Hari Senin, Pekan Biasa ke-XIX
Teresia Benedikta dari Salib
Ul. 10:12-22;
Mzm. 147:12-13,14-15,19-20;
Mat. 17:22-27
Sharing is Caring
Masa pandemi selalu memiliki cerita tersendiri. Ada dua kata yang mengapiti masa ini yakni kata berkat dan kutuk. Banyak orang pasti langsung berpikir bahwa masa pandemi sesungguhnya merupakan sebuah kutukan sebab banyak orang mengalami penderitaan, kemalangan, kematian. Kita semua sedang merasakannya dan boleh dikatakan lumrah dalam hidup ini ketika orang manganggapnya sebagai sebuah kutukan. Ada juga yang masih belum percaya bahwa ada covid-19. Sebab itu mereka tidak patuh pada protokol kesehatan dan berujung pada maut. Ada juga yang tidak melulu melihat pandemi sebagai kutuk, melainkan sebagai berkat. Dalam masa pandemi ini kita akhirnya memiliki habitus baru yakni semangat menjaga dan melindungi diri dengan mematuhi protokol kesehatan, orang memiliki persaudaraan tanpa sekat karena mempunyai satu musuh yang sama yaitu corona. Relasi antar pribadi juga tanpa sekat karena melalui daring. Satu hal yang menarik adalah sharing is caring menjadi sebuah kebiasaan yang bagus. Kita semua sudah berada di tahun kedua dalam masa pandemi sehingga lama kelamaan orang bersahabat dengan pandemi ini.
Sharing is caring artinya berbagi adalah tanda kepeduliaan. Sharing is caring adalah sebuiah gerakan empati yang berasal dari hati dan dilakukan dengan hati. Selama masa pandemic ini, ada banyak kelompok yang muncul sebagai gerakan kepedulian untuk berbagi dengan sesama manusia tanpa sekat. Prinsipnya, semua manusia adalah sama dan bersaudara sehingga ketika ada seorang yang terkena musibah, manusia yang lain itu akan menjadi sesama bagi dia. Saya memiliki pengalaman dalam hal sharing is caring. Saya menjadi moderator bagi bagi kelompok pelayan belas kasih Allah St. Leopold. Ketika kita sedang berjalan bersama dalam masa pandemi ini, kami melakukan dua kegiatan: Pertama, kegiatan rohani yakni dengan melakukan zoom meeting untuk mendoakan sesama yang terpapar, bersyukur bagi mereka yang sembuh. Kedua, melakukan gerakan pelayanan karitatif yang disebut gerakan 5r2i (lima r dan dua i) dalam hal ini lima roti dan dua ikan. Kelompok Pelayan belas kasih Allah St. leopold ini memberi makan siang kepada para pemulung, membagi sembako kepada keluarga-keluarga yang terpapar C-19, bekerja sama dengan jaringan lain untuk menolong sesama tanpa sekat, lintas batas. Ini berlangsung sampai saat ini dengan bantuan donasi dari orang-orang yang mau melakukan sharing is caring. Prinsipnya jelas dari Injil bahwa dengan lima roti dan dua ikan, Tuhan Yesus dapat memperbanyak dan memberi makan kepada lima ribu orang, belum termasuk perempuan dan anak-anak. Sisanya malah masih dua belas bakul. Tuhan tidak melihat sedikit atau banyaknya, Dia melihat hati yang tulus untuk peduli dan berbagi dengan sukarela. Dengan sedikit yang kita miliki dapat memuaskan banyak orang yang sedang membutuhkan pertolongan.
Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengarahkan kita untuk berani berbagi sebagai tanda kepeduliaan. Tuhan Yesus dalam bacaan Injil, mengawalinya dengan menyampaikan kepada para murid-Nya tentang penderitaannya: “Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali.” (Mat 17:22-23). Penderitaan Kristus, hingga wafat dan kebangkitan-Nya adalah sebuah tanda kepedulian bagi manusia. Tuhan Yesus di sini memberikan diri-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang. Ini bukan hanya sekedari tanda solidaritas Bapa bagi manusia tetapi sebuah empati Allah yang kudus bagi manusia yang berdosa.
Hal kedua yang menarik perhatian adalah soal membayar pajak. Yesus mengajarkan bagaimana orang sadar sebagai warga negara di dunia ini. St. Paulus nantinya menambahkan: “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat.” (Flp 3:20). Sebagai warga negara di dunia, kita memiliki hak dan kewajiban. Salah satunya adalah membayar pajak. Ketika itu para petugas pajak bertanya kepada Petrus: “Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?” (Mat 17:4). Yesus tidak hadir saat itu tetapi dia mengetahui segala sesuatu. Sebab itu Ia berkata kepada Petrus: “Supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.” (Mat 17:27). Tuhan Yesus menunjukkan sharing is caring dengan Petrus: “bayarkanlah kepada mereka bagi-Ku dan bagimu juga”. Orang yang membayar pajak adalah orang asing. Tugas dan kewajiban mereka adalah terus membayar pajak meskipun mereka di tindas.
Sharing is caring juga ajarkan Tuhan melalui Musa bagi bangsa Israel. Mereka diingatkan supaya hidup sesuai dengan hukum yang ditetapkan bagi mereka: “Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh Tuhan, Allahmu, selain dari takut akan Tuhan, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan Tuhan yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu.” (Ul 10:12-13). Berbagi sebagai tanda kepedulian ditunjukkan dalam hidup yang nyata yakni membela hak-hak orang lemah seperti para janda dan anak-anak yatim, menunjukkan kasih kepada orang asing dengan memberi makan dan minum. Semua ini dapat dilakukan kalau orang dapat bertobat atau dengan menyunatkan hatinya.
Perkataan Tuhan ini lebih dikenal sebagai perbuatan-perbuatan kerahiman yang bersifat jasmani. Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK, 1447) disebutkan tujuh perbuatan kerahiman jasmani: Memberi makan kepada orang yang lapar, memberi minuman kepada orang yang haus, memberi perlindungan kepada orang kepada orang asing, memberi pakaian kepada orang yang telanjang, melawat orang sakit, mengunjungi orang yang dipenjara dan menguburkan orang mati. Semua perbuatan kerahiman yang bersifat jasmani ini merupakan perbuatan-perbuatan yang menjadi tanda kepedulian kepada sesama. Semua yang kita lakukan kepada sesama seperti ini, kita lakukan bagi Tuhan Yesus (Mat 25:40).
Kita bersyukur karena Tuhan selalu menguatkan kita melalui sabda-Nya. Mari kita berusaha untuk menunjukkan semangat sharing is caring kepada sesama yang sangat membutuhkan di masa pandemi ini.
P. John Laba, SDB