Renungan 18 Pebruari 2012

Yak 3:1-10; Mzm 12:2-3.4-5.7-8; Mrk 9:2-13

Kontrol Lidahmu…

Seorang sahabatku menjadi kecewa karena dirinya digosip dengan seorang janda dua anak. Sebetulnya ia hanya membantu janda itu untuk mendapat pekerjaan sehingga bisa menghidupi kedua anaknya. Namun karena iri hati maka ada seorang janda lain bercerita ke mana-mana bahwa sahabatku itu memiliki hubungan asmara dengan janda dua anak itu. Pada akhirnya ketahuan juga sumber gossipnya. Ketika janda lain yang menjadi sumber gossip itu datang dan meminta maaf, sahabatku itu berkata keadanya: “Seandainya ada sekarung kapas kamu lepaskan di atas atap rumah dan ditiup angin, apakah anda dapat mengumpulkannya kembali?” Dia menjawab, “Tidak”. Sahabatku itu berkata, “Demikian juga semua gossipmu tentang diriku. Memang lidah tak bertulang”

Kisah ini selalu dialami oleh setiap pribadi dalam hidup sosialnya. Yakobus menyadari dosa karena lidah maka ia mengingatkan komunitasnya untuk mengendalikan lidahnya saat berbicara. Baginya orang kristiani yang matang adalah mereka yang mengontrol lidahnya dengan baik. Apabila tutur kata yang keluar dari mulut itu berlandaskan kasih sayang maka akan menyehatkan relasi sosial tetapi kalau tutur kata itu berlandaskan kejahatan maka dengan sendirinya akan menghancurkan relasi antar pribadi. Lidah digunakan untuk memuji Allah dan menyapa pribadi-pribadi dalam kasih.

Kasih yang sempurna dialami oleh setiap murid Kristus yang siap menderita dan menikmati kemuliaan kekal bersama Yesus. Yesus menampakan kemuliaanNya kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes yang mewakili para muridNya mengingatkan mereka akan paskahNya yakni sengsara wafat dan bangkit dari alam maut. Ini adalah pengalaman awal sebelum mereka menyaksikan dan mengalami semuanya. Pengalaman kemuliaan Tuhan juga mendapat penegasan dari Bapa Surgawi: “Inilah AnakKu yang Kukasihi, dengarkanlah Dia”.

Hidup kristiani menjadi indah ketika semua orang merasa diri sebagai sama saudara (confrater). Sama saudara yang membangun relasi dalam semangat cinta kasih. Disinilah landasan Persaudaraan sejati. Satu syarat pentingnya adalah menggunakan lidah dengan baik dalam tutur kata.  Persaudaraan sejati mengandaikan pengurbanan diri dari setiap pribadi. Kemuliaan Tuhan pun akan dinikmati di dalam komunitas persaudaraan. Maka gunakanlah lidahmu dengan baik, jangan pandai bersilat lidah. 
PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply