Belajar dari Zakheus
Nama Zakheus berasal dari Bahasa Yunani Ζακχαῖος, “Zakkhaios”; bahasa Ibrani: זכי, zaki berarti “yang murni dan saleh”. Sosok ini kita kenal dalam Injil Lukas bab 19. Profesinya adalah sebagai kepala pemungut cukai. Orang-orang pada waktu itu melabel Zakheus sesuai profesinya sebagai pemungut cukai dan bertubuh pendek. Para pemungut cukai itu disamakan dengan kaum pendosa. Mereka pantas dijauhi karena mereka adalah orang Yahudi yang dianggap bersekongkol dengan orang-orang Romawi. Ini berarti nama Zakheus yang berarti murni dan saleh tidak sesuai dengan kenyataan hidup Zakheus saat itu. Zakheus saat itu benar-benar hidup dalam kegelapan. Dia bertubuh pendek, tentu membuat orang meremehkannya. Dengan melihat keadaan fisiknya, tentu dia kurang berguna untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar.
Namun apa yang terjadi dalam sisa hidupnya? Ternyata pertemuan antara Yesus dan Zakheus di kota Yerikho menjadi sebuah momen yang sangat indah dan bermakna sebab momen ini merupakan saat untuk memurnikan diri. Zakheus sendiri memiliki niat baik untuk melihat Yesus. Melihat berarti mengasihi. Sambil dia berpikir seperti itu, Tuhan Yesus yang melakukan pendekatan pertama dengan memanggil Zakheus dengan namanya sendiri. Tuhan Yesus sendiri malah mau menginap di rumahnya. Zakheus kaget dan terharu karena ia merasa dikasihi oleh Tuhan Yesus dan tentu ini berarti dirinya dimurnikan kembali oleh Tuhan Yesus saat itu. Dia berubah menjadi orang saleh di hadapan Tuhan. Wujud nyata transformasi dirinya menjadi murni dan saleh terungkap dalam perkataan berikut ini: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” (Luk 19:8). Lihat dan pahamilah: Sebagai seorang kepala pemungut cukai, dia adalah orang yang bekerja di lahan basa. Dia orang kaya dan dia berjanji untuk memberikan setengah dari miliknya. Dia juga berjanji, sekiranya dia pernah melakukan pemerasan maka dia akan kembalikan empat kali lipat. Ini benar-benar luar biasa. Dia sungguh mau menjadi murni dan saleh. Yesus memberi jempol dan memuji Zakheus bahwa ada keselamatan baginya karena ia bertobat.
Saya membayangkan seandainya orang yang memiliki kuasa bisa melakukan tranformasi radikal seperti Zakheus maka dunia kita, negara kita tidak akan seperti saat ini, akan lebih baik. Seandainya para koruptor bisa jujur dan melakukan revolusi mental seperti Zakheus ini maka tentu hidup mereka sebagai koruptor yang berada dalam kegelapan menjadi hidup dalam terang benderang karena mereka bertobat. Ada peralihan hidup menjadi lebih baik bukan lebih buruk. Dunia membutuhkan orang yang berjiwa besar seperti Zakheus untuk mengubah perilaku banyak orang yang gila harta, gila uang dan gila kuasa di hadirat Tuhan. Kegilaan-kegilaan ini merupakan sisi-sisi gelap hidup manusia yang bisa hilang kalau ia bersatu dengan Tuhan.
Pada hari ini Zakheus tampil sebagai guru bagi kita semua. Hidup pribadi dan perkataannya dapat mengubah kehidupan kita saat ini juga. Kita dapat beralih dari hidup dalam dosa menjadi hidup yang murni dan saleh. Hidup yang murni dan saleh dalah hidup kudus sesuai rencana Tuhan sendiri. Terima kasih Zakheus, orang boleh melabelmu sebagai kepala pemungut cukai dan bertubuh pendek tetapi pertobatanmu, metanoiamu menginspirasi banyak orang, termasuk saya untuk menjadi kudus di hadirat Tuhan.
P. John Laba, SDB