Hari Rabu, Pekan Biasa XV
Kel. 3:1-6.9-12
Mzm. 103:1-2,3-4,6-7
Mat. 11:25-27
Berjumpa dengan Allah
Pada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta St. Bonaventura. Ia lahir pada tahun 1221 di Bagnoregio, Viterbo, Italia dengan Yohanes sebagai nama baptisnya. Pada tahun 1243, ia bergabung sebagai anggota Ordo Fratrum Minorum (Ordo saudara-saudara dina) yang barusan didirikan oleh St. Fransiskus dari Asisi. Ketika berusia 35 tahun, ia dipilih sebagai pemimpin tertinggi Ordo Fransiskan selama 9 periode berturut-turut. Ketika berusia 52 tahun, Paus Gregorius X mengangkatnya menjadi Uskup dan Kardinal. Ia wafat pada usia 53 tahun tepatnya tanggal 15 Juli 1274. Dia dikenal sebagai Pujangga Gereja.
Kisah tentang perjuangan Musa dan bani Israel berlanjut. Di tanah Midian, Musa yang selama bertahun-tahun berada di zona nyaman harus bekerja sebagai penggembala kambing dan domba. Ia menggembalakan kambing dan domba milik Yitro, mertuanya yang saat itu menjabat sebagai imam di Midian. Pada suatu kesempatan, Musa membawa semua ternaknya ke gunung Horeb. Di gunung Tuhan ini, untuk pertama kalinya Musa melihat sebuah tanda yang mengagumkan yakni semak berduri menyala tetapi tidak dimakan api. Musa pun berniat untuk mendekati tempat ini. Ini menjadi kesempatan pertama kali Musa berjumpa dengan Tuhan Allah.
Dialog dalam perjumpaan itu pun terjadi. Tuhan memulai sapaan kasih-Nya dengan memanggil nama sebanyak dua kali: “Musa, Musa!” Musa menjawab: “Ya Allah” (Kel 3: 4). Tuhan menegur Musa untuk menanggalkan hidup lama menjadi baru dalam situasi hidup yang nyata. Tuhan berkata: “Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.” (Kel 3: 5). Tuhan juga menunjukkan Identitas diri-Nya dengan berkata: “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” (Kel 3: 6). Pada waktu itu, Musa menutup wajahnya sebab ia takut memandang Allah.
Perjumpaan dan dialog yang hangat antara Tuhan Allah dan Musa membuahkan sebuah pelayanan penuh syukur. Tuhan sudah mendengar keluhan umat Israel. Ia melihat sendiri penderitaan mereka akibat penindasan yang dilakukan oleh orang-orang Mesir. Dalam situasi yang sulit ini, Tuhan memanggil dan memilih Musa untuk pergi dan membebaskan umat Israel. Ia harus membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Masalah bagi Musa adalah pada siapakah yang mempunyai otoritas untuk memerdekakan umat Israel. Siapa yang mengutusnya untuk menyampaikan berita eksodus kepada Israel. Musa berkata: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” (Kel 3:11). Tuhan menjawabnya: “Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini.” (Kel 3:11-12).
Kita pun mencari dan berusaha untuk menemukan Tuhan di dalam hidup pribadi. Banyak orang ternyata tidak berjumpa dengan Tuhan di Gereja, di tempat ziarah, saat adorasi sakramen Mahakudus dan lain sebagainya. Mereka justru berjumpa dengan Tuhan dalam hidup yang nyata, di tempat di mana mereka bekerja. Pikiran kita dibuka oleh Tuhan untuk mengerti bahwa di semua tempat adalah kudus adanya. Orang harus berani meninggalkan supaya bisa menerima Tuhan dan semua rahmat-Nya. Tuhan juga siap mengutus orang yang dipanggilnya untuk melakukan semua pekerjaan-Nya.
Panggilan dan perutusan ini haruslah selalu disyukuri bersama. Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini menyatakan syukur-Nya kepada Bapa di Surga. Tuhan Yesus berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.” (Mat 11:25). Mengapa Tuhan Yesus bersyukur kepada Bapa Tuhan langit dan bumi? Tuhan Yesus bersyukur karena semua hal yang perlu untuk menghadirkan Kerajaan Allah sempurna dan dinyatakan kepada Yesus. Dia lemah lembut dan rendah hati, mendapat bayak penolakan, penderitaan dan kemalangan. Tuhan juga mempercayakannya kepada para murid Yesus. Mereka adalah orang-orang sederhana, para nelayan dari danau Galilea. Tuhan sudah membentuk mereka sebagai mitra kerja-Nya. Ia juga mengutus mereka untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya bukan pekerjaan mereka sendiri.
Tuhan Yesus juga menunjukkan otoritas-Nya. Ia berkata: “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” (Mat 11:27). Tuhan Yesus juga bersyukur karena segala sesuatu di tangan Bapa diserahkan kepada-Nya. Dialah yang mengenal Bapa dan Bapa mengenal Dia. Roh Kudus yang berasal dari Bapa dan Putra mempersatukan-Nya.
Sabda Tuhan pada hari ini menguatkan kita untuk setia dalam hidup. Tuhan juga memanggil dan mempercayakan tugas mulia kepada kita. Musa melakukan tugasnya untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Tuhan menyertai dia dalam seluruh hidupnya. Tuhan membentuk orang-orang sederhana untuk menjadi mitra kerja Tuhan Yesus. Para rasul tetap dikenang hingga saat ini karena mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan Yesus dengan baik.
PJSDB