Janganlah kalian cegah dia!
Banyak orang dapat keliru dengan berpikir bahwa ia sudah beragama katolik karena dibaptis dengan nama baptis tertentu, sekarang terlibat aktif dalam hidup menggereja. Hal ini dapat menjadikannya status quo untuk masuk surga. Dan karena berpikir status quo maka ada kecenderungan untuk menganggap orang lain tidak mungkin memperoleh keselamatan pada hal, perkara keselamatan itu urusannya Tuhan bukan urusan manusia. Menjadi katolik saja belum cukup, kita harus benar-benar Kristiani. Artinya kita harus benar-benar hidup seperti Kristus sendiri, berpikir dan bertindak seperti Kristus. Maka kalau anda masih membenci, iri hati dan marah maka anda hanya orang katolik tetapi belum kristiani.
Injil hari ini (Mrk 9: 38-40), mengisahkan tentang seorang yang bukan pengikut Yesus Kristus mengusir setan dalam nama Yesus. Melihat kejadian itu, Yohanes bersama teman-temannya mencegah dia karena orang itu tidak termasuk kelompoknya Yesus. Tentu saja Yohanes berpikir bahwa Tuhan Yesus pasti senang dan menyukai tindakan mereka. Ternyata bukanlah demikian. Yesus menegur mereka supaya jangan mencegah orang itu. Mengapa? Karena menurut Yesus, tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Nya dan pada saat yang sama ia mengumpat Yesus. Pada akhirnya Yesus berkata: “Barangsiapa tidak melawan kita ia memihak kita.” (Mrk 9:40).
Perkataan Yesus ini membuka wawasan kita untuk menjadi sesama bagi mereka yang lain. Ada dua kata penting yang mambantu permenungan kita yakni toleransi dan oikumene. Toleransi membantu kita untuk menghargai sesama yang beragama dan kepercayaan lain. Toleransi membuat kita bisa hidup berdampingan. Oikumene adalah usaha untuk membangun persekutuan gereja-gereja sesuai dengan doa Yesus yakni “ut unum sint” (semoga semuanya menjadi satu).
Apakah kita sudah bersikap toleran dan memiliki andil dalam oikumene? Atau kita juga berpikir status quo dan menganggap sesama berada di luar keselamatan.
PJSDB