Hari Kamis, Pekan XXVI
Neh 8:1-5a.6-7.8b-13
Mzm 19:8-11
Luk 10:1-12
Kuasa Sabda Tuhan
Ketika saya sedang menyiapkan homili untuk hari ini, ada seorang sabahat saya mengirim sebuah pesan singkat, “Romo, kami juga menyiapkan lagu ‘FirmanMu, pelita bagi kakiku, terang bagi jalanku” untuk perayaan Ekaristi di rumah. Saya berkata di dalam hati, “Kog nyambung dengan persiapan homili saya”. Apakah hati anda pernah tergerak ketika menyanyikan lagu “FirmanMu pelita bagi kakiku terang bagi jalanku” yang berasal dari Mazmur 119:105. Sabda Tuhan yang kita baca dan dengar memiliki kuasa yang besar bagi hidup kita. Selama tahun-tahun terakhir ini saya mengajar Kitab Suci kepada para calon imam dan bruder dari kongregasi kami. Kesan saya adalah mereka lebih menyukai Kitab Perjanjian Baru dari pada Kitab Perjanjian Lama. Saya pernah bertanya kepada mereka, mengapa lebih menyukai Kitab Suci Perjanjian Baru? Banyak di antara mereka yang mengatakan Kitab Perjanjian Baru lebih enak dibaca dari pada Kitab Perjanjian Lama. Saya mengatakan kepada mereka bahwa kalau memang mereka berpikir seperti itu maka panggilan mereka saya ragukan. Di kalangan umat kristiani banyak yang kurang meminati Kitab Suci Perjanjian Lama. Banyak yang merasa bahwa kisah-kisahnya sudah kadaluarsa, padahal Kitab Suci Perjanjian Lama menyiapkan umat manusia untuk menyambut kedatangan Kristus sang Mesias, sedangkan Kitab Perjanjian Baru menggenapi semua nubuat di dalam Kitab Perjanjian Lama. Kedua-duanya merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Pada hari ini kita mendengar kisah yang luar biasa dari Kitab Nehemia. Ezra sang ahli Kitab Suci sedang ber-Lectio Divina dengan semua umat Israel yang hadir di Yerusalem. Apa yang di lakukan Ezra bersama umat Israel? Pada waktu itu umat sedang berkumpul di lapangan dekat Gerbang Air di Yerusalem. Umat pria, wanita dan anak-anak meminta Ezra untuk membacakan Sabda dari Kitab Taurat supaya mereka mendengarnya dan mengerti. Ezra pun membaca dari Kitab Suci selama setengah hari dan semua orang yang mendengarnya mengerti dengan baik. Sabda yang dibacakan juga dijelaskan kepada jemaat yang hadir. Sambil mendengar Sabda, mereka menyadari diri sebagai orang berdosa sehingga mereka berlutut dan sujud menyembah Tuhan dengan muka sampai ke tanah. Sabda Tuhan memang bersifat menguduskan manusia.
Pengalaman mendengar Sabda dan melakukannya di dalam hidup amat berharga bagi jemaat Israel. Oleh karena itu, Bupati Nehemia dan imam Ezra juga kaum Lewi mengajar umat dengan berkata: “Hari ini adalah kudus bagi Tuhan Allahmu. Kalian janganlah berduka cita dan menangis”. Nehemia berkata: “Pergilah, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis, dan berikanlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa! Sebab hari ini kudus bagi Tuhan. Jangan bersusah hati tetapi bersukacitalah karena Tuhan adalah perlindunganmu”. Orang-orang Lewi pun memberi semangat kepada kaum Israel untuk bersukacita.
