Renungan 11 Oktober 2012

Hari Kamis, Pekan Biasa XXVII
Gal 3:1-5
Mzm (Luk): 1:69-75
Luk 11:5-13
Bertekunlah dalam doa!
Sepasang suami istri telah menikah 10 tahun. Mereka menginginkan punya anak tetapi belum ada kesempatan. Sambil menunggu, mereka juga mencari jalan bagaimana supaya bisa mendapat berkat. Mereka berkonsultasi dengan dokter. Mereka juga berdoa novena, intensi misa di Gereja dan berziarah. Hingga tahun ke sepuluh pernikahan, baru mereka diberi berkat. Lahirlah anak kembar, laki-laki dan perempuan dan keadaannya sehat. Ketika tiba hari pembaptisan, orang tuanya memberi kesaksian ini: “Romo, kedua anak ini adalah anak-anak Tuhan. Selama sepuluh tahun kami berdoa dan berharap  akhirnya bisa diberi berkat dengan dua anak kembar ini. Kami berdoa, beramal, ziarah dan novena. Kami pernah mengalami krisis iman karena merasa Tuhan tidak mendengar kami. Tetapi Allah mahabesar, Ia telah memberkati kami!”
Kadang-kadang kita berjumpa dengan orang-orang yang suka mengeluh karena merasa Tuhan tidak adil. Mereka berdoa seraya meminta tetapi Tuhan tidak mengabulkannya. Tuhan lalu dipersalahkan, dan mereka berniat untuk menjauh dari Tuhan. Mereka berdalil rajin berdoa dan mengucap syukur tetapi mengapa Tuhan tidak mengabulkannya. Saya teringat apa yang dikatakan oleh Yakobus: “Kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan  untuk memuaskan hawa nafsumu” (Yak 4:3). Orang-orang seperti ini pantas ditegur seperti yang dilakukan Paulus bagi jemaat di Galatia. 

Dalam bacaan pertama, Paulus menegur jemaat Galatia dengan keras. Mereka seperti orang bodoh yang tidak mengerti semua pengajarannya. Mereka tidak serius dalam  menghayati iman mereka. Hal yang penting di sini adalah iman kepada Yesus Kristus dan Roh Kudus yang membimbing hidup. Orang mengalami karunia Roh Kudus karena iman kepada Kristus bukan kepada Hukum Taurat. Yesus Kristus wafat untuk menyelamatkan manusia. Orang dapat memperoleh keselamatan bukan karena kuat dan hebat dirinya melainkan karena anugerah dari Tuhan. Maka yang harus dimiliki manusia adalah rasa syukur kepada Tuhan terutama atas semua anugerah Roh Kudus.
Setelah Yesus mengajar doa Bapa Kami sebagai doa yang meringkas dan menyempurnakan semua doa umat Allah, penginjil Lukas memberi dua contoh yang kiranya dapat membantu hidup doa yakni keyakinan dan ketekunan. Contoh pertama tentang seorang yang pada tengah malam meminta 3 potong roti kepada sahabatnya yang sudah lelap. Karena ia tidak malu-malu meminta maka sahabatnya itu akan bangun, mengambil roti dan memberinya. Contoh ini mendorong setiap kita untuk berdoa kepada Tuhan tanpa henti dan berdoa dengan tekun. 
Contoh kedua dalam perikop injil hari ini mencakup seruan-seruan yang berhubungan dengan hidup dalam keluarga. Contoh ini mau mengatakan tentang bagaimana sikap seorang murid untuk memohon dengan penuh keyakinan dan kesungguhan. Sama seperti seorang bapa yang baik dengan anak-anaknya, demikian juga Tuhan sebagai Bapa Yang Baik. Ia akan mendengar dan mengabulkan permintaan anak-anakNya. Nah hal yang penting di sini adalah bagaimana Allah setia dan tetap menunjukkan kebaikan-kebaikanNya kepada manusia. Sikap pendoa yang ditonjolkan di sini adalah ia mengetahui keterbatasan dirinya, maka hanya Tuhan yang dapat memberi ketenangan dengan anugerah Roh Kudus.
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita semua untuk bijaksana dalam membaca tanda-tanda zaman. Kadang-kadang orang tidak konsisten dalam menghayati imannya. Padahal iman kepada Yesus Kristus merupakan hal yang penting dalam hidup kita. Kita juga diajak untuk memperbaiki kehidupan doa. Kadang-kadang orang berdoa karena jadwalnya demikian, berdoa tanpa kasih kepada Tuhan, terpaksa untuk berdoa. Tuhan melihat hati bukan kemunafikan lahiriah. Mari bertekun dalam doa. Bangunlah kepercayaan kepada Tuhan dalam doa-doamu.
Doa: Tuhan, semoga kami dapat bertumbuh dalam semangat doa. Amen
PJSDB 
Leave a Reply

Leave a Reply