Renungan 17 Juli 2012

Hari Selasa, Pekan Biasa XV

Yes 7:1-9
Mzm 48:2-3a.3b-4.5-6.7-8
Mat 11 20-24
Celakalah engkau…
Ada seorang bapa yang dikenal sangat ramah. Hampir semua orang yang mengenalnya memiliki kesan yang sama bahwa dia orang yang ramah dan baik hati. Dengan demikian banyak orang akrab bersahabat dan sangat menghormatinya. Namun demikian ada di antara mereka yang memanfaatkan kebaikan dari bapa tanpa nama ini. Lama kelamaan ia semakin mengerti bahwa orang menjadi dekat dengan dia karena ada kepentingan-kepentingan tertentu yang menguntungkan mereka, dan sedangkan nasib –orang-orang kecil tidak diperhatikan.  Amarah dan kekesalan juga keluar dari mulutnya.
Yesus juga memiliki pengalaman yang mirip. Ia berkeliling dan berbuat baik dengan melakukan banyak tanda heran dan mengajar dengan penuh kuasa serta wibawa ilahi. Orang orang di kota-kota di sekitar danau Galilea merasakan hadirnya Kerajaan Allah. Kota-kota yang dimaksud adalah Khorazim yang letaknya  di atas bukit.  Dari Kaperaun kelihatan Khorazim sangat mempesona. Dari Kapernaum Yesus juga memandang ke arah dataran tinggi Golan. Di pinggir danau Gallea terdapat kota Betzaida. Yesus sendiri berada di Kapernaum sebagai kota  di mana  orang menyebutnya sebagai kotanya Yesus.  Di ketiga kota ini Tuhan Yesus melakukan banyak mukjizat tetapi hati orang-orang tidak terbuka  padaNya. Mereka hanya terpesona sebentar saja dan rasa terpesona itu cepat berlalu begitu saja. Sabda yang diucapkan Yesus juga  tidak mendapat tempat yang istimewa di dalam hati para penghuni kota ini. Mereka tetap pada hidup lama yang penuh dengan dosa.  
Tentu saja Yesus merasa kecewa karena usaha baikNya untuk menghadirkan Kerajaan Allah di kedua kota ini tidak mendapat dampak yang positif yaitu perubahan hidup. Maka dengan keras Yesus mengecam kota-kota  ini dan mengangkat kota-kota orang kafir yang bertobat yaitu Tirus dan Sidon. Kedua kota ini dinilai sebagai kota-kota di luar komunitas orang-orang Yahudi. Yesus berkata, “Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betzaida! Engkau Kapernaum akan diturunkan sampai ke dunia orang mati” Yesus mengecam kota-kota ini karena mereka tidak mau bertobat dan percaya kepada pewartaanNya dan pewartaan para Rasul. Sedangkan kota Tirus, Sidon, Sodom dan Gomora merupakan kota-kota di luar komunitas Yahudi dan kota-kota yang pernah jatuh dalam dosa dipuji karena penduduknya mau berubah atau bertobat. Tanggungan atau hukuman  mereka pun lebih ringan.
Tentu kita dapat bertanya, mengapa Yesus yang setiap hari berada di kota-kota ini berani mengancam mereka? Satu alasan yang penting adalah karena Yesus mengenal mereka. Mereka mengalami mukjizat tetapi tidak mengimani pribadi yang membuat mujizat yaitu Tuhan sendiri. Keakraban pribadi dengan Yesus itu hal yang bagus tetapi akan lebih bagus lagi kalau orang mau bertobat dan percaya kepada Kristus.
Pengalaman Yesus ini juga pernah dialami nabi Yesaya. Dalam bacaan pertama Yesaya membagi pengalamannya terutama kesulitan-kesulitan dalam hidup sosialnya saat itu. Rezin, raja Aram dengan Pekah bin Remalya raja Israel maju ke Yerusalem untuk berperang melawan raja Ahas dan oang-orang Yehuda. Tuhan memanggil Yesaya dan mengutusnya pergi untuk menghimbau Ahas: “Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang; Jangan takut dan jangan hatimu kecut. Jika kalian tidak percaya, nicaya kalian tidak teguh jaya.” Yesaya memang berhadapan dengan situasi dimana ada pertentangan satu sama lain tetapi ia juga percaya bahwa Tuhan akan terlibat dan membela orang-orang kecil. Yerusalem sebagai ibu kota Yehuda di lindungi oleh Tuhan. Semua orang baik masyarakat biasa maupun raja Ahas menjadi tenang karena Tuhan menyertai mereka.
Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita akan beberapa hal berikut:
Pertama, terkadang orang merasa sangat akrab dan bersahabat dengan Yesus dalam hidup doa atau mengalami karunia tertentu  dan lupa bahwa segala sesuatu itu berasal dari Tuhan. Kesombongan rohani dapat membuat orang menjadi atheis di dalam Gereja. Pertobatan juga tidak akan terjadi karena orang merasa bahwa sudah akrab dengan Tuhan dalam hidup doa dan kehidupan devosional. Seharusnya, semakin merasakan keakraban dengan Tuhan, orang semakin bertobat dan menjadi kudus, bukan semakin sombong dan menganggap rendah orang lain. Apakah anda juga merasa sombong secara rohani dan menganggap rendah sesama yang lain?
Kedua, Lebih baik bertobat dari pada mati di dalam dosa. Kota-kota yang disanjung Yesus yaitu Tirus, Sidon sebagai kota-kota di luar komunitas Yahudi, Sodom dan Gomora adalah kota-kota yang pernah jatuh dalam dosa. Orang berdosa ketika “tau diri” bahwa ia berdosa dan bertobat maka itu adalah sukacita besar di Sorga. Bagaimana dengan pertobatan pribadimu?
Ketiga, Setiap orang memiliki badai kehidupan. Selalu saja ada pertentangan, perselisihan bahkan peperangan. Orang harus berprinsip bahwa badai pasti berlalu. Biarkanlah pengalaman ini mendewasakan secara rohani. Tuhan akan tetap mengatakan: “Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang; Jangan takut dan jangan hatimu kecut.”
Keempat, Sikap suka mengancam dan mengecam orang lain. Banyak kali kita mudah mengecam orang-orang tertentu. Yesus mengecam kota-kota ini karena Dia tahu bahwa mereka berdosa dan tidak mau bertobat. Kita mengecam orang lain karena kita irihati, dengki dan sombong. Mereka yang bertelinga hendaknya mendengar!
Doa: Tuhan, semoga kami dapat bertobat dan percaya kepadaMu. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply