Renungan 24 Maret 2012

Sabtu Pekan Prapaskah ke-IVB

Yer 11:18-20
Mzm 7:2-3.9b-11.18 
Yoh 7:40-53
Siap menderita!


Ibu dan anak perempuan kecil itu sering mandi berduaan. Pada suatu hari anak itu melihat ada bekas luka jahitan di perut maminya. Sambil memegang bekas jahitan itu, ia bertanya: “Mami, wajah mami cantik tapi kenapa perut mami ada bekas luka yang kasar?” “Dulu belum ada obat seperti sekarang” kata ibunya. “Tapi kenapa papi tidak mencari obat yang baik untuk mami?” Tanya anak itu. “Papi sudah mencarinya ke mana-mana dan mendapatkan obat yang bagus.” Kata ibunya. “Tapi kenapa seperti ini diperut mami?” Maka ibu itu mulai menangis dan berterus terang dalam ceritanya. Ketika melahirkan putri semata wayang itu air ketuban ibunya kering maka tidak ada pilihan lain selain operasi mendadak untuk menyelamatkan bayi dan dirinya. Anak itu mengangguk dan memeluk maminya. Siap menderita untuk kebaikan orang lain itu membahagiakan!

Bacaan-bacaan suci hari ini berbicara kepada kita tentang nilai rohani penderitaan. Nabi Yeremia mengalaminya ketika nyawanya terancam di Anatot. Tuhan memanggilnya untuk bernubuat di tengah umatNya yang sudah tidak memperhatikan keadilan sosial di antara mereka. Nabi Yeremia muncul untuk meluruskan hidup mereka. Tetapi usahanya nyaris gagal total. Dia dianiaya. Tuhan sendiri memperlihatkan perbuatan jahat umatNya kepadanya untuk diketahui. Di saat seperti ini, Yeremia mengingat kembali pengalaman masa lalu dan Tuhan mengingatkannya bahwa dulunya dia pernah seperti anak domba jinak yang dibawa untuk di sembelih. Atau seperti sebatang pohon yang hendak dibinasakan sekalian dengan buah-buahnya. Tentu saja bagi Yeremia, semua ini adalah nubuat dari atas tetapi sedang dialami secara nyata dalam hidupnya. Pengalaman penderitaan bukan hanya sekedar nubuat yang diwartakannya tetapi sedang dihayatinya dalam iman. Apa yang diungkapkan menjadi sempurna dalam penghayatan.

Pengalaman Yeremia juga menjadi pengalaman Yesus. Orang-orang mempertentangkan identitasNya sampai menyelidiki Kitab Suci. Perdebatan yangterjada adalah apakah Yesus sungguh-sungguh Mesias, nabi yang akan datang atau bukan. Mengapa Dia orang Galilea tetapi berlaku seolah-olah Dia adalah Mesias, padahal Mesias haruslah berasal dari keturunan Daud di tanah Bethlehem? Semua ini bertumbuh menjadi niat jahat untuk menangkap dan membinasakan Yesus. Namun di antara mereka ada juga yang masih percaya bahwa Yesus sungguh Mesias dan nabi yang akan datang.

Yeremia dan Yesus mewakili banyak orang yang diutus Tuhan untuk membawa UmatNya ke jalan yang benar. Nubuat dan pengajaran diberikan kepada umatNya tetapi yang ada adalah situasi pertentangan dan kekacauan. Rencana jahat untuk membasmi orang benar pun dilakukan. Yeremia dan Yesus sama-sama mengalami ancaman pembunuhan. Hal yang kiranya menjadi tanda kehebatan Yeremia dan Yesus adalah mereka tidak takut. Mereka taat pada kehendak Bapa di Surga. Yeremia banyak mengalami penderitaan tetapi membawa banyak orang kembali ke jalan yang benar. Yesus menderita sampai wafat di Salib tetapi kebangkitanNya membawa hidup baru bagi umat manusia. Penderitaan membawa kebahagiaan.

Dunia ini akan menjadi indah ketika semua orang menyadari makna penderitaan secara positif. Penderitaan memiliki makna positif dalam arti saya (kita) menderita supaya orang lain menikmati kebahagiaan. Saya menderita supaya orang lain dapat memiliki nilai kehidupan. Yesus melakukannya ketika Dia mengikuti kehendak Bapa dengan memikul SalibNya. SalibNya menguduskan dunia. SalibNya membuat hidup kita bermakna, dan punya nilai di hadapan Tuhan dan sesame. Betapa berharganya diri kita sehingga Yesus sendiri menebusnya dengan darahNya yang mulia dan TubuhNya yang kudus. Terima kasih Tuhan Yesus. Engkau menderita bagi kami. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply