Homili 6 Nopember 2011

Hari Minggu Biasa XXXII/A


Bacaan I: Keb 6:13-17


Mazmur: 63: 2.3-4.5-6.8-9


Bacaan II: 1 Tes 4:13-18


Bacaan Injil: Mat 25:1-13

Kerajaan surga itu seumpama….

Kesalehan dan kebodohan manusiawi kadang berjalan bersama. Ada seorang yang sangat saleh. Ia selalu hadir di mana-mana kalau ada kegiatan gereja, mulai dari pertemuan komunitas basis sampai ziarah kemana-mana. Tetapi ia juga kelihatan bodoh. Rumahnya jauh dari jalan raya tetapi setiap kali kalau mau ke kota ia hanya duduk di depan rumah sambil menunggu kendaraan mana yang bisa melewati lorong rumahnya dan dia boleh ikuti. Apabila ada kendaraan yang sempat lewat dia selalu berkata, “Aleluia, Tuhan mendengarkan doaku!” Tetapi terkadang ia harus menunggu kendaraan seharian kalau hendak pergi jauh dari rumahnya. Ia berkali-kali diingatkan orang untuk menunggu saja di dekat jalan raya tetapi ia selalu menjawab, “Tuhan pasti menolongku. Ia akan mengirim kendaraan khusus buatku.” Tidak cukup menjadi saleh tetapi kebijaksanaan juga sangat diperlukan.

Ini hanya sebuah kisah sederhana yang mengatakan tentang perjalanan bersama antara kesalehan dan kebodohan manusiawi. Kadang-kadang manusia mengatur Tuhan dengan kebodohannya. Injil hari ini mengatakan kepada kita tentang kisah sepuluh orang gadis yang menanti kedatangan mempelai di malam hari dengan pelita-pelita mereka. Lima di antaranya dikatakan gadis yang bijaksana karena di samping pelita, mereka juga menyiapkan persediaan minyak untuk penerangan dalam malam perjamuan bersama mempelai. Lima gadis yang lain dikatakan bodoh karena mereka hanya membawa pelita tetapi tidak membawa persediaan minyak. Tentu menjadi masalah yang besar ketika sang mempelai tiba pada waktu yang tidak mereka ketahui. Pada saat itu istilah “saling berbagi” itu sangat mahal dan tidak dapat di jangkau!  Terlambat memiliki minyak seperti para gadis bodoh pun tidak layak untuk sang mempelai: “Aku tidak mengenal kamu!”.

Perumpamaan ini menakutkan karena kata-kata tajam yang disampaikan kepada gadis-gadis yang bodoh. Mereka lama menanti sang mempelai tetapi diperlakukan kasar. Dimanakah letak kesalahan mereka? Mereka tidak berjaga-jaga. Padahal berjaga-jaga untuk menantikan kedatangan mempelai itu adalah hal yang serius. Dan itu adalah tujuan utama mereka mengunakan malam yang gelap dan pelita yang bernyala untuk ikut dalam perjamuan. Sang mempelai sendiri bebas menentukan waktunya untuk datang maka sikap berjaga-jaga itu harus selalu ada dalam setiap saat kehidupan. Maka hal yang penting di sini adalah, Tuhan tidak dapat dipermainkan dengan kebodohan manusia. Dalam arti cukup ada lima gadis yang bodoh dan tidak perlu lagi ada lima gadis bodoh yang lain. Singkatnya, orang perlu bijaksana di dalam hidupnya.

Orang yang selalu siap sedia mencari tentu berjaga-jaga dan terbuka pada kebijaksanaan dan pasti akan menemukan kebijaksanaan itu. Mengapa? Karena kebijaksanaan itu selalu berjalan, duduk di depan pintu untuk menemui orang yang mencarinya. Ia membuka dirinya bagi manusia dan hadir dalam pemikiran manusia. Bagi manusia yang berjaga-jaga untuk bertemu dengan kebijaksanaan akan bebas dari kesusahan. Kebijaksanaan adalah Tuhan sendiri dengan sabdaNya yang menghidupkan manusia. SabdaNya yang menyelamatkan manusia dalam diri Yesus. Sikap yang perlu dimiliki adalah tanpa henti mencari sampai menemukan kebijaksanaan dalam setiap situasi kehidupan, di semua tempat dan kegiatan-kegiatan batiniah kita.

Sabda kebijaksanaan menyelamatkan baik orang hidup maupun orang mati. Santu Paulus mengatakan bahwa semua orang yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama Yesus. Oleh karena itu orang tidak seharusnya berduka seperti orang yang tidak memiliki pengharapan. Sebaliknya orang beriman percaya bahwa Yesus telah wafat dan bangkit dan tentu saja mereka juga akan bangkit bersama Dia. Orang yang bijaksana akan selalu berharap pada keselamatan yang datang dari Allah. Hal yang harus di bangun dalam diri sebagai pengikut Kristus menurut Paulus adalah menanti kedatanganNya dengan tenang, sabar karena memang kita akan selalu ada bertsama Tuhan.

Sabda Tuhan pada Hari Minggu ini mengoreksi kebodohan kita yang sadar atau tidak sadar mengatur kehendak Allah. Allah mahabijaksana dan Dia sendiri memiliki kehendak yang indah bagi setiap pribadi. Oleh karena itu kita harus bersikap seperti gadis-gadis bijaksana yang selalu berjaga-jaga, selalu waspada menanti dan menyongsong sang mempelai yang datang pada waktu dan saat yang tidak kita ketahui. Menanti dengan bijaksana membuat kita juga siap untuk ikut dalam perjamuan kekal. Pintu surga terbuka karena Dia mengenal kita!

Kesadaran lain yang kiranya menjadi permenungan kita adalah bahwa dalam setiap saat kehidupan ini selalu terjadi  pengalaman kegelapan malam dan terang. Para gadis itu mau menyambut mempelai pada malam hari dengan pelita yang bisa menerangi ruang perjamuan. Malam selalu menjadi simbol pencobaan dalam hidup manusia dan butuh harapan untuk melihat terang. Terang sendiri melambangkan kehidupan, sukacita karena menjadi saat untuk bertemu dengan Tuhan. Kiranya Yesus sebagai terang dunia senantiasa menerangi kegelapan hidup kita. Kita dihadapkan pada pilihan: malam atau siang? 

Sabda Tuhan pada akhirnya memberi optimisme akan kehidupan baru yang hendak Tuhan berikan kepada kita karena kita juga akan berkumpul bersama Yesus sang Mempelai, Terang dunia. Inilah suatu kerinduan khusus untuk tinggal tetap bersama Yesus. Ada damai, suka cita, seperti perjamuan yang tak kunjung habis bersama Yesus. Apakah anda siap untuk ikut dalam perjamuan bersama Yesus? PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply