Renungan 12 Juni 2012

Hari Selasa Pekan X

1Raj 17:7-16
Mzm 4:2-3.4-5.7-8
Mat 5: 13-16

“Menjadi Garam dan Terang”


Seorang Romo pernah berkata kepada semua umat di paroki dalam perayaan ekaristi sore hari, “Pikirkanlah waktumu sepanjang hari ini, lalu temukanlah berapa banyak perbuatan baik yang kamu lakukan sepanjang hari ini.” Banyak umat mulai membayangkan aneka perbuatan baik yang mereka lakukan sepanjang hari. Pada hari berikutnya, romo meminta lagi umat yang hadir untuk menghitung perbuatan baik yang mereka lakukan. Sampai satu bulan romo tetap berbicara hal yang sama tentang perbuatan baik. Memang kedengaran membosankan tetapi suasana di paroki perlahan mulai berubah. Umat di paroki itu mulai menata diri dengan melakukan perbuatan baik dari umat, oleh umat dan untuk umat.

Dalam pengajaran Sabda Bahagia di Bukit, Yesus menyapa semua muridNya: “Berbahagialah”. Pengajaran Yesus di bukit ini harus menjadi nyata dalam perbuatan-perbuatan baik. Artinya segala pengajaran Yesus bukan hanya sebagai teori yang mudah dilupakan tetapi perbuatan yang dihayati hari demi hari. Yesus mengambil contoh garam dan terang untuk menjelaskan kebahagiaan yang dihayati setiap pribadi. Yesus berkata, “Kalian ini garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar dengan apakah diasinkan? Tidak ada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak-injak orang.” Mengapa garam? Israel memiliki laut mati. Di laut mati tidak ada kehidupan karena kadar garamnya 28 kali lebih asin dari laut biasa. Mereka juga memiliki laut tengah yang memiliki kadar garam cukup tinggi. Garam merupakan barang yang multi fungsi. Untuk mengawetkan makanan, memberi rasa asin pada makanan, manfaat bagi kesehatan. Kebiasaan orang saat itu adalah kalau garam sudah terlalu lama di simpan maka kadar garamnya turun dan dibuang di jalan-jalan supaya di injak orang.

Yesus juga berkata, “Kalian adalah cahaya dunia”. Yesus menyadari bahwa Israel rata-rata merupakan daerah pegunungan. Maka lampu-lampu yang menyala di kampung-kampung di daerah pegunungan akan memancarkan cahaya tertentu. Demikian di rumah-rumah penduduk juga menggunakan pelita yang harus diletakan di tempat yang agak tinggi untuk menerangi seluruh rumah. Contoh-contoh ini diambil Yesus untuk menegaskan kepada para muridNya bahwa supaya betul-betul mengalami kebahagiaan, mereka tidak boleh berhenti berbuat baik.

Perbuatan baik itu ibarat garam atau cahaya. Garam itu diam-diam harus melebur dirinya dan memberi rasa pada makanan dari dalam makanan. Dia tidak cukup memberi rasa dari luar saja. Bagaimana manusia dapat berbahagia dan membahagiakan? Manusia juga harus melebur dirinya, melupakan dirinya dan memberi arti kehidupan sesama dari dalam diri sesama. Jadi supaya membuat orang bahagia maka masuklah melalui pintu Tuhan dan keluarlah melalui pintu orang itu. Perbuatan baik juga ibarat cahaya. Cahaya itu memiliki kemampuan menembusi cela-cela yang sempit, memiliki daya pantul yang bagus. Perbuatan baik itu bercahaya sehingga dilihat orang dan ketika orang melihatnya mereka akan memuji sang pencipta kehidupan. Jadi yang dipuji bukan siapakah anda dan saya yang berbuat baik tetapi siapakah Dia yang menciptakan sehingga pribadi ini dapat berbuat baik? Sang pencipta itu mahasempurna maka patut dimuliakan melalui para ciptaanNya. Tepatlah doa Mazmur hari ini yang mengatakan, “Biarlah wajahMu menyinari kami ya Tuhan.” Biarlah Tuhan terus menyinari kita dan membuat banyak orang melihat terang Tuhan di dalam hidup kita.

Perbuatan-perbuatan baik itu mendapat ganjaran istimewa dari Tuhan. Kisah Nabi Elia yang berjumpa dengan seorang janda di Sarfaat, sebuah daerah kafir bagi orang Yahudi. Nabi Elia sedang mengalami kelaparan karena sungai Kerit kering. Tuhan memerintahkan Nabi Elia untuk menjumpai janda Sarfaat yang akan memberinya makan. Memang si janda itu merasa ketakutan juga karena bekalnya akan habis tetapi Elia meyakinkan dia untuk melakukan segala sesuatu sebagaimana diperintahkan Tuhan. Hasilnya adalah: tepung di dalam tempayan dan minyak di dalam buli-buli tidak habis. Perbuatan baik adalah mujizat harian atau mujizat yang selalu terjadi setiap hari. Ketika kita tidak khawatir dengan apa yang kita makan atau apa yang kita minum, Tuhan akan menambahkan seperti pengalaman janda di Sarfaat ini.

Sabda Tuhan hari ini memfokuskan perhatian kita pada nilai luhur perbuatan baik. Perbuatan baik yang kita lakukan, entah kecil atau besar tetap memiliki nilai luhur karena menghadirkan Tuhan sendiri. Biarlah orang mengakses kebaikan-kebaikan Tuhan di dalam hidupmu! Sabda Tuhan juga mendorong kita untuk selalu berbagi. Jangan takut untuk berbagi apa yang kita miliki. Tuhan akan tetap menambahkannya di dalam hidup kita. Yesus berkata, “Kamu telah menerima dengan cuma-cuma maka berikanlah juga dengan cuma-cuma.” (Mat 10:8)

Doa: Tuhan, mampukan aku untuk dapat berbagi dengan saudara-saudariku. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply