Homili 29 Agustus 2017

Peringatan Wafatnya St. Yohanes Pembaptis
Yer 1:17-19
Mzm 71: 1-4a.5-6b.15.17
Mrk 6:17-29

Mulutku akan menceritakan keadilan-Mu

Pada hari ini kita mengenang kembali kemartiran St. Yohanes Pembaptis. Santu Yohanes Pembaptis adalah sosok yang unik bagi kita semua. Para penginjil memberi kesaksian bahwa beliau menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang primitif, pakaiannya terbuat dari bulu unta, ikat pinggangnya kulit, makanannya belalang dan madu hutan (Mrk 1:6). Ia berbicara keras kepada orang-orang yang datang kepadanya: “Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?“ (Mat 3:7; Luk 3:7). Orang-orang yang datang kepadanya bertanya: “Apa yang harus kami perbuat sebagai tanda bertobat?” (Luk 3: 10). Yohanes mengajak mereka untuk saling berbagi satu sama lain (Luk 3:11), para pemungut cukai supaya jangan menagih lebih banyak dari padayang telah ditentukan bagi mereka (Luk 3:13) dan kepada para tentara ia mengingatkan mereka supaya jangan merampas dan memeras, tetapi mereka mencukupkan diri mereka dengan gaji yang mereka terima (Luk 3: 14).

Yohanes Pembaptis menunjukkan kebajikan-kebajikan yang luhur bagi setiap pribadi dari dahulu hingga sekarang ini. Ia bahkan dipuji oleh Yesus: “Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pda Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya” (Mat 11:11). Apa yang Yohanes tunjukkan sebagai kebajikan luhur bagi kita semua? Pertama, Yohanes menunjukkan sukacitanya ketika menyambut Yesus meskipun masih berada di dalam kandungan ibunya. Ia melonjak kegirangan. Ia bersukacita karena berjumpa dengan Yesus, dan sukacitanya tetap selama-lamanya ketika ia mempersiapkan kedatangan Yesus. Kedua, Yohanes menunjukkan kehidupan sederhana. Ia berpakaian, makanan dan minuman serta tinggal di tempatnya yang sederhana. Ketiga, setiap perkataan yang keluar dari mulutnya memiliki daya transformatif yang luar biasa. Perkataan-perkataannya memang keras tetapi benar-benar menyadarkan orang untuk berjalan dalam jalan Tuhan. Semua yang diucapkan dan dilakukannya menjadi tanda bahwa ia sungguh-sungguh menyiapkan jalan bagi semua orang untuk berjumpa dengan Tuhan Yesus Kristus, sang Anak Domba Allah.

Saya coba memfokuskan perhatian kita pada perkataan-perkataannya. Yohanes mengakui dirinya sebagai suara yang berseru di padang gurun untuk meluruskan jalan bagi Tuhan. Lembah-lembah ditimbun dan bukit-bukit diratakan supaya jalannya rata bagi Tuhan. Ini adalah sebuah persiapan yang matang bagi kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Semua orang yang datang untuk mendengarnya memberi dirinya dibaptis sebagai tanda pertobatan. Dengan demikian mereka boleh layak menyambut kedatangan Tuhan. Seruan tobat, dialog dengan semua orang yang dibaptis menjadi tanda bahwa dia benar-benar utusan Tuhan untuk mempersatukan semua orang dari berbagai suku dan Bahasa di sekitar sungai Yordan.

Perkataan Yohanes adalah perkataan yang benar. Ia mengoreksi cara hidup manusia untuk lebih layak lagi di hadapan Tuhan. Ia melakukan koreksi kehidupan pribadi raja Herodes Antipas yang mengambil Herodias, istri Herodes Filipus. Padahal Herodes Antipas sendiri sudah memiliki istri bernama Phasaelis, Putri Aretas IV Philopatris dari Nabatea tetapi ia menceraikannya demi mendapatkan Herodias. Yohanes mengatakan kepada Herodes: “Tidak halal engkau mengambil istri saudaramu!” Herodes Antipas masih dapat merasa segan di hadapan Yohanes tetapi Herodias menyimpan dendam. Semua perasaan seperti ini berujung pada peristiwa kemartirannya. Perlu dicatat juga bahwa Herodes Antipas akhirnya mengalami penderitaan setelah kematian Yohanes Pembaptis. Sekitar tahun 39 Masehi Herodes Antipas dituduh oleh Agripa I yang tidak lain adalah keponakannya sendiri bahwa ia berkomplot dengan Caligula selaku Kaisar Romawi yang baru. Ia diasingkan oleh Caligula ke Gaul, di dampingi Herodias. Ia meninggal dunia tanpa diketahui secara persis.

Pada hari ini kita belajar dari Yohanes untuk berkata dengan benar. Kita perlu menjauhkan diri kita dari ujaran kebencian dan kebohongan dalam hidup kita. Apalah artinya kita berbicara yang tidak benar padahal saudara kita benar-benar bersalah? Mari kita berbenah diri untuk berbicara yang benar, menceritakan keadilan Tuhan kepada sesama.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply