Homili Hari Minggu Prapaskah IV/B – 2012

Hari Minggu Prapaskah Sukacita
2Taw 36:14-16.19-23
Mzm 137:1-2.3.4-5.6
Ef 2:4-10
Yoh 3:14-21

Kasih dan sukacita yang sempurna

Fr. JohnSeorang sahabat pernah berkata kepadaku bahwa hidupnya adalah sebuah anugerah. Sebuah anugerah yang luar biasa dari Tuhan. Beginilah kisah hidupnya. Dia adalah anak tunggal dalam keluarga. Ketika berusia 3 tahun, ia jatuh sakit. Setelah didiagnosa oleh dokter, ternyata ia memiliki kelainan ginjal. Ginjal sebelah kirinya harus segera diangkat. Tidak ada pilihan medis yang lain. Dokter meminta pendapat orang tuanya tentang jalan keluar terbaik yang dapat membantu anak mereka untuk tetap hidup. Ibunya berkata: “Demi anakku, aku bersedia memberikan ginjalku untuknya. Biarkan dia hidup lebih lama daripadaku” Ibunya menyumbang ginjalnya untuk anak tunggalnya. Anaknya hidup sampai sekarang, ibunya hidup sampai usia 75 tahun dan meninggal dunia. Pada saat penguburan sang ibu, anak itu berkata kepada semua hadirin: “Kasih itu tidak hanya diucapkan tetapi dialami. Mami membagi kasihnya sampai tuntas buatku. Terima kasih mami atas kasihmu bagiku”. Sebuah sharing yang sederhana tetapi sangat mendalam maknanya. Cinta kasih itu tidak hanya diucapkan tetapi dilakukan dalam hidup yang nyata.

Sabda Tuhan melalui bacaan-bacaan suci pada hari ini membantu kita untuk bersukacita dan merefleksikan cinta kasih Allah yang sempurna bagi manusia. Setelah Yesus membersihkan Bait Allah (Pekan Prapaskah III/B), kini Yesus mengajak kita untuk memandang Dia sebagai sebagai yang tersalib, sumber keselamatan. Pandangan kita terarah pada Dia di Salib karena dengan salib suciNya, Ia telah menguduskan dunia yang penuh kegelapan. Untuk menjelaskan makna salib, Ia mengambil contoh dalam dunia Perjanjian Lama. Ketika orang-orang Israel dalam perjalanan di padang gurun dan mengalami hukuman dari Tuhan dengan gigitan ular tedung, Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat ular tembaga (nekhasy harekhosyet) dan memasangkan pada sebuah tiang yang tinggi. Barang siapa yang digigit ular tetapi memandang kepada ular itu ia akan tetap hidup.

Di dalam dunia Perjanjian Baru, kita percaya bahwa ada kehidupan baru yang dianugerahkan Tuhan kepada setiap orang yang memandang dan percaya kepada Putera Manusia yang ditinggikan di Salib. Kalau umat Israel memandang ular tembaga yang diangkat dari bawah ke tiang yang lebih tinggi dan tetap hidup maka misteri Salib jauh melebihi segalanya. Yesus ditinggikan berarti diangkat tinggi-tinggi dan dimuliakan. Pada salib, Dia dimuliakan  dan masuk dalam kemuliaanNya. Dia berasal dari atas. Dia adalah Putera Allah yang diutus untuk menyelamatkan dunia. Penginjil Yohanes bersaksi: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia sehingga Ia mengutus PuteraNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” Dia adalah Terang yang menerangi dunia yang penuh dengan kegelapan. Terang yang tidak dikenal oleh para pendosa.

Penyataan kasih Allah sebenarnya dialami terlebih dahulu oleh Bangsa Israel. Mereka jatuh dalam dosa misalnya dengan menyembah berhala atau menajiskan Bait Allah. Berkali-kali Tuhan memperingatkan mereka melalui para nabi tetapi mereka juga tidak berubah. Itu sebabnya kota kediaman Yeursalem dan Bait Suci dihancurkan oleh orang-orang Kasdim dan penduduknya diangkut ke Babel. Pengalaman Babel merupakan pengalaman pahit bagi  mereka. Selama hampir 70 tahun berada di Babel, mereka kehilangan harapan, seakan Tuhan tidak memperhatikan mereka. Namun kerahiman Tuhan tetap menguasai mereka. Allah menunjukkan kasihNya dengan memenuhi janjiNya untuk membebaskan mereka. Koresh, Raja Persia dipakai Tuhan untuk membebaskan mereka dan mereka pun kembali ke Yerusalem. Allah sungguh mengasihi mereka. JanjiNya ditepati. Tetapi umatNya sendiri tetap mengkhianatiNya.

Peristiwa pembebasan Bangsa Israel dari Babel merupakan simbol yang dipakai untuk memahami pembebasan yang Tuhan kehendaki bagi setiap orang. Tuhan memiliki inisiatif untuk membebaskan manusia yang berdosa melalui wafat dan kebangkitan PuteraNya. Keselamatan bukanlah usaha manusia tetapi bagi Paulus keselamatan adalah pemberian Allah secara cuma-cuma dalam diri Yesus PuteraNya. Oleh karena itu setiap orang harus merendahkan dirinya di hadirat Tuhan. Paulus berkata, “Sesungguhnya kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya.” (Ef 4:10).

Sabda Tuhan hari ini memberi rasa optimis kepada kita. Kita merupakan pribadi yang luhur di hadiratNya. Oleh karena itu Dia rela menyerahkan PuteraNya yang tunggal supaya kita yang percaya kepadaNya memiliki hidup kekal. Tentu saja kita harus bersyukur kepada Tuhan atas kasihNya yang sempurna ini.

Sejalan dengan masa prapaskah ini, Sabda Tuhan juga mengingatkan kita akan perjalanan rohani untuk merenungkan secara mendalam penderitaan Kristus. Sama seperti perjalanan kembali bangsa Israel dari  Babel ke Yerusalem, demikian pula dalam hidup keseharian, kita juga berjalan kembali kepada Tuhan lewat semangat pertobatan. Bangsa Israel bersukacita karena mereka kembali ke Yerusalem, kita juga bersukacita karena kembali kepada Tuhan. Kita diampuniNya dan merasakan kasih dan kerahimanNya yang sempurna. Kita juga dipanggil untuk mengalami terangNya karena pengalaman kegelapan berkepanjangan yang sering dialami setiap pribadi (berdosa).

Hari ini merupakan Hari Minggu sukacita. Kita bersukacita karena mengalami kasih dan pengampunan Tuhan. Hidup kita berubah dari kegelapan kepada terang. Dari hidup penuh dosa kepada pengampunan tanpa batas dari Tuhan. Dari hidup yang nyaris hancur kepada  keselamatan abadi. Dari Babel hidup keseharian kita kepada  hidup penuh damai sejahtera.

Mengasihi berarti berkorban. Mampukah kita? Mari kita membenahi diri dan menyadari kasih dan kerahiman Tuhan. Tuhan memberkati kita semua. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply