Food For Thought: Kristus adalah Damai kita

Menata kembali rasa damai

Adalah Adelaide Anne Procter (1825-1864). Beliau dikenal sebagai salah seorang penulis puisi kenamaan berkebangsaan Inggris. Ia pernah berkata: “Joy is like restless day; but peace divine like quiet night; Lead me, O Lord, till perfect Day shall shine through Peace to Light.” (Sukacita itu laksana sebuah hari yang gelisah; tapi damai ilahi menyerupai malam yang tenang; Pimpinlah aku, ya Tuhan, hingga mencapai hari yang sempurna akan bersinar melalui damai menuju terang). Damai ilahi adalah damai dari Tuhan maka sudah pasti penuh dengan ketenangan. Damai yang penuh dengan ketenangan terjadi karena damai itu adalah sebuah anugerah dari Tuhan.

Tuhan Yesus berkata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” (Yoh 14:27). Dan damai titipan Tuhan itu tidak boleh hanya menjadi milik pribadi kita. Damai harus menjadi milik semua orang dan berkembang dalam hidup bersama. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat 5:9). Lihatlah betapa Tuhan Yesus mengasihi kita hingga menitip damai-Nya kepada kita semua.

Damai bukan menyangkut apa melainkan siapakah. Damai bukan menyangkut benda mati melainkan menyangkut pribadi seorang yang membawa damai itu sendiri. Dialah Yesus Kristus yang datang ke dunia untuk membawa damai sejati kepada kita semua. Damai macam apakah yang kita butuhkan dalam hidup kita menuju sebuah masa depan yang lebih baik. Tentu saja damai yang mengikat jasmani dan rohani kita secara sempurna.

Bagaimana kita dapat menyadari damai jasmani dan rohani kita secara sempurna? Mari kita coba mengingat-ingat pengalaman-pengalaman rohani dari pendahulu kita. St. Paulus menyadari kesempurnaan damai jasmani dan rohani dalam konteks relasi damai dengan pribadi Yesus sendiri. Bagi Paulus, “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan.” (Ef. 2:14). Egli infatti è la nostra pace! Dia adalah sesungguhnya damai kita! Mengapa demikian? Sebab Ia telah merubuhkan perseteruan. Yesus yang satu dan sama telah memperdamaikan perseteruan di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. In Cruce Salus! Pada Salib ada keselamatan!

Bagi St. Paulus, Yesus datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kita yang “jauh” dan damai sejahtera kepada mereka yang “dekat”, karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.” (Ef 2:17-18). Kristus adalah Anak Allah yang menjadi satu-satunya Jalan kepada keselamatan. Dia adalah damai kita, Dia adalah keselamatan kita. Dialah gembala yang baik yang mengenal, menjaga dan menyelamatkan kita sampai tuntas. Tugas kita saat ini adalah menata damai bersama Yesus sang Raja Damai kita.

Tuhan melindungi, menjaga dan mendamaikan kita semua.

PJ-SDB