Homili Hari Minggu III/B

Yun 3:1-5.10; Mzm 25:4bc-5ab.6-7bc.8-9; 1Kor 7: 29-31; Mrk 1:14-20

Kamu akan Kujadikan Penjala Manusia… 
Yunus mendengar panggilan Tuhan. Ia diperintahkan untuk menyeruhkan seruan tobat kepada orang-orang Niniwe. Orang-orang Niniwe yang berdosa di hadapan Tuhan mendengar ancaman bahwa kota mereka akan dihancurkan. Mereka pun berpuasa dan menggunakan kain kabung sebagai tanda pertobatan. Sikap berubah kiblat hidup inilah yang membuat Tuhan juga mengubah rencanaNya untuk tidak menghancurkan Niniwe. Perubahan kiblat hidup hanya kepada Tuhan disadari oleh Paulus sehingga ia menyeruhkan kepada orang-orang Korintus untuk menghayati hidup rohani seolah-olah ini adalah hari terakhir dalam hidup mereka (1Kor 10:11). Oleh karena itu mereka juga dituntut untuk memiliki sikap lepas bebas. Artinya ketika seseorang merasa bahwa saat ini adalah saat terakhir ia harus berani melupakan segalanya dan memprioritaskan Tuhan. Komitmen seperti inilah yang dituntut oleh setiap pribadi dihadirat Tuhan. Panggilan juga dirasakan oleh para rasul. 
Ketika Yesus menyusur pantai danau, Ia memanggil para murid pertama. Mereka adalah para nelayan yang lincah. Tentu saja setelah mereka sendiri mendengar Ia mengatakan: “Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percaya kepada Injil” maka mereka tergerak untuk masuk dan menjadi bagian dari Yesus. Mereka menjadi semakin yakin ketika masing-masing dipanggil: “Ikutlah Aku, Kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Konsekuensi dari panggilan adalah komitmen baru dalam hidup untuk segera mengikuti Yesus dengan sikap lepas bebas yakni meninggalkan segala-galanya dan semuanya hanya untuk Tuhan. Para murid perdana yakni Petrus dan Andreas, Yakobus dan Yohanes adalah nelayan-nelayan yang lincah dan mahir. Melihat Pribadi Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah, seruan tobat dan Injil membuat mereka segera mengikuti dan menjadi bagian dari Yesus. Yesus adalah wujud Kerajaan Allah yang ada di hadapan mereka. Proses beralih dari hidup keseharian sebagai nelayan menjadi murid ini bolehndikatakan sebagai pertobatan. Dalam arti terjadi perubahan kiblat hidup dari semua pekerjaan duniawi kepada Tuhan saja. Perubahan kiblat hidup ini juga yang mendorong mereka untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia dengan suka cita. 
Ada dua hal yang penting di sini. Pertama, pangilan itu pertama-tama adalah inisiatif Tuhan. Dia memanggil, memilih dan mengutus. Manusia diharapkan mendengar, menjawab, dan melaksanakan seluruh kehendakNya. Komitmen yang dibangun adalah sikap lepas bebas sehingga orang itu dapat setia mewujudkan panggilan dan pilihannya di depan Tuhan. Artinya bahwa Kerajaan Allah dan Injil adalah harga mati atau urgensi yang tidak dapat ditawar-tawar. 
Kedua, Wujud nyata panggilan adalah menjadi penjala manusia. Penjala manusia bukan berarti mencari sebanyak-banyaknya orang untuk diinjil, dibaptis sehingga jumlah pengikut Kristus bertambah. Penjala manusia berarti menangkap manusia dan membawa mereka kepada kehidupan. Artinya para rasul ini bertugas untuk memelihara, menuntun, memimpin dan menguatkan sehingga manusia itu betul-betul memiliki hidup. Manusia bisa menemukan sendiri jalan untuk mewujudkan hidupnya. Kita bersyukur kepada Tuhan atas anugerah panggilan dan perutusan bagi kita sebagai orang-orang yang dibaptis. Tugas kita amat mulia yaitu membawa orang kepada Kristus. Mari kita berjuang mewujudkan cita-cita ini. 

 PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply