Renungan 9 Juni 2012

Hari Sabtu, Pekan IX

2Tim 4:1-8
Mzm 71:8-9.14-15ab.16-17.22
Mrk 12:38-44
Janda Miskin itu memberi lebih banyak…


Ada seorang janda. Ia sering disebut juga sebagai single parent. Ia berlaku sebagai ibu dan ayah dengan bekerja keras membesarkan puteranya, membiayainya hingga menyelesaikan program sarjananya. Pada hari wisuda anaknya, ibu itu berkata, “Anakku, lihatlah, aku telah memberikan segalanya untukmu. Sekarang engkau sudah menjadi manusia. Hiduplah dari dirimu sendiri!” Kalimat singkat tetapi penuh makna dari seorang ibu bertangan kasar karena bekerja keras, tahan banting dari kata-kata orang terhadapnya sebagai seorang janda.
Yesus melanjutkan pengajaranNya. Setelah memberi kritik pedas kepada para ahli Taurat karena mengajarkan bahwa Mesias hanyalah anak Daud padahal Daud sendiri memanggilnya “tuanku”, Yesus melanjutkan pengajaranNya dengan mengecam kemunafikan para ahli taurat dan memuji persembahan si janda miskin. Para ahli taurat dikecam Yesus karena kemunafikan mereka dalam banyak hal seperti suka mengenakan pakaian panjang dan menerima hormat di tempat-tempat umum. Mereka juga memiliki kebiasaan mencaplok rumah janda-janda dan mengelabui orang dengan doa yang panjang. 
Nah, mengapa para ahli taurat ini menjadi sasaran kritikan Yesus? Alasan utamanya adalah sikap munafik yang mereka miliki. Para ahli taurat berperilaku demikian karena mereka merasa sebagai status quo dalam kultus Yahudi dan kesetiaan mereka pada hukum taurat. Mereka adalah penafsir hukum taurat. Tindakan rohani terutama dalam doa hanyalah untuk menarik perhatian dan pujian orang. Hal-hal rohani dicampuri dengan hal-hal duniawi.
Setelah mengecam para ahli taurat, Yesus menunjukkan satu model yaitu si janda miskin untuk mengoreksi hidup kebanyakan orang saat itu. Seorang janda miskin datang ke Bait Allah dan memasukan satu duit ke dalam kotak persembahan. Yesus memuji wanita itu karena memberi seluruh yang dia miliki di bandingkan dengan orang berkelimpahan yang memberi dari kelimpahannya. Janda ini menjadi model hidup kristiani karena memberi seluruh nafkahnya tanpa takut menjadi miskin, ia juga murah hati dan menyerahkan dirinya kepada penyelenggaraan ilahi.
Orang Yahudi menyebut para janda almana  yang merujuk pada wanita yang suaminya sudah meninggal dan dia memilih untuk tidak menikah lagi. Dalam bahasa Yunani disebut chera yang memiliki makna yang sama dengan bahasa yahudi. Di dalam Kitab Suci terdapat banyak istilah dan pemahaman tentang janda. Banyak pengalaman kegelapan yang dialami para janda. Mereka terkadang menangis (Ayub 27:15) berduka (2 Sam 14:2) dan sedih karenai pengalaman pribadi setelah kehilangan pasangan hidupnya (Rat 1:1). Situasi kemiskinan juga dialami para janda (Rut 1:21) atau situasi keuangan (2Raj 4:1). Bahkan mereka kadang masuk kategori kaum miskin (Ayub 24:4; Yes 10:2). Namun demikian mereka-mereka ini secara sosial harus dilindungi.  
Sikap para janda yang mencintai Tuhan, memberi segala yang dimiliki untuk Tuhan merupakan model yang tepat dalam hidup. Para misionaris mewartakan belas kasih Allah dan kemurahan hatiNya kepada banyak orang dengan hidup mereka yang nyata. Hal yang sama juga menjadi harapan bagi setiap orang. Petrus dalam bacaan pertama berusaha membimbing Timotius untuk mewartakan Sabda Allah dengan baik. Ia diharapkan siap sedia selalu, baik dan tidak baik waktunya. Sabda Tuhan berperan untuk mengoreksi, memberi teguran dan nasihat kepada manusia. Timotius juga diharapkan untuk: “Menguasai diri dalam segala hal, sabarlah dalam penderitaan, lakukan tugasmu sebagai pewarta Injil. Petrus akhirnya berpesan kepada Timotius, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, mencapai garis akhir dan memelihara iman.”
Sabda Tuhan pada hari ini mengoreksi kita dari dosa kemunafikan. Kadang-kadang perilaku pribadi-pribadi dapat membuat zona nyaman tersendiri di dalam hidup. Sikap munafik dapat ditunjukan dalam pekerjaan-pekerjaan setiap hari. Di samping munafik juga gila hormat. Pokoknya prinsip hidup ahli taurat banyak kali menghampiri kita. Berubalah…bertobatlah!


Sabda Tuhan juga mengingatkan kita untuk menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Kita ini milik Tuhan dan hidup kita ada di tanganNya. Apa yang harus kita serahkan? Serahkanlah segala yang baik dan yang menyusahkan kita! Ingatlah, Dia yang memulai, Dia juga yang menggenapinya di dalam hidup kita. Apakah anda khawatir dengan hidup? Serahkanlah kepadaNya dengan berani (1Pt 5:7). Janda miskin memberi semangat tersendiri. Ia berbagi, ia juga murah hati  dan memberi diri seutuhnya kepada Tuhan. Apakah anda berani melakukannya dengan semangat yang sama?
Doa: Tuhan, bimbinglah aku untuk menjadi pelayanMu. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply