ini memanggil kita semua untuk kembali kepada Yesus, mengimani-Nya, mengandalkan-Nya. Banyak di antara kita sudah semakin jauh dari Yesus, tidak mengandalkan-Nya, kecewa karena berbagai pengalaman manusiawi kita selama masa pandemi ini. Namun dua perempuan hebat, tanpa nama dalam Injil hari ini telah mampu mengubah kiblat hidup kita untuk kembali kepada Yesus. Andalkanlah Yesus bukan andalkan dirimu atau dukun atau pendoa mata duitan. Kembalilah kepada Yesus sekarang juga dan rasakan kasih dan mukjizat yang nyata, penyembuhan jasmani dan rohani dalam hidupmu.

Doa: “Tuhan Yesus, tambahkanlah iman kami kepada-Mu dan sembuhkanlah kami semua.” Amen.

P. John Laba, SDB