Homili 25 Juli 2022 – Pesta Santo Yakobus

Pesta St. Yakobus Rasul
2Kor. 4:7-15
Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6
Mat. 20:20-28

Melayani sampai tuntas

Pada hari ini kita mengenang sosok seorang rasul inti dari Tuhan Yesus. Namanya rasul Yakobus, saudara Yohanes, anak dari Bapak Zebedeus. Rasul Yakobus yang disebut Yakobus Tua mengalami panggilan perdana dari Tuhan Yesus Kristus di pantai danau Galilea. Kala itu ia bersama adiknya Yohanes sedang membantu ayah mereka Zebedeus membersihkan jalanya. Tuhan Yesus mungkin sudah melihat Yakobus dan Yohanes ketika berjalan-jalan di pantai danau Galilea. Sebab itu ia memanggil mereka dua bersaudara dan menjadikan mereka sebagai penjala manusia. Sikap yang ditunjukkan Yakobus dan Yohanes adalah segera meninggalkan orang tua, para pekerja dan pekerjaannya lalu mengikuti Yesus sebagai penjala manusia sampai tuntas. Yakobus dan Yohanes disapa sebagai putera halilintar. Kedua bersaudara ini menjadi rasul inti Yesus bersama Simon Petrus. Dalam peristiwa-peristiwa istimewa, seperti mereka menyaksikan peristiwa Yesus menampakkan kemuliaan di gunung Tabor, peristiwa Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus dan dalam peristiwa sakratul maut Yesus di taman Zaitun, ketiganya hadir dan menemani Yesus.

Hal yang menarik perhatian dari kehidupan pribadi Rasul Yakobus adalah, Pertama, Dia memiliki iman kepada Yesus yang luar biasa. Sebuah peristiwa misalnya, ketika Yesus ditolak di sekitar daerah Samaria maka Yakobus bereaksi keras dan meminta Yesus untuk menurunkan api dari langit supaya membakar daerah-daerah di Samaria itu. Kedua, Yakobus setia kepada Tuhan Yesus sampai wafat di kayu salib. Kesetiaannya ditunjukkan dengan mengikuti jejak Yesus Kristus sampai tuntas. Dia pun wafat sebagai seorang martir. Yakobuslah Rasul yang pertama meminum piala kemartiran. Atas perintah Herodes Agripa I, ia dijatuhi hukuman pancung pada tahun 43/44M.

Ibu dari anak-anak Zebedeus mengenal dengan baik anak-anaknya. Ia datang dan meminta kepada Yesus agar kedua anaknya diberi kedudukan terhormat di dalam Kerajaan Kristus. Reaksi Tuhan Yesus Kristus atas peritiwa permintaan ibunda anak-anak Zebedeus ini adalah Ia dengan tenang meminta mereka untuk memikirkan apakah mereka sanggup meminum piala penderitaanNya atau tidak. Ketika mereka mengatakan ‘sanggup meminumnya’, Yesus mengatakan bahwa mereka layak meminum piala penderitaan itu, namun hal duduk di dalam Kerajaan Allah hanyalah diberikan kepada orang yang berkenan kepada Allah Bapa. Yakobus wafat sebagai martir dan menjadi tanda kesetiaan-Nya sampai tuntas kepada Yesus. Yakobus melayani Yesus sampai tuntas. Ini benar-benar merupakan sebuah kesaksian hidup yang luar biasa dari Yakobus.

Sambil mengenang sang putera Halilintar, kita semua melihat dua sosok yang luar biasa di sini. Pertama, Sosok Yesus sebagai Guru dan Tuhan yang memilih, memanggil, menentukan dan mengasihi para murid-Nya sampai tuntas. Dia memberi tanggung jawab sebagai penjala manusia meskipun mengalami banyak penderitaan karena memang mereka di utus ke tengah-tengah serigala (Mat 10:16). Dalam bahasanya santo Paulus: “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” (2Kor 4:8-9). Yesus menyertai para murid-Nya hingga akhir zaman (Mat 28:20). Sosok Yesus ini patutlah kita ikuti dalam hidup kita setiap hari. Para orang tua perlu menjadi Yesus yang hadir, menyertai, memberi kepercayaan kepada anak-anaknya. Kedua, sosok Yakobus sebagai Rasul. Tuhan Yesus memberi kepercayaan kepadanya dan dia menunjukkan kesetiaannya sebagai rasul sampai tuntas. Sebagai manusia dia memiliki ambisi tertentu. Ibunya sendiri mengungkapkannya kepada Yesus. Namun kesetiaan kepada Yesus Kristus membuat sang putera Halilintar ini memberi dirinya sampai tuntas. Dia melayani bahkan menyerahkan diri dalam kemartirannya karena mencintai Yesus dan Injil-Nya.

Lalu apa yang harus kita lakukan di dalam hidup ini?

Santo Paulus dalam bacaan pertama mengingatkan kita untuk menyadari tugas dan panggilan kita sebagai pengikut Kristus. Kita perlu menyadari perkataan Paulus ini: “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” (2Kor 4:7). Semua karya dan pelayanan kita itu berasal dari Tuhan bukan dari diri kita sendiri. Terlepas dari Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh 15:5). Tuhan sendirilah yang menjadi sumber kekuatan dalam hidup dan pelayanan kita. Semangat santo Paulus haruslah menjadi semangat kita juga: “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.” (2Kor 4:10-11). Hanya dengan semangat seperti ini maka kita akan setia melayani sampai tuntas. Melayani dengan tulus dan tekun sampai tuntas.

P. John Laba, SDB