Pohon dan buah!
Mengakhiri hari ini saya merenung tentang kemurahan hati Tuhan Allah sang Pencipta. Dia menciptakan dunia dan isinya. Dunia tidak kosong, Dia menciptakan dari ketiadaan dan melengkapinya dengan sangat sempurna adanya. Misalnya ada pepohonan yang menghiasi dunia. Kita mengingat-ingat gambaran tentang taman Firdaus yang hijau karena tanaman-tanaman yang subur, bahkan manusia pertama sendiri jatuh ke dalam dosa karena memakan buah dari pohon pengetahuan yang dilarang Tuhan untuk memakan buahnya. Dari banyak tumbuhan yang ada di tanah suci, ada tujuh spesies yang bertumbuh subur di sana yakni gandum, jelai, anggur, ara, delima, zaitun dan korma. Ketujuh spesies tanaman ini sekaligus menghasilkan uang bagi masyarakat di sana. Suasana pertanian, apalagi di sekitar danau Galilea yang subur inilah yang membuat Tuhan Yesus selalu mengambil contoh-contoh konkret tentang pertanian untuk menggambarkan tentang Kerajaan Allah yang dihadirkan-Nya.
Pada hari ini Tuhan Yesus dalam Injil menurut Lukas mengatakan: “Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.” (Luk 6:43-44). Perkataan Yesus ini memang berdasarkan kenyataan yang ada. Setiap pohon dikenal dari buahnya: tidak ada pohon yang baik menghasilkan buah yang tidak baik, tidak ada pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang baik. Di tanah suci banyak semak duri yang menjadi tanaman pengganggu bagi ketujuh spesies yang disebutkan di atas.
Dari pohon dan buah, mari kita berefleksi tentang hidup kita yang nyata di hadirat Tuhan. Saya hanya mengambil satu pesan rohani tentang pohon dan buah yakni menyangkut aspek keteladanan. Keteladanan memang mudah dikatakan tetapi sulit untuk dilakukan. Keteladanan selalu berkaitan dengan tanggung jawab moral dari setiap pribadi terutama mereka yang memiliki tanggung jawab kepada sesama manusia. Orang tua memiliki panggilan istimewa untuk menjadi pendidik nomor satu bagi anak-anak mereka. Pendidik atau educator perlu menunjukkan keteladanan. Salah mendidik dan memberi teladan maka akan terlihat hasilnya. Anak-anak yang ceriah dan bahagia berasal dari keluarga yang orang tuanya mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pemberi teladan nomor satu. Anak-anak yang luka batin pernah merasakan pelecehan, kekerasan fisik dan verbal di dalam rumahnya sendiri. Para guru dan pembina orang muda dan remaja juga memiliki andil besar dalam memanusiakan mereka. Keteladanan tetaplah nomor satu. Kalau saja anak-anak atau siapa saja yang hidupnya baik dan berhasil maka orang akan tanya siapa orang tuanya, siapa gurunya, dari manakah ia menyelesaikan Pendidikan terakhirnya.
Apakah anda merupakan pohon yang baik? Apakah anda masih merupakan pohon yang rapuh? Mari kita sama-sama berkiblat kepada Tuhan. Dia yang berkehendak, Dialah yang siap untuk mengubah hidup kita menjadi layak di hadirat-Nya.
Tuhan melindungi dan memberkati kita semua,
P. John Laba, SDB