Homili Pesta Pembaptisan Tuhan/C – 2013

Pesta Pembaptisan Tuhan
Yes 40:1-5.9-11
Mzm 104:1b-2.3-4.24-25.27-28.29-30
Tit 2:11-14;3:4-7
Luk 3:15-16.21-22

Pembaptisan Itu Luhur!

Hari ini Gereja Katolik merayakan Pesta Pembaptisan Tuhan Yesus Kristus. Ia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di Sungai Jordan. Hari ini juga menjadi awal Yesus Kristus tampil di depan umum untuk mewartakan Kerajaan Surga dan memberitakan Injil serta menyembuhkan orang-orang sakit. Tampilnya Yesus di hadapan umum ditandai dengan turunnya Roh Kudus ke atasNya. Oleh karena itu segala bentuk pelayanan Yesus dipenuhi serta dibimbing oleh Roh Kudus. Mengapa Roh Kudus? Karena Roh Kudus itu yang memulai serta menggenapi segalanya dalam hidup Yesus sang Putera. Kita semua tahu bahwa dari awal Roh Kudus sudah memiliki peran penting: Malaikat Gabriel memberi kabar sukacita bahwa Bunda Maria akan mengandung dari Roh Kudus dan melahirkan Yesus (Luk 1:35). Yesus penuh dengan Roh Kudus kembali dari Sungai Yordan lalu dibawah Roh Kudus ke padang gurun (Luk 4:1) dan Ia bergembira dalam Roh Kudus lalu bersyukur kepada Bapa (Luk 10:21). Roh Kudus adalah Penghibur yang diutus Bapa dalam nama Yesus (Yoh 14:26) dan Ia memberi kepada para muridNya (Yoh 20:22). Roh Kudus telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Roh Kudus yang sama dinantikan Ia turun ke atas para Rasul  dan Bunda Maria pada Hari Raya Pentekosta.

Tentang sakramen Pembaptisan, dalam Katekismus Gereja Katolik no 1253 dikatakan, “Pembaptisan adalah sakramen iman. Iman membutuhkan persekutuan umat beriman. Setiap orang beriman hanya dapat beriman dalam iman Gereja. Iman yang dituntut untuk pembaptisan, tidak harus sempurna dan matang; cukuplah satu tahap awal yang hendak berkembang. Kepada para katekumen atau walinya disampaikan pertanyaan, “Apa yang kamu minta dari Gereja Allah?” Dan Ia menjawab, “Iman”.

Bacaan-bacaan suci hari ini membantu kita untuk memahami kasih Allah yang tiada batasnya bagi manusia. Dalam Bacaan Pertama, Nabi Yesaya berusaha menghibur orang-orang Israel di Babel karena kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan semua orang akan melihatnya. Tuhan melalui Yesaya mulai dengan seruan, “Hiburlah, hiburlah umatKu! Serukanlah kepada Yerusalem bahwa perhambaannya sudah berakhir dan kesalahannya telah diampuni sebab ia telah menerima hukuman dari  tangan Tuhan dua kali lipat karena segala dosanya” Tuhan menghendaki sukacita yang sempurna di dalam diri setiap pribadi. Untuk mendapat sukacita itu perlu orang atau utusan Tuhan untuk berseru, menyiapkan jalan bagi Tuhan. Ada sebuah keharmonisan kosmos supaya Tuhan dapat melewatinya dengan baik. Konsekuensinya adalah Yerusalem yang tadinya dianggap berdosa kini menjadi pembawa khabar sukacita bahwa Tuhan ada! Allah akan menjadi laksana gembala baik yang selalu ada bersama semua dombaNya.

Santo Paulus dalam suratnya kepada Titus mengatakan bahwa kita diselamatkan berkat permandian kelahiran kembali dan berkat pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Bagi Paulus, kasih karunia Allah telah menyelamatkan semua orang. Kasih karunia itu juga mendidik orang untuk meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadat di dalam dunia sekarang ini sambil menantikan penggenapan pengharapan dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juru Selamat kita Yesus Kristus. Ia juga mengingatkan kita akan dampak dari sakramen Pembaptisan yang kita terima yaitu keselamatan bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan melainkan karena pembaptisan itu sendiri dan Roh Kudus. Hidup kekal juga diterima oleh orang yang mengimani Roh Kudus.

