Food For Thought: Selalu bangga dengan Tuhan Yesus

Selalu bangga dengan Tuhan Yesus

Saya pernah membimbing rekoleksi umat dari sebuah lingkungan. Dalam acara sharing bersama di kelompok, saya begitu terpesona saat mendengar sharing seorang bapa yang selalu rajin ke Gereja. Ia mengakuinya sebagai bagian dari devosi pribadinya kepada Tuhan Yesus dalam sakramen Mahakudus. Mengapa dia memiliki devosi yang kuat kepada Yesus dalam Sakramen Mahakudus? Alasannya sederhana tetapi mendalam: “Karena Yesus memberi diri-Nya yakni Tubuh dan Darah-Nya bagi keselamatan dunia. Tuhan Yesus mempersembahkan diri-Nya satu kali untuk selama-lamanya dan bagi semua orang.“ Tuhan Yesus memang luar biasa. Keselamatan sungguh nyata karena kasih-Nya.

Sharing umat ini menuntun saya sebagai imam yang merayakan Ekaristi untuk merayakannya dengan penuh devosi. Di dalam Ekaristi, Tuhan menjadikan saya sebagai manusia yang tidak sempurna untuk menghadirkan Tuhan Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia supaya menyempurnakan semua orang termasuk saya sendiri. Dalam kelemahan, ternyata Tuhan tetap menguatkan saya untuk terus bersaksi dan melayani. Melayani dengan penuh sukacita apapun situasinya.

Perkataan Tuhan Yesus yang menguatkan dan membanggakan adalah: “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” (Yoh 6:51). Tuhan Yesus adalah roti hidup, makanan yang memberi hidup, bukan hanya hidup sementara tetapi hidup abadi. Dari roti yang satu dan sama ini akan melegahkan seluruh dunia. Roti melambangkan tubuh Yesus sendiri, bukan tubuh hewan tertentu yang pernah menjadi kurban bakaran para imam dalam dunia perjanjian lama di dalam Sinagoga. Darah Kristus sendiri yang mengalir dan membersihkan luka-luka dan borok dalam hidup kita. St. Petrus berkata: “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.” (1Ptr 2:24).

Saya bangga dan berterima kasih kepada Yesus sang Roti Hidup. Saya selalu merayakan Ekaristi, menghadirkan Kristus secara nyata. Saya dan umat sama-sama memandang Yesus yang satu dan sama. Tepatlah St. Thomas Aquinas dalam sebuah himnenya: “Adoro te devote, latens Deitas, Quæ sub his figuris vere latitas; Tibi se cor meum totum subjicit, Quia te contemplans totum deficit.” (Allah yang tersamar, Dikau kusembah, sungguh tersembunyi, roti wujudnya. S’luruh hati hamba tunduk berserah, ‘Ku memandang Dikau, hampa lainnya).

St. Dominkus de Guzman, doakanlah kami. Amen.

P.John Laba, SDB