Belajarlah berpikiran positif!
Manusia selalu berpikiran positif dan berpikiran negatif tentang dirinya dan orang lain. Pemahaman umum tentang berpikiran positif adalah sikap mental yang melibatkan proses memasukkan pikiran-pikiran, kata-kata, dan gambaran-gambaran tertentu yang sifatnya membangun bagi perkembangan pikiran kita. Berpikiran negatif berarti sikap mental yang melibatkan proses memasukkan pikiran-pikiran, kata-kata dan gambar-gambar yang dapat menghancurkan pikiran kita dan membuat kita merasa tidak bebas. Setiap orang memiliki kualitas berpikiran positif dan negatif yang berbeda-beda. Ada yang selalu berpikiran positif terhadap diri dan sesama dari hal-hal yang kecil sampai ke hal-hal yang besar. Ada yang selalu berpikiran negatif tentang dirinya dari hal-hal yang kecil sampai hal-hal yang besar juga. Itulah wajah manusia di hadapan Tuhan sang pencipta dan di hadapan sesamanya. Itulah wajah anda dan saya saat ini.
Kisah Injil Lukas 14:1-6 coba membuka wawasan kita untuk mengerti tentang kemampuan untuk berpikiran positif dan berpikiran negatif terhadap Tuhan dan sesama. Dikisahkan dalam perikop Injil bahwa pada suatu ketika ada seorang pemimpin kaum Farisi, anonim, mengundang Yesus untuk bersantap bersama di rumahnya. Yesus memenuhi undangannya. Ketika Yesus tiba di rumah, banyak orang yang berada di dalam rumah itu mengamat-amati-Nya. Bayangkan kalau anda bertamu dan orang-orang mengamat-amatimu, bagaimana rasanya? Nah, mengapa mereka bersikap demikian? Karena pada saat itu hari Sabat maka kalau saja Yesus dapat membuat sebuah tanda heran maka ada alasan bagi mereka untuk mempersalahkan-Nya. Pada waktu itu ada juga seorang yang sakit busung air, berdiri di depan Yesus. Yesus tahu keadaan bathin orang saat itu maka Ia bertanya apakah diperbolehkan menyembuhkan orang sakit itu? Mereka semua terdiam maka Yesus menyembuhkannya. Yesus lalu mengingatkan mereka bahwa kalau saja ada lembu milik mereka yang terperosok ke dalam lubang maka mereka tentu mengeluarkannya meskipun pada hari Sabat. Manusia jauh lebih bernilai daripada hewan piaraan.
Mari kita belajar berpikiran positif dari Tuhan Yesus. Ia menerima undangan seorang pemimpin kaum Farisi untuk makan bersama. Padahal kaum Farisi selalu bertentangan dengan-Nya, tetapi kali ini dia sepakat, tanpa takut apalagi makan bersama. Kalau orang bermaksud jahat mereka dapat meracuni Yesus. Tetapi Ia tidak berpikir seperti yang kita pikirkan. Ketika orang mengamat-amati-Nya, Yesus tidak bereaksi frontal. Dia mengetahui isi hati mereka, sebab itu Ia memilih tenang. Yesus berpikiran positif terhadap kaum Farisi sehingga mengingatkan mereka untuk memperjuangkan nilai hidup manusia. Kalau hewan saja mereka perhatikan, bagaimana dengan manusia sebagai sesama. Yesus berpikiran positif terhadap orang sakit, tanpa mengadilinya dengan kata-kata. Ia hadir untuk menyembuhkan orang sakit itu. Yesus adalah guru bagi kita untuk berpikiran positif hari ini. Kita melihat dalam diri sang pemimpin kaum Farisi juga memiliki pikiran positif bagi Yesus sehingga mengundang-Nya untuk bersantap bersama.
Mari kita meninggalkan pikiran-pikiran negatif ala Farisi. Mereka diam, tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut tetapi mata mereka “berbicara” dengan mengamat-amati kalau-kalau Yesus melawan Torah dengan menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat. Ini adalah sifat legalis kaum Farisi. Ini adalah sebuah bentuk kemunafikan hidup mereka di hadapan Tuhan Yesus. Hewan piaraan boleh diperhatikan tetapi manusia sebagai sesama diterlantarkan. Kasih dan keadilan harus ditegakan karena mengabdi kepada manusia. Kita harus jujur dengan diri sendiri karena saat ini masih ada orang Farisi modern yang suka mengamati-amati sesamanya dan lupa dirinya sendiri. Mungkin anda dan saya adalah orangnya…
Ah, terlalu hebat Yesusku! Terlalu luar biasa! Tidak banyak reaksi-Mu terhadap kemunafikan kaum Farisi, tetapi Engkau mengajarku untuk berpikiran positif dalam segala hal. Saya harus jujur bahwa inilah kekurangan saya dihadapan-Mu yakni masih kurang berpikiran positif terhadap Engkau dan sesamaku. Ampunilah aku, ya Yesusku.
PJSDB