Penginjil Lukas menggambarkan kisah Pembaptisan Yesus. Yohanes dan Yesus sama-sama berusia 30 tahun. Yohanes tampil di Sungai Yordan untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan. Banyak orang juga berpikir bahwa Yohanes adalah Mesias, Elia atau nabi yang akan datang. Tetapi Yohanes mengatakan dirinya “bukan” Mesias, Elia atau nabi yang akan datang. Lebih jelas ia mengatakan, “Aku membaptis kamu dengan air tetapi Ia yang lebih berkuasa akan datang. Menunduk dan membuka tali sepatuNya pun aku tidak layak. Ia juga akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan api”. Yesus pun dibaptis Yohanes dan saat itu terbukalah langit dan Roh Kudus turun ke atas Yesus dalam rupa burung merpati. Ada juga suara, “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan”.

Melalui pemberitaan Yohanes Pembaptis dan suara yang turun dari langit, Yesus diperkenalkan sebagai Pribadi yang siap untuk memulai pelayananNya di depan umum. Yesus yang penuh dengan Roh Kudus adalah Mesias, nabi yang akan datang yang dinantikan Israel tetapi mereka belum mengenalNya. Dalam tindakan-tindakanNya, Yesus menunjukkan diriNya yang penuh dengan Roh Kudus. Dia adalah Anak Allah sejati yang akan bertindak atas nama Allah dan memiliki relasi yang akrab dengan Allah Bapa di Surga.

Yesus sebagai Anak Allah memiliki kuasa untuk mendoakan dan menyembuhkan orang-orang sakit dan membersihkan umat Allah dari dosa dengan air baptis tetapi memberdayakan mereka dengan kekuatan Roh Kudus yang berasal dari Allah. Yesus bagi Yohanes lebih berkuasa akan membaptis dengan Roh dan api. Allah Bapa sendiri berkenan pada Yesus PuteraNya. Tentu Allah Bapa juga berkenan pada kita semua. Yohanes Pembaptis hidupnya berakhir di penjara dan gugur sebagai martir. Yesus juga akan gugur sebagai martir di atas kayu salib. Dengan salib itu manusia dapat diselamatkan. Nah masa depan Yesus mulai terbaca dalam kehidupan Yohanes terutama saat mulai dipenjarakan mengatakan kebenaran.

Sabda Tuhan pada Pesta Pembaptisan Tuhan hari ini membantu kita untuk mengimani Yesus sebagai imanuel atau Allah beserta kita. Suara dari langit “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan” mempertegas kehadiran Yesus sebagai Imanuel dan Mesias bagi kita. Roh Kudus dalam rupa burung merpati menunjukkan bahwa Yesus diurapi dengan minyak kegembiraan dan menjadi Penginjil bagi kaum miskin dan papa. Kita belajar dari Yesus untuk menjadi orang yang dibaptis, beriman dan sebagai tanda dan pembawa cinta kasih Allah bagi sesama yang miskin.

Sambil mengenang Pembaptisan Yesus, kita juga mengenang sakramen pembaptisan yang kita terima dan menguduskan diri kita. Kita dibaptis bukan lagi dengan baptisan Yohanes melainkan dengan baptisan Yesus dalam Roh Kudus dan api supaya menjadi saudara dan saudari dalam Kristus. Kita juga belajar dari kerendahan hati Yohanes Pembaptis. Ia tidak mengakui dirinya sebagai Mesias atau nabi yang akan datang tetapi berani mengakui Yesus dan jujur mengatakan “tunduk dan membuka tali sepatunya saja saya tidak layak”.

Pertanyaan refleksi bagi kita adalah apakah hidup kita setiap hari menyenangkan Tuhan sehingga Tuhan juga mengakui berkenan kepada kita?

Doa: Tuhan, utuslah RohMu untuk menguduskan kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply