Hari Minggu Biasa XX/C
Yer 38: 4-6.8-10
Mzm 40: 2,3,4,18
Ibr 12:1-4
Luk 12:49-53
Damai sejati hanya ada di dalam Yesus
Pada suatu kesempatan, saya mengunjungi sebuah komunitas. Di dalam ruang makan komunitas terdapat tulisan yang sangat bagus. Bunyi tulisan itu adalah: “Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun” (Mzm 133:1). Tulisan ini sangat insipratif bagi sebuah komunitas biara, dimana para anggotanya mau mengikuti Kristus dari dekat. Para anggota biara sudah berikrar untuk menghayati kaul-kaul yang tidak lain adalah nasihat-nasihat inijil Tuhan Yesus sendiri yakni menjadi pribadi yang taat, miskin dan murni. Semua nasihat injil ini dihayati bersama di dalam komunitas. Semua orang di dalam komunitas menjadi saudara atau saudari. Suasana persaudaraan menjadi cita-cita dan harapan semua saudara di dalam komunitas.
Kemarin seorang sahabat saya mengirim pesan singkat: “Let us pray for Egypt”. Dia menceritakan banyak hal tentang peristiwa berdarah di Mesir. Ia menggambarkan situasi Mesir seperti neraka. Ada usaha genocidio terhadap kelompok minoritas Kristen koptik baik yang ortodox maupun katolik. Gereja dibakar, jemaat dikejar-kejar dan dibunuh oleh para pendukung presiden yang digulingkan Muhammad Moursi. Ternyata bukan hanya niat genocidio tetapi terjadi juga bentrokan berdarah di Mesjid iman Kairo antara para polisi dan kaum demonstran yang berlindung di dalam Mesjid. Kejahatan terjadi tanpa memandang siapa orang itu. Asal saja ada niat untuk melakukan kejahatan maka terjadilah. Pembunuhann ribuan orang bukan hanya orang kristiani tetapi saudara-saudara Muslim yang tidak bersalah pun ikut terbunuh.
Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengatakan suatu hal yang mengagetkan kita semua. Ia berkata, “Kamu menyangka bahwa aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan damai melainkan pertentangan.” Yesus mengatakan semuanya ini karena kehadiranNya saja menimbulkan perbantahan. Kita ingat kembali Herodes yang merasa terancam ketika mendengar kabar dari para majus bahwa telah lahir seorang raja baru di kota Daud (Mat 2:2-3). Herodes lalu memerintahkan untuk membunuh semua anak laki-laki yang berusia dua tahun ke bawah. Simeon berkata kepada Maria, ibu Yesus: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang Israel dan menjadi tanda yang menimbulkan perbantahan, dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang” (Luk 2:35-36).
Pertentangan-pertentangan yang dialami oleh manusia dimulai dari orang-orang dekat. Di dalam satu keluarga bisa terjadi perlawanan satu sama lain. Yesus sendiri mengalaminya ketika ditolak di Nazareth oleh orang-orang sekampung halamanNya (Mat 13:57). Banyak di antara kita mungkin pernah mengalami penolakan di dalam keluarga, di dalam komunitas. Banyak orang saling tidak percaya dan cenderung bermusuhan satu sama lain. Apa yang harus diandalkan di dalam hidup ini? kita butuh Roh Kudus yang dapat mendamaikan bathin setiap orang. Yesus melemparkan api ke bumi, simbol Roh KudusNya yang dicurahkan kepada setiap orang. Roh Kudus itu harus menyalah di dalam batin setiap orang. Dengan demikian, tidak ada lagi permusuhan di dalam diri setiap pribadi tetapi yang ada adalah damai sejahtera. Damai itu tidak mudah diperoleh. Yesus sendiri untuk mendamaikan dunia, harus melalui Salib. Ia harus menderita,wafat dan bangkit dari alam maut.
Pertentangan, penderitaan juga di alami oleh para nabi seperti pengalaman nabi Yeremia di dalam bacaan pertama. Orang-orang yang menganiaya adalah orang-orang yang dekat dengan nabi Yeremia. Mereka berencana untuk menghukum mati Yeremia. Mungkin mereka tersingggung karena kata-kata Yeremia yang tajam untuk melawan ketidakadilan sosial yang sedang menguasai manusia zaman itu. Yeremia bahkan dimasukkan ke dalam sumur, sehingga terperosoklah ia ke dalam lumpur yang ada di dasar sumur. Untung ada Ebed Melekh orang Etiopia yang memohon kepada raja untuk menyelamatkan nabi Yeremia. Ebed Melekh pun dipercayakan raja untuk mencari tiga orang kuat untuk mengangkat nabi Yeremia dari sumur. Yeremia adalah orang yang tidak bersalah tetapi dijadikan bersalah. Tuhan Yesus pun akan mengalami hal-hal seperti ini. Orang selalu lupa bagaimana menjadi saudara! Orang lupa untuk membangun rasa damai.
Sikap dan perilaku egois sedang menguasai hidup kita sehingga ada kecenderungan untuk selalu membenci dan menganiaya sesama. Kita mendengar di dalam kisah Yesus di atas, terutama kehadiraNya membuat banyak orang percaya kepadaNya, tetapi banyak juga yang selalu kecewa dan menolakNya.Yeremia mengalami penolakan bahkan ia dimasukkan ke dalam sumur yang berlumpur. Pada zaman ini orang masih sulit untuk mewujudkan damai, kasih setia dan persaudaraan sejati. Pertanyaan bagi kita adalah, apa yang harus kita lakukan? Apakah kita tetap bertahan dan tidak mau berubah? Apakah kita sudah berada di zona nyaman dan tidak mau keluar ko zona yang lebih menantang?
Penulis surat kepada jemaat Ibrani mengingatkan kita untuk segera menanggalkan beban dosa dan yang begitu merintangi kita. Memang orang kalau sudah dikuasai oleh dosa maka akan lupa untuk berbuat baik. Maka marilah kita membangun sikap tobat dengan memandang Yesus. Penulis Surat kepada Jemaat Ibrani, menulis: “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah” (Ibr 12:2). Di samping itu, Yesus juga diperkenankan sebagai satu-satunya penyelamat kita. Ia menanggung segala beban dosa kita. Sikap rela berkorban yang di lakukan Yesus patut kita ikuti, terutama ketika kita mencari kebenaran dan kedamaian.
Sabda Tuhan pada hari Minggu ini amat kaya maknanya. Kita butuh Roh Kudus sebagai api suci yang membaharui diri kita. Kita butuh Roh Kudus untuk membuat kita memiliki kesadaran baru dalam memandang semua orang sebagai saudara. Kita butuh Roh Kudus untuk menjadikan kita pribadi-pribadi yang selalu mencari hal-hal terbaik di dalam diri sesama kita. Lihatlah kebaikan di dalam diri sesamamu, kalau ada kekeliruan maka berilah koreksi persaudaraan. Alangkah indahnya kita semua bertumbuh sebagai saudara dalam kerukunan dan kedamaian.
Doa: Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai dan kasihMu bagi sesama di sekitarku. Amen
PJSDB