Penderitaan itu indah
Saya mengakhiri hari ini dengan sebuah permenungan yang saya beri judul: “Penderitaan itu indah”. Beberapa sahabat yang membaca homili harian saya spontan mengatakan kepada saya: “Romo John, apa benar penderitaan itu indah? Indahnya terletak di mana?” Saya berkata dalam hati, “Ini memang reaksi yang saya harapkan dari para sahabat yang membaca homili saya”. Kita semua sepakat secara manusiawi bahwa penderitaan itu memang bukanlah hal yang indah. Namun sebagai orang beriman kita harus berani berkata bahwa penderitaan itu indah.
Saya mengingat Khalil Gibran. Ia pernah berkata: “Akhir dari penderitaan menghasilkan jiwa yang kuat; karakter terkuat ditandai oleh bekas luka.” Ketika kita memandang bekas luka, kita akan berani berkata bahwa bekas luka adalah sebuah kekuatan yang membahagiakanku karena aku telah berjuang untuk hidup. Helen Keller berkata: “Karakter tidak dapat dikembangkan dengan mudah dan tenang. Hanya melalui pengalaman ujian dan penderitaan jiwa dapat diperkuat, ambisi menginspirasi, dan keberhasilan yang dicapai”. Jiwa kita kuat, tidak goyah karena kita mengalami keindahana dari penderitaan.
Orang kudus yang menginspirasikan kita hari ini adalah St. Maximilianus Maria Kolbe. Beliau dikenal sebagai orang kudus, pencinta Bunda Maria yang dikandung tanpa noda dosa. Ia menderita sebagai martir dan kemartirannya itu indah. Pada bulan Juli tahun 1941 ia berani mengganti Franciszek Gajowniczek yang saat itu sebenarnya dipilih untuk dibunuh oleh Nazi Jerman. Ia mengeluh karena mengingat keluarganya. Pastor Maximilan berani menggantinya. Penderitaan yang dialami Maximilian adalah tidak diberi makan di tahanan, disuntik dengan racun dan dibakar. Penderitaannya indah karena memberi hidup bagi sesamanya. Semuanya karena cinta!
Kita menemukan sosok yang terhebat yaitu raja para martir. Dialah Yesus Kristus. Di hadapan para murid-Nya Ia berani mengungkapkan penderitaan-Nya di hadapan para rasul. Ia berkata: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” (Mat 17:22-23). Para rasul-Nya sangat sedih tetapi tidak berdaya di hadirat-Nya. Yesus menderita dan penderitaan-Nya indah karena kasih.
Penderitaan itu indah. Kasih adalah alasan utamanya. Penderitaan karena kasih memiliki keindahan yang luar biasa. Kita melihat sosok Kolbe dan Tuhan Yesus sendiri. Mereka menderita karena mengutamakan kasih. Penderitaan tanpa kasih tidak ada keindahannya. Penderitaan semacam itu memang ada tetapi tidak memiliki makna apa-apa karena ada nyawa kesombongan di sana. Mari kita wujudkan keindahan penderitaan dalam hidup kita setiap hari.
Damai Tuhan
PJSDB