Kisah ini sangat menakjubkan. Semua orang dari berbagai lapisan dan golongan berkumpul bersama sebagai satu persaudaraan untuk mendengar Sabda Tuhan. Ada Bupati Nehemia, imam Ezra, kaum Lewi dan seluruh jemaat. Mereka berkumpul untuk mendengar bacaan Kitab Suci dan penjelasannya. Untuk membaca dan menjelaskan Kitab Suci merupakan tugas para imam. Para imam menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami jemaat ketika membaca dan menjelaskan Kitab Suci. Bupati sebagai wakil pemerintahan sipil juga memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan umat. Ia juga mendengar Sabda, memberi semangat dan penghiburan kepada jemaat yang adalah rakyatnya juga. Kaum Lewi yang siang dan malam melayani Tuhan di Bait Suci juga menguatkan seluruh jemaat untuk selalu bersukacita. Dengan demikian semua orang yang mendengar Sabda merasakan sukacita yang besar dan sukacita itu juga yang dibagikan kepada semua orang.
Tugas mewartakan Sabda juga diperintahkan oleh Yesus kepada para muridNya. Ia berkata: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Aku menyertai kamu hingga akhir zaman” (Mat 28:19-20). Yesus tidak hanya memberi komando atau memerintahkan para murid untuk mewartakan Sabda, tetapi Ia juga menyertai mereka hingga akhir zaman. Tuhan Yesus tetap menyertai GerejaNya, menguatkan dengan Sabda dan melindungi dari mara bahaya.
Penginjil Lukas pada hari ini mengisahkan perutusan 72 murid Yesus. Mereka diuutusnya pergi berdua-dua mendahuluiNya ke setiap kota dan desa yang akan dikunjungi Yesus. Pesan-pesan Yesus kepada mereka sangat berarti dan masih dirasakan saat ini di dalam Gereja. Pertama, Yesus berpesan: “Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit. Oleh karena itu mintalah kepada yang empunya tuaian supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja ke tuaian itu”. Ingatan kita adalah para pekerja. Para pekerja adalah milik tuan maka kita meminta kepada tuan untuk mengirimkannya. Setiap kali kita berdoa memohon panggilan di dalam Gereja untuk menjadi suster, frater, bruder dan pastor, kita harus sadar bahwa Tuhan mempunyai orang-orang khusus. Maka kita berdoa, memohon supaya Tuhan mengirim orang-orangNya untuk bekerja, melayaniNya.
Kedua, Yesus berkata: “Pergilah! Camkanlah, Aku mengutus kalian seperti anak-anak domba ke tengah-tengah serigala”. Menjadi utusan Tuhan memang bukanlah hal yang mudah. Ada banyak penderitaan yang dialami. Tetapi Yesus sendiri menghibur dengan perkataanNya: “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadaMu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacitalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga” (Mat 5:11-12). Ketiga, para utusan Tuhan perlu hidup sederhana. Mereka tidak perlu kuatir dengan apa yang mereka makan atau minum atau pakai. Kalau mereka membawa apa-apa maka mereka bisa terganggu dalam pelayanan karena Yesus sendiri berkata: “Dimana hartamu berada, disitu hatimu juga berada” (Mat 6:21). Tugas para murid adalah mengatakan kepada semua orang bahwa Kerajaan Allah sudah dekat maka damai sejahtera haruslah dibangun kembali. Dunia baru, penuh kedamaian haruslah dirasakan oleh umat Mesianis.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini menggambarkan bagaimana Sabda Tuhan memiliki kuasa yang luar biasa bagi manusia. Artinya, Sabda Tuhan yang dibaca, didengar, direnungkan dapat mengubah hidup manusia. Orang bisa tersentuh dan merasa sedih, menangis, gembira, bertobat dan bersemangat karena Sabda. Oleh karena Sabda itu sendiri memiliki kekuatan yang luar bisa maka dibutuhkan para pewarta Sabda yang ulet. Para pewarta Sabda adalah milik Tuhan dan Gereja perlu dan harus berdoa supaya Tuhan yang empunya pekerja-pekerja dapat mengirimnya. Maka mari kita memohon kepada Tuhan yang memiliki para pekerja untuk mengirim pekerja yang tekun, jujur, dan setia dalam melayaniNya, melayani seluruh GerejaNya.
Doa: Tuhan, kami bersyukur kepadaMu karena Engkau tak pernah berhenti berbicara kepada kami. Bantulah kamu supaya selalu mendengar dan menjadi pelaku-pelaku sabdaMu. Amen
PJSDB