Renungan 25 Februari 2013

Hari Senin, Prapaskah II
Dan 9:4b-10
Mzm 79:8.9.11.13
Luk 6:36-38

Seharusnya ada perasaan malu!

Siapa yang tidak punya perasaan malu? Tentu saja semua orang sepakat mengakui memiliki rasa malu. Ada orang yang karena rasa malu berlebihan menjadi tertutup dan tidak berkembang dalam hidupnya. Ada orang yang rasa malunya menipis bahkan nyaris tidak punya perasaan malu sehingga berprilaku tidak manusiawi. Misalnya kalau orang terbiasa mencuri maka ia tidak memiliki rasa malu ketika mencuri atau kedapatan mencuri. Seorang koruptor atau orang yang mengharapkan uang suap tidak akan punya perasaan malu ketika melakukan suatu kesalahan. Suara hati mereka sudah tumpul sehingga tidak lagi punya parasaan malu.

Daniel dalam bacaan pertama mengakui dirinya sebagai bagian umat terpilih yang tidak sempurna. Dia mengidentifikasi dosa dan salah yang diperbuat: berlaku fasik, memberontak, menyimpang dari perintah dan peraturan Tuhan. Tidak taat terhadap para hamba Tuhan (nabi), tidak taat kepada para pemimpin seperti raja. Karena banyak dosa dan salah yang diperbuat maka Daniel berdoa: “Ya Tuhan, Engkaulah yang benar. Patutlah kami merasa malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap umat Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri ke mana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau. Ya Tuhan, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu karena telah berdosa terhadap Engkau” (Dan 9:7-8). Daniel percaya bahwa pada Tuhan Allah kita ada belas kasih dan pengampunan yang berlimpah.

Dalam perikop kita ini, ada dua kali kata “malu” diucapkan. Perasaan malu bukan hanya secara pribadi tetapi sebagai satu persekutuan karena perbuatan salah dan dosa pribadi dan kelompok. Namun demikian Tuhan tetap menunjukkan belas kasih dan pengampunanNya. Inilah letak perbedaan antara Tuhan dan manusia. Manusia tidak punya perasaan malu ketika ia berbuat dosa. Tuhan memiliki belas kasih dan pengampunan yang berlimpah untuk manusia.

Penginjil Lukas memberi kesaksian bahwa mengakhiri kotbah di bukit Sabda Bahagia, Tuhan Yesus mengharapkan agar setiap muridNya bisa hidup sebagai orang yang murah hati. Tuhan Allah sendiri memberi teladan kebajikan murah hati, tidak menghakimi, tidak menghukum, mengampun dan memberi maka sebagai anak-anakNya, kita pun diajak untuk mengikuti teladanNya. Yesus misalnya berkata: “Hendaklah kamu murah hati, sebagaimana BapaMu adalah murah hati” (Luk 6:36). Murah hati adalah kebajikan yang luhur. Bapa surgawi menunjukkannya sendiri kepada kita. Kata murah hati dalam bahasa Yunani disebut chrestotes, Bahasa Latin disebut benignitas. Murah hati berarti perbuatan baik yang konkret, kelembutan dalam membangun relasi dengan sesama. Jadi murah hati bukan semata-mata usaha manusia tetapi Tuhanlah yang pertama kali menunjukkannya atau meneladaninya.

Kita patut merasa malu kalau kita mengalami kemurahan hati Tuhan tetapi tidak bermurah hati terhadap sesama. Kita patut merasa malu ketika dengan sadar atau tidak sadar kita menghakimi sesama, memiliki persepsi yang jelek terhadap sesama. Kita patut merasa malu kalau kita suka menghukum orang lain dengan kata-kata kasar atau menghukum secara fisik. Kita patut merasa malu kalau ternyata kita sulit untuk mengampuni sesama. Mengampuni itu indah ketika kita berusaha untuk melupakan semua kesalahan yang dibuat orang lain kepada kita. Yesus bersabda: “Berbahagialah orang yang murah hati karena mereka akan beroleh kemurahan” (Mat 5:7).

Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita untuk memiliki rasa malu karena selalu jatuh dalam dosa yang sama. Kita mesti menyadari bahwa Tuhan mengasihi kita dan hanya pada Dia ada kasih dan pengampunan yang kekal. Apakah anda mau tetap bertahan dalam hidup sebagai orang berdosa? Bertobatlah! Harus merasa malu di hadapan Tuhan! Kita juga diingatkan untuk selalu memandang Tuhan. Dialah yang memberi teladan kemurahan hati dan pengampunan. Ketika bergumul dengan hidup, pandanglah Tuhan. Dari Dialah mengalir aliran rahmat dan belas kasihan yang berlimpah untuk kita semua. Kita membutuhkan pembaharuan diri dari Tuhan. Biarlah Ia mengubah hati kita, memampukan kita untuk berbela rasa dengan sesama.

Doa: Tuhan, semoga aku bermurah hati terhadap sesama. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply