Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXX
Rm. 8:18-25;
Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6;
Luk. 13:18-21
Semakin bertumbuh dan berkembang
Beberapa hari yang lalu saya mendapat sebuah link youtube yang isinya adalah tentang data tahunan Gereja Katolik sedunia pada tahun 2019. Data-data memperlihatkan bahwa jumlah umat katolik pada tahun 2019 bertambah 15 juta orang atau 17.74% dari seluruh penduduk dunia. Semua umat dilayani oleh 5.364 uskup, 414.336 imam, di mana terdapat 282.146 imam Diosesan dan imam Tarekat 132.000 orang. Silakan melihatnya di link ini: https://youtu.be/bQmYmKAKETI. Data-data ini sudah berubah di dua tahun terakhir ini akibat pandemi C-19 karena banyak orang yang meninggal dunia. Tentu saja ada banyak orang yang menyukai data-data kuantitatif seperti ini. Mereka menyukai angka-angka dan merasa bangga karena meskipun di negeri sendiri termasuk golongan minoritas tetapi di seluruh dunia masih termasuk golongan mayoritas. Orang mudah lupa bahwa jumlah yang besar haruslah seimbang dengan kualitas keimanan, bagaimana mewujudkan hidup sebagai pengikut Kristus yang terbaik. Namun bagi saya, bertambahnya para pengikut Kristus itu adalah tanda bahwa Tuhan Yesus tetap mencintai Gereja-Nya, apapun situasinya. Ini yang kita perlu mensyukurinya.
Data-data yang sama memperlihatkan bahwa dari jumlah yang sedikit yaitu para pilihan Yesus, dalam hal ini kedua belas rasul dan para wanita yang mengikuti dan melayani mereka, jumlah mereka bertambah dan bertambah lagi setelah Hari Raya Pentakosta. Semangat sehati dan sejiwa serta berbagi dalam kasih menjadi kekuatan yang luar biasa untuk mempersatukan, menjadi kesaksian, dan membuat jumlah mereka terus menerus bertambah. Apalagi semangat misioner yang diharapkan oleh Yesus kepada mereka menjadi sebuah perintah yang patut dilaksanakan. Maka para murid Yesus, Gereja masa kini yang tadinya berjumlah sedikit dapat bertambah karena ada kekuatan kasih dari Tuhan Yesus sendiri. Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau sungguh luar biasa.
Sebenarnya semua pengalaman masa kini yakni bertambahnya jumlah pengikut Kristus atau bahwa Gereja masih bertahan di tengah badai karena satu alasan yakni kasih Kristus. Tuhan Yesus tidak pernah berhenti mengasihi Gereja-Nya. Tuhan Yesus tidak pernah berhenti mengasihi anda dan saya. Maka Gereja itu seperti biji sesawi yang diambil dan ditaburkan orang. Biji yang kecil bertumbuh menjadi pohon bahkan burung di udara pun bersarang di atas ranting-rantingnya. Biji sesawi itu kecil tetapi bisa menjadi pohon karena kehendak dan kasih Tuhan sang pencipta. Demikian Gereja juga bertumbuh dan berkembang karena kesaksian hidup serta kegiatan misioner Gereja di dunia sepanjang zaman. Burung-burung kiranya simbol orang-orang yang mengalami kasih Tuhan melalui pelayanan Gereja dan tertarik untuk bergabung dan menjadi pengikut Kristus.
Gereja terus menerus ikut menghadirkan Kerajaan Allah bahkan dengan kekuatan yang tersembunyi. Tuhan Yesus mengumpamakannya dengan ragi yang diambil seorang wanita, diaduk ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai semuanya beragi. Ragi itu tidak kelihatan jelas tetapi membuat adonan bertambah besar. Demikian Tuhan dengan kekuatan ilahi-Nya menumbuhkembangkan Gereja hingga saat ini. Ada kemartiran berabad-abad tetapi ternyata darah para martir tetaplah menjadi benih bagi iman Kristiani.
Pada hari ini kita juga dipanggil untuk ikut menghadirkan Kerajaan Allah bukan dengan kekuatan kita tetapi dengan kekuatan dari kasih Tuhan sendiri. Bukan karena kita yang hebat dalam kerasulan di tengah dunia melainkan Tuhan yang paling hebat karena Dia yang melakukan semuanya. Dari biji sesawi yang kecil dan ragi yang tersembunyi tetapi menjadi sebuah pohoh kehidupan yaitu Gereja Katolik. Tugas kita adalah terus menghadirkan Kerajaan Allah yang penuh dengan kasih, damai, adil dan sukacita.
P. John Laba, SDB