Renungan 28 April 2012

Hari Sabtu, Pekan Paskah III

Kis 9:31-42
Mzm 116:12-13.14-15.16-17 
Yoh 6:60-69

“Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?”


Seorang Kepala Sekolah pernah curhat. Ia terpilih menjadi kepala sekolah ketika sekolah tersebut diambang kehancuran. Hari-hari pertama berkarya di tempat baru ini, ia lebih banyak melihat kemudian berdialog dan coba memikirkan strategi yang tepat untuk membangkitkan sekaligus menjalani sekolah tersebut. Dia akhirnya menemukan bahwa kinerja dari setiap fungsionaris di dalam lembaga tersebut tidak berfungsi. Ada guru dan karyawan yang tidak berkarya pada tempat yang pas sesuai dengan pendidikan dan kemampuan berelasi dengan sesama. Akibatnya banyak di antara mereka dikembalikan ke yayasan yang mengelola sekolah untuk difungsikan. Tentu gebrakan kepala sekolah ini menjadi sarang kebencian banyak guru dan pegawai yang selama bertahun-tahun berkarya di sekolah itu. Mereka telah mendapat yang enak dan nikmat dan sekarang harus dibaharui dengan sistem baru yang lebih adil. Dampaknya banyak guru yang mundur, bahkan meninggalkan sekolah tersebut dan mencari pekerjaan lain.

Kisah ini sudah lazim dialami di dalam masyarakat kita. Di dalam gereja pun selalu saja ada umat yang puas dan tidak puas dengan perubahan system menggereja. Umat yang puas akan tetap mau melayani, apa pun kesulitan dan tantangan dia akan tetap mau melayani. Umat yang tidak puas dengan perubahan akan meminta diri, mundur dalam pelayanannya. Ketika Yesus mengatakan, “Roti yang akan Kuberikan adalah dagingKu bagi kehidupan dunia, anggur adalah minuman yang benar yakni Darah Kristus.” Bagi orang Yahudi, menyebut darah manusia apalagi meminumnya adalah perbuatan yang tidak baik (Kej 9:4; Kis 15:29). Orang-orang Yahudi saat itu pun tidak memahami maksud Yesus sehingga banyak yang mundur. Mereka berdalil bahwa perkataan Yesus sangat keras. Mereka lalu mundur dan tidak mau mengikuti Yesus lagi. Menyadari situasi komunitasNya, Yesus lalu bertanya kepada para murid apakah mereka juga mau pergi. Petrus menjawab, “Tuhan, kepada siapa kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”

Pengalaman Petrus ini tetap berlanjut hingga ia sendiri tampil menjadi wakil Yesus. Lukas dalam Kisah Para rasul menceritakan bagaimana  Petrus melakukan segala mukjizat seperti yang Yesus lakukan  sendiri. Sebelumnya, bersama Yohanes (Kis 3:6-8), mereka mendoakan dan mukjizat pun dialami orang lumpuh. Kali ini, orang lumpuh di Lida yang sudah delapan tahun lumpuh bernama Eneas didoakan dan hanya dengan menyebut nama Yesus, si lumpuh ini dapat berdiri dan berjalan seperti biasa. Petrus juga membangkitkan seorang bernama Tabita atau dikenal dengan nama Dorkas yang sudah meninggal dunia.

Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk mengimani dan percaya bahwa Tuhan Yesus adalah penebus dunia. Dia adalah Yang Kudus dari Allah. Dialah yang memberi diriNya tuntas bagi kita. Dalam pengajaranNya tentang Roti Hidup, dengan tegas Ia mengatakan bahwa  diriNya adalah Roti Hidup itu sendiri yang dapat memberikan kehidupan kekal bagi siapa yang percaya atau mengimaniNya. Dia jugalah yang tinggal di dalam setiap orang yang percaya kepadaNya.

Mengimani dan percaya pada Yesus bukanlah perkara yang mudah. Ia sendiri mengakui bahwa Ia mengutus para MuridNya laksana domba-domba ke tengah-tengah serigala (Luk 10:16). Banyak salib, banyak penderitaan akan dilewati setiap murid Kristus. Yesus mengingatkan  supaya orang yang tidak malu mengakuiNya dan bersaksi sekalipun dalam situasi yang sulit. Yesus berkata, “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu, Anak manusia juga akan malu karena orang itu” (Luk 9:26).

Pengalaman Petrus menguatkan kita semua. Ia tidak malu memberi kesaksian tentang Kristus dalam segala situasinya. Ia betul-betul bersatu dengan Yesus sehingga segala sesuatu yang sudah dilakukan Yesus diulangi kembali dan berhasil dengan sempurna. Kita pun dipanggil untuk menginjil di daerah-daerah lain secara geografis. Butuh keberanian dan ketekunan seperti Petrus. Kalau berada dalam keraguan katakanlah seperti Petrus, “Tuhan kepada Siapa kami akan pergi? SabdaMu adalah Sabda hidup yang kekal.” Tuhan Yesus adalah penolong yang setia dan ia mau membuat kita setia dalam melayani.

Marilah kita membangun ketekunan dalam berkarya. Tuhan sanggup membantu kita semua untuk menuju ke pelabuhan abadi di Surga.

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply