Food For Thought: Bertekunlah dalam iman

Bertekunlah dalam iman

Di negeri +62 ini selalu ada hal tertentu yang boleh dikatakan ‘aneh tetapi nyata di depan mata kita’. Salah satu ‘hal tertentu’ yang saya maksudkan di sini adalah ramainya pembicaraan di dunia nyata dan dunia maya tentang ‘penista’ dan ‘penistaan agama’. Selama lima tahun terakhir ini, kalau menyebut penista dan penistaan agama maka pikiran orang langsung tertuju pada sosok Ahok. Para pembencinya sampai saat ini masih melabelnya sebagai penista agama. Belakangan ini telah ditangkap dua sosok lain yang sama-sama dilabel sebagai penista agama. Mereka adalah MK sebagai murtadin dan YYW sebagai mualaf. Sebenarnya baik murtadin maupun mualaf memiliki kesamaan yakni mereka merasa nyaman kalau bisa menjelekkan agama asalnya. Kalau tidak bisa menjelekkan agama asalnya atau agama sebelumnya maka orang itu belum ada apa-apanya. Pokoknya kata kuncinya adalah ‘menjelekkan’ agama asalnya dan memandang agamanya yang baru sebagai sebuah kemenangan baginya. Kedua sosok yakni MK dan YYW telah mencederai kebinekaan yang sudah lama ditenun di negeri +62 ini.

Saya merasa yakin bahwa kita semua sepakat untuk menolak sikap-sikap orang beragama yang sangat ‘fanatik buta’ terhadap orang lain. Orang-orang seperti ini tidak dapat hidup berdampingan dengan orang lain, padahal hidup berdampingan adalah salah satu tanda bahwa orang itu beriman. Iman adalah anugerah cuma-cuma yang Tuhan berikan kepada manusia. Dia memberi karena kasih-Nya yang tiada batasnya, selalu baru bagi manusia. Sebab itu doa akan menguatkan kita semua, baik sebagai umat maupun sebagai gembala. Semua kejahatan dan bentuknya, tahayul akan mudah dihalau melalui doa. Tanpa doa untuk mengusir roh-roh jahat maka mereka bisa menjadi ‘Legion’ dan menyengsarakan generasi ke generasi. Kata kuncinya adalah iman maka bertekunlah dalam iman.

Emang kamu beriman (EKB)? Ini adalah sebuah pertanyaan sederhana tetapi memiliki makna yang sangat mendalam. Kita semua mengakui diri sebagai orang beriman, meski ada juga yang sedang melakukan sebuah kebohongan publik karena mereka sebenarnya tidak atau belum beriman. Hidup keimanan mereka sangatlah dangkal. Orang benar-benar beragama kalau ada kemiripan antara ajaran agama dan kehidupan yang nyata. Tuhanlah yang mengubah hidup kita di hadirat-Nya yang Mahakudus. Santo Paulus mengatakan: “Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.” (Kol 1:21-22). Orang beriman pernah mengalami kegelapan dalam hidup dan sekarang melihat terang. Semua ini karena kasih dan kebaikan Tuhan Yesus Kristus. Untuk itu kita bertekun dalam iman kepada-Nya dalam setiap situasi hidup kita.

Tuhan memberkati kita semua dan selamat malam.

PJ-SDB