Hari Minggu Biasa XVI/A
Keb 12:13.16-19
Mzm 86:5-6.9-10.15-16a
Rom 8: 26-27
Mat 13:24-43
Allah kita itu Sabar!
Mengawali perayaan Ekaristi suatu hari Minggu, saya melihat banyak orang lambat masuk ke dalam Gereja. Hari Minggu itu sedikit lain karena biasanya sebelum Pukul 6.00 WIB, gedung gereja itu sudah hampir penuh tetapi hari itu belum setengah bangku Gereja ditempati umat. Sepuluh menit setelah misa di mulai baru perlahan-lahan bangku di dalam gedung gereja ditempati. Pada saat memulai homili saya bertanya kepada seluruh umat apakah mereka dari rumah ke gereja sudah menghayati kebajikan kesabaran artinya sabar dengan diri sendiri dan sesama? Ternyata, baik saya sebagai imam dan seluruh umat yang berekaristi pada hari Minggu itu belum menjadi orang yang sabar. Pastor kehilangan kesabaran sebelum memulai perayaan Ekaristi karena umatnya terlambat. Umat tidak sabar di rumah, di jalan, di parkiran gereja dan saat masuk ke dalam gereja. Kesabaran itu satu kebajikan yang sangat luhur dan patut dimiliki oleh setiap orang. Orang yang tidak sabar belum layak menjadi anak Tuhan karena kesabaran itu sebuah kebajikan dari Tuhan sendiri.
Pada hari ini kita belajar kebajikan kesabaran dari Tuhan sendiri. Ia tidak hanya bersabda tetapi melakukan kesabaran. Kita mendengarnya dari bacaan Injil hari ini. Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan kepada orang banyak tentang Kerajaan Sorga. Ia mengatakan bahwa hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih baik di ladangnya. Pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum lalu pergi. Lalang itu baru tampak pada waktu gandum sudah bertumbuh dan mengeluarkan bulir. Para pekerja datang kepada tuan kebun untuk meminta ijin mencabut lalang yang bertumbuh bersama gandum. Tetapi sang pemilik kebun itu berkata: “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandumnya ke lumbungku!” (Mat 13:30).
Perikop Injil ini menarik perhatian kita karena menggambarkan realitas manusia yang menghuni dunia ini di mana ada manusia setia melakukan kebaikan dan kejahatan. Manusia berada di pihak Tuhan ketika selalu berbuat baik dalam hidupnya, manusia jauh dan melawan Tuhan ketika ia melakukan kejahatan. Manusia yang berbuat baik itu hidup dalam rencana Tuhan, laksana gandum yang ditaburkan dan akan menghasilkan buah yang baik. Manusia yang berbuat jahat itu laksana lalang yang ditaburkan iblis atau si jahat dan meninggalkan manusia sendirian menikmati dosanya.
Di dalam masyarakat sosial, kebaikan rasanya mulai luntur. Manusia sudah mulai hidup dalam kotaknya sendiri dan nyaris mengingat sesama yang menderita atau membutuhkan bantuannya. Namun demikian masih ada juga orang lain yang tetap teguh perjuangannya untuk menolong sesama dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Orang-orang seperti ini jumlahnya sedikit dan berada di pihak Tuhan. Ada juga orang-orang tertentu yang hidupnya jauh dari Tuhan, senang melakukan perbuatan dosa dan aneka kejahatan lainnya. Untuk pelaku kejahatan biasanya dihukum. Sebelum dihukum, mereka dianiaya oknum tertentu sampai puas. Kejahatan tidak bisa musnah kalau siatasi dengan kejahatan juga. Kejahatan bisa musnah kalau diatasi dengan kebaikan dan kesabaran. Tuhan Yesus tidak pernah mengajar kita untuk bertindak keras terhadap orang berdosa. Ia sendiri mengasih orang berdosa dan menyelamatkan mereka. Ia membenci dosa dan menghancurkannya. Ini yang berbeda dengan hidup kita di mana kita lebih menyukai dosa dari pada kaum pendosa.
Realitas kedua yang diajarkan Yesus dalam bacaan Injil hari ini adalah menjadi manusia yang sabar seperti Tuhan sendiri. Berhadapan dengan manusia yang baik dan jahat, Tuhan menunjukkan kesabaran ilahiNya. Ia berkata: “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandumnya ke lumbungku!” (Mat 13:30). Kebaikan dan kejahatan dibiarkan Tuhan bertumbuh bersama-sama, hidup berdampingan karena Tuhan percaya bahwa manusia ciptaanNya juga bisa berubah. Ketika seorang yang jahat hidup bersama dengan orang yang baik maka ia bisa berubah menjadi baik. Kalau orang yang tetap hidup dalam kejahatan dan dosa maka pada akhirnya akan dipisahkan Tuhan sendiri pada akhir zaman. Ibarat gandum dan lalang, pada saat menuai gandum tetaplah gandum dari benih yang baik. Lalang akan berbuah lalang dan pantas untuk dipotong dan dibakar. Gandum akan masuk dalam lumbung, manusia yang baik layak masuk surga, lalang dikumpulkan dan dibakar, manusia yang jahat dan tak bertobat layak masuk api yang tak terpadamkan.
Tuhan menunjukkan kesabaranNya bagi kaum pendosa. Kitab Kebijaksanaan menggambarkan Tuhan Allah kita itu memelihara segala-galanya. Dia adil terhadap setiap pribadi. Tuhan menunjukkan kuasaNya kepada orang yang tidak percaya kepadaNya dan mengadili manusia dengan belas kasihan dan kemurahan hati. Tuhan memberikan harapan kepada manusia untuk hidup kekal. Kesabaran Tuhan digambarkan di sini: “Apabila mereka berdosa, Kau beri kesempatan untuk bertobat.” (Keb 12:19). Tuhan selalu memberi kesempatan supaya orang jahat itu bertobat atau berbalik kepada Tuhan. Orang sabar akan mendapat kebijaksanaan dari Tuhan untuk berlaku adil terhadap sesamanya. Orang baik akan merangkul orang jahat dan menunjukkan belas kasih Tuhan kepadanya sehingga ia bisa berubah menjadi baik.
Untuk bisa hidup dalam kebaikan maka kita butuh Tuhan Allah Roh Kudus yang selalu membantu kita mengatasi kelemahan-kelemahan manusiawi kita. Roh Kudus sendiri berdoa bagi kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Artinya Tuhan memiliki rencana yang terus menerus untuk menyelamatkan kita. Keselamatan bukan hanya usaha kita semata-mata, tetapi Tuhan sendiri yang punya rencana dan kesabaran untuk menyelamatkan kita.
Sabda Tuhan pada hari ini mengingatkan kita untuk dua hal yang penting. Pertama, supaya kita memiliki kesabaran Tuhan ketika berhadapan dengan manusia yang baik dan jahat. Orang sabar akan merasakan kehadiran Tuhan yang nyata. Daud berdoa: “Tuhan itu penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.” (Mzm 103:8; 145:8). “Orang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.” (Ams 14:29). St. Paulus mengatakan: “Kasih itu sabar!” (1Kor 13:4). Kedua, kita semua diingatkan untuk tekun berdoa. St. Paulus mengatakan bahwa Roh Tuhan mendoakan kita dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Seharusnya kita merasa malu kalau tidak bisa berdoa. Berdoa merupakan kesempatan untuk mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan. Apakah doa merupakan sebuah kebutuhanmu? Berdoalah dan Tuhan akan memberikan segala yang anda butuhkan.
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh dalam kesabaran dan kasih. Amen
PJSDB