Dia Sangat Menderita
Saya senang melihat status seorang sahabat di media sosial berupa sebuah singkatan: DSM. Saya bingung dengan singkatan ini dan menanyakan kepadanya kepanjangannya. Ia menjawabku: “DSM itu kepanjangannya Dia Sangat Menderita”. Pikiran saya langsung tertuju pada sosok yang kita renungkan pada pekan suci ini yaitu Yesus Kristus. Selama pekan suci ini kita akan merenung tentang Paskah Kristus dalam hal ini Ia menderita, wafat dan bangkit dengan mulia. Kita tidak hanya mengenangnya dalam Ekaristi tetapi dalam pekan suci ini kita benar-benar berusaha untuk mengalaminya dalam hidup kita.
Saya teringat pada perkataan Kayafas di hadapan para pemuka agama Yahudi, begini: “Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.” (Yoh 11:49-50). Dia yang akan mati adalah Yesus sendiri. Dia sendiri sudah tahu dan menerima kematian sebagai kehendak Bapa bagi diri-Nya. Ia menjelaskan kepada para murid-Nya: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.” (Mrk 8:31).
Dia sangat menderita bagi kita. Ya, benar! Nabi Yesaya juga sudah mengatakannya dalam sosok sang Hamba yang menderita: “Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.” (Yes 50:6). Gambaran penderitaan ini dialami Yesus sendiri.
Tuhan Yesus pernah menampakkan diri kepada Santa Brigita dan menyampaikan jumlah pukulan yang pernah dideritanya sebanyak 5.480 pukulan. Ia berkata kepada Santa Brigita: “Aku menerima 5.480 pukulan pada tubuh-Ku. Inilah kesaksian yang disampaikan St. Brigita: Jumlah serdadu yang dipersenjatai ada 150 orang. Mereka yang menghelaku dalam keadaan dibelenggu ada 230 orang. Algojo-algojo di pengadilan ada 83 orang. Kepala saya dipukul sebanyak 150x. Mereka meninju perut-Ku sebanyak 108x. Mereka mendendang pinggang-Ku sebanyak 80x. Mereka menjalin rambutKu dan menariknya seperti tali sebanyak 24x. Mereka meludahi muka-Ku sebanyak 180x. Badan-Ku dicambuki sebanyak 6.666x. Kepala-Ku dipalu sebanyak 110x. Aku juga didorong dengan keras dan pada jam 12.00 rambut-Ku dijambak, Kepala-Ku ditekan dengan duri-duri dan janggut-Ku ditarik 24x. Aku mendapat luka di Kepala 20. Luka karna cambukan kawat 72. Luka karena duri di kepala 1.110. Luka dalam karna duri di dahi ada 3.
Aku kemudian dilucuti dan dikenakan pakaian sebagai Raja Palsu sembari menerima penghinaan-penghinaan dan kekurang-ajaran para serdadu: bilur di badan-Ku ada 1000. Serdadu-serdadu yang menggiring-Ku menuju ke Kalvari ada 608 orang. Mereka yang memperhatikan Aku dengan kasih dan sungguh-sungguh ada 3 orang. Mereka yang menghina-Ku sebanyak 1008 orang. Tetesan darah-Ku yang hilang tertumpah ada 28.430.
Kesaksian St. Brigita ini turut membantu kita untuk mengerti bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh menderita bagi kita. Semoga kita memasuki Pekan Suci yang sepi di tahun 2020, dengan perasaan empati yang besar kepada saudara-saudari korban covid-19. Mereka adalah gambaran Kristus yang hidup di tengah-tengah kita zaman ini.
P. John Laba, SDB