Homili 21 September 2022 – Santo Matius Rasul dan Pengarang Injil

Pesta Santo Matius, Rasul dan Penginjil
Ef. 4:1-7.11-13
Mzm. 19:2-3.4-5; R:5a
Mat. 9:9-13

Hidup yang sepadan dengan panggilan

Pada hari ini kita mengenang santo Matius, Rasul dan Penginjil. Beliau dikenal dengan nama Lewi dan diberi label ‘Pemungut cukai’. Nama Matius dalam bahasa Ibrani: מתי, berarti “Hadiah dari YHWH (=YaHWeH atau TUHAN) atau Bahasa Yunani: Ματθαίος, Matthaios. Beliau dikenal sebagai putra Alfeus (Mrk 2:14 dan Luk 5:27). Pekerjaan hariannya adalah memungut pajak dari orang Yahudi untuk raja Herodes Antipas. Tuhan Yesus memanggilnya ketika dia sedang memungut pajak dan dia segera meninggalkan pekerjaannya itu dan mengikuti Yesus. Matius memiliki kemampuan linguistik yang bagus maka ia fasih berbahasa Aram dan Yunani. Setelah dipanggil menjadi murid, Ia mengundang Yesus datang ke rumahnya dan menjamu Yesus. Tentu saja perbuatan baiknya ini menimbulkan gaduh di antara para ahli kitab dan orang Farisi. Mereka tidak segan-segan mengkritik Yesus karena ia duduk dan makan bersama para pemungut cukai dan orang berdosa. Misi Yesus adalah menyelamatkan semua orang yang bertobat dan percaya kepada-Nya. Santo Beda Venerabilis berkata: “Matius, seorang pemungut cukai, menjadi contoh pertobatan dan pengampunan bagi banyak pemungut cukai dan pendosa’.

Kita mendengar dalam bacaan Injil kisah panggilan Matius yang sangat indah dan mengesankan. Tuhan Yesus mungkin sudah berkali-kali melihat Matius duduk di depan meja cukai dan melakukan pekerjaan yang tidak disukai oleh orang-orang yang anti penjajah, khususnya anti terhadap Raja Herodes Antipas. Tuhan Yesus memandangnya dengan penuh kasih dan berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Tentu saja panggilan Yesus ini mengagetkan kita semua. Di pihak Yesus, Ia menekankan urgensinya Kerajaan Sorga maka diharapkan supaya Matius ikut terlibat dalam perutusan untuk mewartakan Kerajaan Sorga, apapun kehidupan pribadinya sebagai pemungut cukai. Sorot mata Yesus kepada Matius ketika dipanggil sangat mengesankan. Dia sungguh merasa dikasihi oleh Tuhan meskipun dibenci manusia. Di sinilah awal pertobatan Matius. Pengalaman akan Allah ditandai dengan pertobatan yang terus menerus. Pertobatan merupakan pengalaman akan kerahiman Allah yang tiada bandingnya.

Lalu pa yang dilakukan Matius yang dilabel sebagai sang oemungut cukai? Dia segera berdiri dan mengikuti Yesus. Matius tidak takut untuk meninggalkan segalanya untuk mengikuti Yesus. Matius tidak melekat pada harta, uang dan kedudukan. Baginya, Kerajaan Surga jauh lebih bernilai. Hal ini kiranya sesuai dengan perkataan Yesus sendiri: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat 6:33-34). Matius sungguh mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya. Dia tidak meragukan panggilan Yesus. Dia percaya bahwa ini adalah rencana dan kehendak Tuhan baginya.

Selanjutnya, Matius menunjukkan rasa syukurnya kepada Tuhan. Ia mengadakan perjamuan di mana Yesus hadir dan duduk maka bersama para pemungut cukai dan kaum pendosa. Sikap Yesus ini menimbulkan gaduh di kalangan lawan Yesus. Namun jawaban cerdas diberikan kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit. Maka pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mat 9:12-13).

Matius adalah kita. Anda dan saya bukanlah orang yang sempurna. Namun Tuhan selalu memiliki rencana untuk menyempurnakan kita. Dia memandang kita dengan sorot mata penuh kasih. Dan saya percaya pada kebenaran perkataan-Nya: “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Mat 9:13). Kita adalah orang berdosa. Kita adalah Matius masa kini yang mengalami kasih Allah dalam diri Yesus Kristus dan penebusan-Nya yang berlimpah. Sebab itu belajar dari Matius, kita perlu bersyukur karena Tuhan tetap mengasihi kita apa adanya. Dia tetap mencari untuk menyelamatkan kita.

Apa yang harus kita lakukan untuk mensyukuri pengampunan Tuhan?

Santo Paulus dalam bacaan pertama menolong kita untuk belajar daripadanya. Apa yang kita pelahari dari Paulus, rasul dan misionaris agung yang menderita? Pertama, Paulus mengingatkan kita supaya sebagai orang-orang yang terpanggil, kita hidup sepadan dengan panggilan kita. Tuhan memanggil dan menguduskan kita pertama kali saat dibaptis maka hiduplah sebagai orang yang dibaptis, orang kudus! Kedua, Menghayati keindahan panggilan untuk menjadi kudus dengan selalu rendah hati, lemah lembut, sabar dan saling membantu. Ketiga, berusahalah memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera: Satu tubuh dan satu Roh, satu pengharapan; satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, yang di atas semua, menyertai semua dan menjiwai semua. Keempat, Kita tidak menyia-nyiakan kasih karunia yang Tuhan berikan kepada kita.

Pada hari ini kita bersyukur karena Tuhan juga mengasihi kita apa adanya. Tuhan tidak membiarkan kita hidup sebagai orang berdosa. Tuhan menghendaki supaya kita hidup dalam rahmat Tuhan. Mari kita bertobat dan kembali merasakan kasih dan kerahiman Tuhan. Mari kita berusaha untuk hidup sepadan dengan panggilan yang Tuhan berikan kepada kita yaitu panggilan sebagai orang kudus.

P. John Laba, SDB