Hari Minggu Biasa XXIX/A- Minggu Evangelisasi
Yes 45:1, 4-6
Mzm 96: 1.3.4-5.7-8.9-10
1Tes 1:1-5b
Mat 22:15-21
Berikanlah apa yang wajib kamu berikan!
Ada seorang sahabat yang selalu mengingat hari ulang tahun hidup membiara dan tahbisan imamatku. Biasanya seminggu sebelum merayakannya, ia sudah mengirim pesan singkat dengan doa dan harapan-harapan. Ia melakukannya dengan tekun setiap tahun. Dari banyak pesan itu, saya mengingat satu pesan istimewa beberapa tahun yang lalu ketika merayakan hari ulang tahun tahbisan imamatku yang ke sepuluh. Ia menulis: “Romo, apa yang sudah anda berikan kepada Tuhan, janganlah diambil kembali. Itu adalah kewajibanmu untuk memberi kepadaNya.” Saya mulanya agak bingung apa maksud pesan ini. Tetapi kemudian saya yakin bahwa yang ia maksudkan adalah persembahan diriku kepada Tuhan sebagai imam dan biarawan. Tak henti-hentinya saya berterima kasih kepadanya, terutama kesetiaannya untuk mendoakan dan mengingatkanku.
Pada hari ini kita mendengar kisah Injil yang bagus dan menarik perhatian. Sebuah kisah yang cocok dengan keadaan kita saat ini tentang kewajiban sebagai warga negara untuk membayar pajak, meskipun nantinya dikorupsi oleh oknum tertentu. Konon orang-orang Farisi membuat perundingan untuk menjerat Yesus dengan pertanyaan yang sangat sensitif saat itu. Membayar pajak itu kewajiban orang Palestina yang saat itu berada di bawah jajahan Romawi. Tidak membayar pajak berarti membangkang dan patut mendapat hukuman. Cara orang Farisi memang penuh kemunafikan. Mereka menyuruh murid-murid para ahli Taurat dan orang Herodian untuk menjerat Yesus. Mula-mula mereka memuji Yesus dengan pujian palsu: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.” (Mat 22:16). Setelah memuji barulah mereka bertanya: “Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” (Mat 22:17).
Kaum Farisi memiliki inisiatif untuk membuat komplotan untuk melawan Yesus. Mereka menjadi otak permusuhan dengan Yesus di sekitar Bait Allah (Mat 21:44; 22:15.34.41). Mereka mengambil posisi tengah antara kaum Zelot dan partai Herodes. Orang-orang Zelot itu membangkang untuk tidak membayar pajak kepada orang Romawi, sedangkan kaum Farisi merasa bahwa penjajahan adalah hukuman dari Allah yang patut di terima manusia. Mereka juga tetap membayar pajak kepada orang Romawi dan berusaha hidup saleh sesuai hukum Taurat.
Pajak kepada kaisar merupakan pajak perseorangan yang dipungut sejak tahun 6M pada masa pemerintahan Arkhelaos diganti oleh seorang Gubernur Romawi. Setiap orang Yahudi dewasa harus membayar pajak. Mata uang yang dipakai sebagai pajak adalah mata uang logam Romawi yaitu denarius. Nah pada zaman Yesus itu, uang logam bertuliskan: “Tiberius, kaisar, Putra Agustus yang ilahi”
Terhadap pertanyaan para utusan kaum Farisi dan Herodian ini, Yesus menjawab: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Mat 22: 21). Berikanlah kepada kaisar berarti mengembalikan kepada kaisar apa yang menjadi milik kaisar karena di mata uang tersebut ada gambar Kaisar Tiberius. Uang itu milik kaisar Tiberius maka mereka juga berkewajiban mengembalikannya kepadanya. Yesus juga menyadarkan mereka bahwa masing-masing orang diciptakan sesuai dengan citra atau gambar Allah. Oleh karena itu mereka harus mengembalikan diri mereka kepada Allah, dalam arti mempersembahkan diri seutuhnya kepadaNya sebagai tanda cinta dan bakti karena mereka adalah milik Allah. Di samping itu, segala sesuatu di atas dunia termasuk manusia adalah milik Allah, diciptakan dan dilengkapi dengan capNya maka harus diberikan kembali kepadaNya untuk dipakai sesuai rencana ilahiNya. Manusia harus mencari dan melaksanakan kehendak Allah, mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya (Mat 6:33). Apakah kita pernah menyadari diri kita sebagai ciptaan istimewa di hadiratNya?
Nabi Yesaya di dalam bacaan pertama membantu kita untuk memahami maksud dan kehendak Allah. Ia selalu menghendaki yang terbaik bagi manusia hanya manusia kurang menyadarinya. Ketika bangsa Israel mengalami penderitaan di negeri asing yaitu Babel, mereka selalu mengeluh kepada Tuhan. Mereka berpikir bahwa Tuhan sudah lupa dengan mereka, sebaliknya yang terjadi adalah merekalah yang lupa kepada Tuhan. Tuhan Allah mengutus para nabinya untuk bernubuat, memberikan penghiburan tetapi mereka tidak menyadarinya. Tuhan bahkan mengatakan kepada mereka di Babel: “Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup: Oleh karena hamba-Ku Yakub dan Israel, pilihan-Ku, maka Aku memanggil engkau dengan namamu, menggelari engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku, supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain.” (Yes1:4-6).
Lihatlah bahwa Tuhan memberikan dukungan kepada Koresh, raja Persia. Tuhan mau menunjukkan diriNya sebagai Allah yang Esa yang menyelamatkan orang yang berharap kepadaNya. Dengan kuasa dan kasih Tuhan yang agung ini, diharapkan manusia bisa membuka matanya dan menyapa Tuhan sebagai satu-satunya Allah yang menyelamatkan mereka. Allah menunjukkan diriNya sebagai kasih yang kekal, kasih yang tidak ada batasnya meskipun Israel melawan sekaligus melupakanNya.
Apa yang harus kita lakukan untuk menjawabi kasih Tuhan yang tiada batasnya ini? St. Paulus kepada jemaat di Tesalonika memberikan resep untuk tetap bertahan hidup bersama Tuhan dan menikmati kasihNya. Jemaat di Tesalonika harus hidup dalam iman, harapan dan kasih. Ini juga yang menjadi tanda syukur yang tak terhingga oleh Paulus kepada Tuhan. Gereja di Tesalonika hidup karena amal iman mereka, usaha kasih dan ketekunan harapan kepada Tuhan Yesus Kristus. Iman, kasih dan harapan ini merupakan kebajikan ilahi yang dimiliki manusia sebagai hadia cuma-cuma dari Tuhan.
Pada hari Minggu Evangelisasi ini kita semua terinspirasi untuk menyadari tugas panggilan kita sebagai orang yang dibaptis. Pertama, kita disadarkan untuk terbuka dan menerima tawaran kasih Allah. Ia tetap bekerja untuk menyelamatkan kita. Kedua, Kita bertumbuh dalam iman, kasih dan harapan kepada Kristus yang menebus kita. Ketiga, Kita memberi diri secara total kepada Tuhan dalam karya misioner Gereja dan juga dalam karya untuk mengembangkan dunia karena kita adalah warga yang menghuni dunia ini. Semua ini bertujuan untuk memuliakan nama Tuhan. Kembalikanlah kepada Kaisar, kembalikanlah juga kepada Allah! Nah, apa yang sudah anda kembalikan kepada Tuhan?
Doa: Tuhan, terima kasih atas kasihMu yang tiada henti-hentinya Engkau berikan kepada kami. Amen
PJSDB