Peringatan Wajib St. Tomas Aquino
Ibr. 11: 1-2,8-19
MT Luk. 1:69-70,71-72,73-75
Mrk. 4:35-41
Bertumbuh dalam iman
Pada hari ini kita mengenang Santo Thomas Aquino. Sosok orang kudus yang diberi gelar ‘Doctor Angelicus’ artinya ‘Pujangga Malaikat’. Gelar Doctor Angelicus ini layak diberikan kepadanya karena Gereja melihat bahwa Santo Thomas Aquino memiliki taraf kemurnian hati yang sejalan dengan ketajaman akal budinya yang mengagumkan, juga kerendahan hati, kecerdasan budi dan kebijaksanaannya. Konon ia pernah mendapat penampakkan Yesus yang tersalib. Tuhan Yesus berkata kepadanya: “Thomas engkau telah menulis sangat baik tentang diri-Ku. Balasan apakah yang engkau inginkan dari-Ku?” Thomas menjawab: “Tak ada yang lain, kecuali Engkau sendiri, ya, Tuhan”.
Pada hari ini kita mendengar definisi iman dalam surat kepada umat Ibrani. Dikatakan: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr 11:1). Untuk lebih meyakinkan kita semua yang membacanya, penulis surat kepada umat Ibrani memberikan contoh dua sosok dalam dunia Perjanjian Lama yang dapat menginspirasi pertumbuhan iman kita. Mereka adalah pasutri Abraham dan Sara. Karena iman maka Abraham percaya kepada seluruh kehendak Tuhan. Ia meninggalkan kampung halamannya lalu pergi ke sebuah negeri baru yang dijanjikan Tuhan. Setelah Abraham mendapat keturunan, ia juga masih dicobai Tuhan Allah. Tuhan Allah memintanya supaya ia mempersembahkan anaknya yang tunggal. Abraham begitu setia mengikuti kehendak Tuhan Allah. Karena iman Sara juga memberikan keturunan meskipun sudah memasuki usia senja. Baik Abraham maupun Sara, mereka sama-sama menunjukkan kepada kita iman mereka kepada Tuhan. Namun demikian mereka tidak merasakan apa yang kita rasakan yakni kehadiran Kristus. Sebab itu sangat menarik ketika dikatakan begini: “Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.” (Ibr 11:13).
Berkaitan dengan iman, Santo Thomas Aquino memberikan penjelasan yang kemudian dikutip oleh Katekismus Gereja Katolik (KGK, 157). Santo Thomas mengatakan begini: “Iman itu pasti, lebih pasti dari setiap pengertian manusiawi, karena ia berdasarkan Sabda Allah yang tidak dapat menipu. Memang kebenaran-kebenaran yang diwahyukan dapat kelihatan gelap bagi budi dan pengalaman manusiawi, tetapi “kepastian melalui cahaya ilahi itu lebih besar daripada kepastian melalui cahaya akal budi alamiah” (Tomas Aqu., s.th. 2-2,171,5 obj.3). Baginya, di dalam iman manusia dapat membangun dan menyempurnakan akal budi yang telah dianugerahkan kepadanya.
Santo Thomas juga pernah berbicara tentang ketakutan. Ia mengatakan: “Ketakutan adalah emosi yang sangat kuat bagi manusia sehingga ketika kita membiarkannya mengambil alih kita, itu mendorong belas kasih keluar dari hati kita.” Mari kita kembali ke bacaan Injil hari ini. Penginjil Markus mengisahkan bagaimana para murid Yesus memiliki ketakutan tersendiri. Emosi benar-benar menguasai mereka. Ketika itu hari sudah mulai petang. Yesus mengajak para murid-Nya untuk ‘bertolak ke seberang’. Mereka meninggalkan orang banyak di pantai danau Galilea menuju ke seberang danau. Dalam perjalanan menyeberang danau itu mereka mengalami badai yang sangat menakutkan. Angin taufan mengamuk sangat dahsyat sehingga ombak menyembur sampai ke dalam perahu yang mereka tumpangi. Lama kelamaan air mulai penuh dan tentu suasananya sangat menakutkan mereka, meskipun banyak di antara mereka sebelum mengikuti Yesus bekerja sebagai nelayan. Tuhan Yesus sendiri saat itu lelah dan tidur dengan pulas sementara para murid-Nya mengalami ketakutan.
Mereka bangunkan Tuhan Yesus sambil meminta kepeduliaan-Nya karena rasa takut akan kebinasaan di depan mata mereka. Tuhan Yesus menunjukkan belas kasihan kepada mereka sehingga Ia bangun, menghardik angin dan berbicara kepada danau supaya diam dan tenang. Suasana ketakutan berubah menjadi sukacita karena angin redah dan danau menjadi tenang. Untuk mengedukasi mereka maka Tuhan Yesus bertanya: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk 4:40). Meskipun suasana sudah tenang tetapi masih ada ketakutan di dalam diri mereka karena mukjizat yang barusan terjadi. Mereka bahkan berkata satu sama lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?” (Mrk 4:41).
Bacaan-bacaan liturgi hari ini mengingatkan kita pada pentingnya iman untuk mengatasi badai di dalam hidup ini. Memang sangatlah tepat bahwa ‘iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.’ (Ibr 11:1). Para murid Yesus sedang mengalami badai yang menakutkan. Bagi mereka angin dan air memiliki kekuatan gaib yang bisa menghancurkan mereka. Mereka takut padahal mereka pernah menjadi nelayan dan sekarang sedang berada berasama Yesus di dalam perahu yang sama. Para murid dalam Injil sebenarnya adalah gambaran diri anda dan saya saat ini di dalam gereja. Kita pun sebagai Gereja mengalami badai dari luar dan dalam perahu kita. Misalnya, betapa sulitnya saudara-saudari di tempat tertentu yang tidak bisa beribadah karena mereka dilarang untuk beribadah atau tidak memiliki rumah ibadah. Ada saja serangan membabi buta dari oknum tertentu yang keluar dari gereja dan dari luar gereja mereka menjelek-jelekkan gereja. Di dalam gereja sendiri ada krisis iman, skandal-skandal keuangan, pelecehan seksual dan lain sebagainya. Ini adalah badai-badai yang sedang mengamuk dan menerpa gereja kita. Kita tetap membutuhkan Tuhan!
Santo Yohanes Bosco mengatakan bahwa ketika ada badai yang mengamuk dan menghantam Gereja maka butuh dua pilar penting yakni Ekaristi dan Bunda Maria. Ekaristi karena Tuhan Yesus hadir secara nyata saat ini untuk menyelamatkan kita. Bunda Maria hadir sebagai ibu dan penolong umat Kristiani. Mari kita semakin mencintai Tuhan Yesus dalam sakramen Mahakudus dan Bunda Maria Penolong umat Kristiani agar Gereja kita tetap kuat dan kokoh. Santo Thomas Aquino, doakanlah kami. Amen.
P. John Laba, SDB