Renungan 7 Agustus 2012

Hari Selasa, Pekan Biasa XVIII

Yer 30: 1-2.12-15.18-22
Mzm 102: 16-18.19-21.29.22-23
Mat 14: 22-36
“Tenanglah! Akulah ini, jangan takut!”
(Mat 14:27)
Ada seorang anak berusia 7 tahun terjebak kebakaran sebuah apartemen di lantai 25. Orang tidak mengetahui bahwa anak itu sedang terlelap di dalam kamar. Ketika sadar bahwa ada kebakaran, ia tidak punya pilihan lain selain bangun, membuka pintu untuk keluar. Begitu melihat nyala apinya semakin besar maka ia hanya punya satu pilihan yaitu melompat dari lantai 25 gedung itu untuk menyelamatkan dirinya. Dia jatuh persis di dalam kolam renang yang kedalamannya 5m. Secara mengejutkan ia masih hidup. Ketika diwawancarai di sebuah stasiun televisi tentang pengalamannya ini, ia bercerita, “Saya saat itu tidak takut mati karena malam sebelumnya ibu saya mengatakan bahwa saya juga punya malaikat pelindung”
Seorang romo membawakan homili dengan tema “Jangan takut!” Dia memulai homilinya dengan bertanya sebanyak tiga kali, “Umat sekalian yang saya kasihi, dari kalian semua yang hadir dalam perayaan ekaristi ini saya mau bertanya, siapa yang tidak merasa takut, angkat tangan?” Semua orang di dalam gereja itu mengangkat tangan, tanda bahwa mereka tidak merasa takut. Mengetahui bahwa mereka tidak merasa takut maka romo tersebut mengambil ular karet dari saku jubahnya dan mengangkatnya. Melihat ular karet di tangan romo, beberapa orang berhamburan keluar dari dalam gereja karena takut dengan ular, padahal hanya ular karet. Itulah manusia yang memiliki ketakutan tersembunyi tetapi memilih “jaga image”.
Dua kisah sederhana di atas kiranya membantu kita memahami perikop injil pada hari ini. Setelah memberi makan banyak orang dengan roti, Yesus mengambil kesempatan untuk berdoa. Semalaman Ia berdoa di atas bukit, Para murid disuruhNya berlayar ke seberang danau, sementara orang banyak disuruh pulang. Ketika para murid sendirian di dalam perahu tiba-tiba perahu mereka terombang-ambing karena angin sakal. Kira-kira jam 3 dini hari mereka mengalaminya. Pada saat itu Yesus berjalan di atas air untuk menemui mereka. Para murid terkejut karena mereka mengira sedang melihat hantu. Tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Tenanglah, Aku ini, jangan takut!” Petrus sebagai pemimpin di dalam perahu masih belum percaya maka ia berkata kepada Yesus, “Tuhan jika benar Tuhan sendiri maka suruhlah aku datang kepadaMu dengan berjalan di atas air.” Yesus pun merestuinya dengan berkata, “Datanglah”. Pada saat menginjakkan kakinya di air, Petrus merasakan kencangnya angin dan ia mulai tenggelam. Pada saat itu ia berteriak minta tolong kepada Tuhan Yesus. Tuhan mengulurkan tanganNya dan menyelamatkan Petrus. Tuhan Yesus menegur Petrus dengan berkata, “Orang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Ketika Yesus dan Petrus tiba di dalam perahu, angin menjadi redah. Semua murid menyembah Yesus dan berkata, “Sungguh, Engkau Anak Allah”. Yesus terus menjalankan perutusanNya dengan menyembuhkan banyak orang.
Kisah injil yang menarik untuk direnungkan bersama. Para murid seperti kebanyakan orang lainnya merasa dipuaskan oleh Yesus. Ia memberi mereka makan tetapi mereka belum tahu bersyukur atas kemurahan Tuhan. Oleh karena itu Yesus mewakili mereka untuk bersyukur kepada Bapa dengan berdoa di atas bukit semalaman. Pengalaman para murid juga menjadi pengalaman kita. Banyak kali kita dianugerahi berkat dari Tuhan tetapi kita tidak bersyukur. Kita lebih banyak menuntut, meminta bahkan seakan memaksa Tuhan  tetapi lupa bersyukur kepada Tuhan ketika mengalami berkat.
Yesus memberi kesempatan kepada para murid di bawah pimpinan Petrus untuk berlayar ke seberang danau. Dalam perjalanan kali ini mereka dilanda angin sakal. Perahu mereka terombang ambing dan nyaris tenggelam. Pada saat yang sulit ini, Yesus berjalan di atas air untuk menolong mereka. Peristiwa ini terjadi pada malam hari. Perahu itu adalah simbol sebuah komunitas atau simbol gereja. Komunitas ini dipimpin oleh Petrus. Ketika mereka berjalan sendiri, tanpa Yesus maka mereka mengalami angin sakal. Angin sakal adalah pengalaman godaan, penderitaan dan penganiayaan sebagai murid Kristus. Ini adalah pengalaman yang menantang umat Tuhan. Malam hari adalah saat kegelapan menguasai alam semesta. Ini juga menjadi simbol manusia dengan pengalaman dosa yang menjauhkan mereka dari Tuhan. Pada saat-saat seperti ini maka kita butuh Tuhan yang meneguhkan, “Tenanglah, Aku ini, jangan takut!”
Petrus sebagai orang yang dipercayakan Yesus untuk memimpin komunitas para rasul memiliki keraguan terhadap Yesus. Dia yang meminta untuk pergi kepada Yesus tetapi ia jatuh tak berdaya. Ia tenggelam dan harus meminta tolong dari Yesus. Gereja, baik umat maupun para gembala adalah orang-orang yang lemah dan harus mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya. Tuhan Yesus berkata, “Terlepas dari Aku, kamu tidak dapat melakukan apa-apa” (Yoh 15:5). Yesus sebagai Tuhan mengulurkan tangan untuk memegang tangan Petrus supaya selamat. Ini adalah satu simbol penting yaitu Yesus senantiasa menguatkan para gembala di dalam gerejaNya. Ketika Yesus dan Petrus sebagai gembala hadir di dalam komunitas maka angin sakal di dalam komunitas menjadi redah. Pada saat itulah para murid sadar dan menyembah Dia katanya, “Sungguh, Engkau Anak Allah”
Pengalaman para rasul juga mirip dengan pengalaman umat Israel. Yeremia memberi motivasi kepada umat Israel untuk sadar bahwa Tuhan akan memulihkan mereka dari kejahatan dan dosa. Simbol yang dipakai Yeremia “penyakit yang parah, luka tak tersembuhkan, sakit bisul yang tak ada obatnya”. Semua ini menggambarkan dosa dan salah dari orang-orang Israel. Namun demikian, Tuhan tetap sabar dengan umatNya yang berdosa. 
Sabda Tuhan menyadarkan kita untuk tetap bersatu denganNya. Kita tidak dapat berjalan sendiri. Kita butuh penyertaan Tuhan. Kita juga disadarkan untuk menghadapi berbagai persoalan hidup, pergumulan-pergumulan tertentu dengan mengandalkan Tuhan sebagai penolong sejati. Biarlah Ia mengulurkan tanganNya untuk menjamah dan menyembuhkan kita. Ia juga yang mengangkat semua beban kehidupan kita. Ingatlah kata-kata ini, “Tenanglah, Aku ini, Jangan takut!” Apakah anda juga masih takut?
Doa: Tuhan, semoga kami tidak takut dalam menghadapi pergumulan hidup di dunia ini. Amen.
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply