Homili Hari Minggu Biasa IV/C – 2013

Hari Minggu Biasa ke-IV
Yer 1:4-5.17-19
Mzm 71: 1-2.3-4a.5-6ab.15ab
1Kor 12:31-13:13
Luk 4:21-30

Menjadi nabi masa kini!

“Suara kenabian masa kini memang sangat diperlukan” demikian komentar seorang tokoh umat ketika melihat situasi sosial dan politik yang tidak menentu di negara kita. Suara kenabian dari tokoh-tokoh masyarakat kita yang tidak kenal lelah memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Kita mengingat nabi-nabi kecil dan tersembunyi yang bekerja dengan caranya tersendiri untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan tetapi harus tersingkir. Ada saudara-saudara kita yang karena taat dalam hidup agama dan kepercayaannya maka ia tersingkir dengan sendirinya dalam hal kedudukan struktural dalam pekerjaan atau dalam hal kenaikan pangkat. Mungkin ia terlalu disiplin, vocal dan kritis maka nasibnya seperti itu.

Saya tetap ingat kisah Uskup Agung St. Óscar Romero y Arnulfo Galdámez (15 Agustus 1917 – 24 Maret 1980). Ia adalah seorang uskup di El Salvador. Dia menjadi Uskup Agung San Salvador keempat, menggantikan Uskup Luis Chavez. Dia dibunuh pada tanggal 24 Maret 1980. Ia pernah berkata: “Menjadi martir adalah karunia Allah yang saya rasa saya belum mendapatkannya. Tapi bila Tuhan berkenan menerima persembahan hidupku, maka darahku akan menjadi benih kebebasan, dan tanda datangnya harapan akan kenyataan. Seorang Uskup akan mati, tapi Gereja Tuhan, yaitu umatNya, tidak akan pernah mati. Kalau mereka (militer) membunuh saya, saya akan hidup kembali dalam hati umat Salvador”

Dalam Kitab Suci kita mengenal Yohanes Pembaptis. Ia mengkritisi kehidupan pribadi Herodes yang merebut Herodias istri saudaranya Filipus untuk menjadikannya sebagai istri baru. Yohanes mengatakan, “Tidak baik anda mengambil istri saudaramu menjadi istrimu” (Mrk 6:17-18). Teguran ini membuat Yohanes harus tersingkir bahkan wafat sebagai martir karena dipenggal kepalanya. Yesus Kristus sendiri mengalami nasib yang sama dengan Yohanes. Yesus datang ke dunia, tidak melakukan kesalahan apa-apa. Dia justru mengajar dengan kuasa dan wibawa, membuat banyak mukjizat, tetapi bukan semua kebaikan itu yang dilihat. Orang-orang zaman itu justru melihat hal-hal yang berlawanan dengan hukum Taurat. Yesus adalah nabi yang melengkapi hukum Taurat bukan meniadakannya (Mat 5:17). Dia sendiri bahkan ditolak di kampung halamanNya sendiri. Ini bukti keegoisan manusia.

Bacaan-bacaan suci hari ini membantu kita memahami makna menjadi nabi masa kini. Nabi adalah utusan Tuhan.Ia dipilih dari kalangan masyarakat luas untuk berbicara atau bernubuat atas nama Tuhan. Dalam bacaan pertama, kita dibantu untuk mengerti tentang panggilan menjadi nabi. Yeremia dipanggil menjadi nabi pada abad VII-VI sM. Panggilan menjadi nabi bagi Yeremia ternyata ketika masih di dalam kandungan ibunya: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau. Aku telah menguduskan engkau sebelum lahir dan menetapkan engkau sebagai nabi bagi bangsa-bangsa”. Menjadi nabi bukan keinginan manusia semata tetapi Tuhanlah yang menghendakinya. Manusia punya tugas menjawab panggilan menjadi nabi. Totalitas hidup sang nabi hanya untuk Tuhan!

Menjadi nabi yang berbicara atas nama Tuhan ternyata tidak mudah. Melayani Tuhan itu berat! Yeremia meskipun dipanggil menjadi nabi sejak masih di dalam kandungan tetapi Tuhan juga mengingatkannya untuk kuat dan tegar. Banyak penderitaan yang akan dia alami. Dan harus diakui bahwa orang-orang yang membuat Yeremia menderita adalah orang-orang dekatnya. Tetapi Tuhan mengatakan bahwa orang-orang tidak akan mengalahkan Yeremia karena Ia menyertainya.

Pengalaman Yeremia juga menjadi pengalaman Yesus. Yesus juga kecewa dengan orang sekampung halamanNya di Nazaret. Mereka memandang Yesus sebagai Yesus saja. Dia anak Maria, anak Yusuf sang tukang kayu tetapi mengapa Ia memiliki kemampuan yang luar biasa ketika berbicara? Yesus bahkan mengambil contoh dua nabi dalam Perjanjian Lama yakni Elia dan Elisa yang diutus bukan hanya untuk orang-orang Yahudi saja tetapi kepada semua orang bahkan di luar komunitas Yahudi sekali pun.Itu sebabnya Yesus kecewa dan berkata, ”Sungguh tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.”

Kata-kata Yesus ini merupakan pengalamanNya dan juga masuk dalam pengalaman kita. Banyak kali kita sulit sekali memberi apresiasi kepada anggota keluarga atau anggota komunitas manakala ia melakukan suatu perbuatan atau pelayanan. Mungkin mencari kelemahannya lebih mudah dari pada mengapresiasinya. Kita dikoreksi bahwa cara hidup seperti ini tidak manusiawi. Kita seharusnya tahu bersyukur, tahu memberi pujian dan terima kasih.

Kita juga di tantang oleh Yesus untuk bersikap terbuka padaNya yang tentu berbeda dengan orang sekampung halaman Yesus. Kita sudah dibaptis dan mengaku sebagai orang Katolik atau Kristen tetapi bisa jadi kita menjadi ateis! Orang yang melihat Yesus secara langsung saja mereka tidak percaya, kita yang sudah dibaptis bisa juga menjadi ateis yang berlaku sebagai orang percaya. Hati kita bisa jadi sangat tertutup di hadirat Yesus meskipun kita mengaku percaya kepadaNya. Menolak lebih gampang daripada mengakui! Banyak orang gampang mengakui Yesus tetapi mudah menjadi murtad demi kedudukan atau kuasa dan uang.

Bagaimana menjadi nabi yang baik?

Santo Paulus dalam bacaan kedua merumuskan kebajikan-kebajikan teologal yang kiranya perlu dimiliki seorang nabi:

Seorang nabi memiliki iman. Iman adalah karunia yang diberikan Tuahan Allah melalui Roh Kudus. Sebagai sebuah karunia maka iman menunjukkan relasi yang akrab antara manusia dan Tuhan. Relasi yang akrab ini juga merupakan jawaban pasti akan kehendak Tuhan Allah dalam karya pelayanan. Nabi dapat melayani Tuhan Allah karena dia beriman, dia percaya.

Seorang nabi memiliki harapan. Ia tidak hanya memiliki iman tetapi ia juga memiliki harapan akan hidup kekal. Semua pelayanan yang dilakukan itu demi kemuliaan Allah dan ada harapan pasti bahwa suatu saat ia akan bersatu dengan Tuhan. Iman membuat orang itu memiliki harapan yang pasti.

Seorang nabi itu pribadi yang mampu mengasihi. Apa kekhasan kasih? Bagi Paulus, kasih itu sabar, murah hati dan tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak cepat marah, dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersukacita atas kelaliman tetapi bersukacita atas kebenaran. Kasih itu menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.

Sabda Tuhan hari ini luar biasa. Menjadi nabi itu panggilan Tuhan dan kita punya tugas adalah menjawab dan melakukan kehendak Tuhan. Dengan iman, harapan dan kasih kita mewujudkan kenabian masa kini. Siap menderita seperti Yesus tetapi memenangkan banyak jiwa untuk kemuliaan Tuhan Allah. Anda juga menjadi nabi karena pembaptisan. Wujudkanlah panggilan itu dalam hidupmu setiap hari.

Doa: Tuhan terima kasih karena Engkau juga menjadikan aku sebagai gembala bagi umat kesayanganMu. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply