Renungan 6 Maret 2013

Hari Rabu, Prapaskah III

Ul 4:1.5-9
Mzm: 147: 12-13.15-16.19-20
Mat 5:17-19

Aku datang untuk menggenapinya

Saudari-saudara terkasih. Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa kita sudah dipertengahan masa prapaskah. Mungkin sejenak kita perlu melihat kembali retret agung kita ini. Apakah kita sudah sadar dan menjalani masa prapaskah dengan berdoa lebih baik lagi secara pribadi atau doa bersama dalam komunitas? Apakah kita semakin rajin membaca, mendengar dan melakukan Sabda Tuhan? Apakah kita sudah melakukan karya amal kasih tanpa membuat perhitungan tertentu terhadap saudara dan saudari kita yang miskin dan berkekurangan? Apakah puasa dan pantang kita lakukan dengan sadar dan tulus? Ini beberapa pertanyaan yang bisa membantu kita untuk lebih siap lagi dalam merayakan paskah tahun ini. 

Saya punya satu pengalaman yang menarik. Setelah ditahbiskan sebagai imam, tugas pertama saya adalah pergi ke Fuiloro, di Timor Leste untuk menata sebuah sekolah lanjutan pertama. Ketika mendengar kedatangan saya, komunitas sekolah ini mulai mencari tahu kekurangan dan kelebihan saya. Mengapa? Karena mereka tahu bahwa saya orang Indonesia dan mungkin akan mengubah segala sesuatu yang sudah sedang berlangsung. Ketika untuk pertama kali mengadakan pertemuan dengan para guru mereka memberi banyak keterangan yang saya sadari bahwa mereka tetap pada posisi status quo. Setelah mendengar semua sharing, saya mengatakan terima kasih untuk segala sesuatu yang mereka sudah lakukan, dan saya meminta mereka untuk bekerja bersama sebagai satu team dalam menata sekolah tersebut. Semua anggapan dan ketakutan mereka berubah menjadi kesadaran baru untuk bekerja sebagai team.

Tuhan Yesus dalam injil hari ini mau membantu kita untuk memahami tugas perutusanNya di dunia ini. Ia telah datang untuk melakukan pekerjaan dan kehendak Allah Bapa. Seluruh kehendak Tuhan sudah tertulis di dalam Kitab Suci. Itu sebabnya Ia berkata: “Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat dan Kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya”. 

Kitab Suci dalam pikiran orang Yahudi adalah Kitab Perjanjian Lama yang disebut TaNaK: Torah (Hukum), Nebiim (Kitab para nabi), Kethubim (tulisan-tulisan). Kadang-kadang kita mendengar ekspresi Kitab Hukum dan para nabi yang merujuk pada seluruh Kitab Perjanjian Lama. Dalam pengajar tentang etika dan norma, Yesus misalnya berkata: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga kepada mereka” (Mat 7:12). Yesus mengatakan bahwa ini adalah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Rujukan Yesus adalah seluruh Kitab Suci Perjanjian Lama. Di bagian lain Yesus berkata: “Sebab semua nabi dan Kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes (Mat 11:13). Lukas memberi kesaksian yang lain. Yesus menemani dua murid dalam perjalanan ke Emaus dan Ia menjelaskan kepada kedua murid itu identitasNya yang sudah ada mulai dari Musa dan para nabi (Luk 24:27). 

Yesus menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan melainkan menggenapi hukum Taurat. Perkataan Yesus ini memang sudah ada di dalam Kitab Taurat Musa, Kitab para nabi dan tulisan-tulisan. Semua nubuat di dalam Kitab Perjanjian Lama menuju ke satu-satunya Penyelamat yaitu Yesus Kristus. Yesus menggenapi, membuatnya menjadi semakin sempurna. Kalau sebelumnya orang  berpikir tentang hukum lama, sekarang Yesus menggenapi atau menyempurnakannya dengan menghadirkan Kerajaan Allah. Inti dari Kerajaan Allah adalah cinta kasih. Maka Yesus menggenapi dan menyempurnakan hukum Taurat dengan hukum atau perintah baru yakni mengasihi Tuhan dan saling mengasihi sebagai saudara. Yesus menyempurnakan hukum Taurat maka konsekuensinya adalah semua pengikutNya harus ikut menyempurnakan hukum Taurat dengan melakukan perintah kasih. Kalau orang tidak melakukannya maka ia akan mendapat tempat yang paling rendah. Hal ini berbeda dengan orang yang melakukan dan mengajarkan perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.

Perikop Injil kita juga menekankan bahwa Yesus adalah legislator baru yang mempersembahkan sebuah hukum yang lebih tinggi dari hukum Musa. Injil Yesus yang menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah haruslah diterima  secara utuh oleh manusia. Jadi tidak ada kompromi untuk menerima hanya sebagian saja dari Kerajaan surga. Kita harus menerima semuanya. 

St. Agustinus pernah berkata, “Kasihilah dan lakukanlah apa yang anda inginkan”.  Ini bukanlah sebuah undangan untuk mengabaikan hukum Tuhan. Kalau sekiranya anda mengasihi Allah maka anda akan memenuhi kehendak Allah sendiri. Anda akan berusaha untuk menyenangkan hati Tuhan. Konsekuensi adalah harus siap melakukan perintah Tuhan. Kita dapat mengikuti perintah-perintah Tuhan kalau kita mentaatiNya dalam kasih.

Doa: Tuhan kami bersyukur atas segala anugerah bagi kami. Bantulah kami untuk semakin mengenal dan mengasihi Engkau sebagai satu-satunya Juru Selamat kami. Amen

P.John SDB
Leave a Reply

Leave a Reply