Renungan 9 Maret 2013

Hari Sabtu Prapaskah III
Hos 6:1-6
Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab
Luk 18:9-14


Bertobat adalah tanda kasih setia!

Sepasang suami isteri hidup menyendiri di sebuah desa. Setiap hari mereka masuk dalam rutinitas pekerjaan sebagai petani sederhana. Pada suatu hari istrinya bertanya kepada suaminya, “Pa, kita sudah sama-sama memasuki usia ke-70 dan tidak dikaruniai anak. Apakah papa tetap mencintaiku?” Suaminya berkata, “Mengapa engkau ragu? Kalau meragukan cinta kasihku, ingat kata-kata yang pernah engkau tulis buatku: LBAME, “Lihatlah betapa aku mengasihi engkau.” Mereka saling berpelukan dan suaminya berkata, “Aku akan mengasihi engkau lebih dari segalanya” 

Hosea dalam bacaan pertama hari ini mengajak kita untuk membangun semangat tobat dalam kasih.  Ia berkata, “Mari, kita akan bebalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam tetapi lalu menyembuhkan kita, yang telah memukul dan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari dan hari ketiga Ia akan membangkitkan kita dan kita akan hidup di hadapanNya”. Menurut Hosea, Tuhan sangat mengasihi manusia meskipun manusia sendiri tidak mengasihiNya. Manusia jatuh dalam dosa berkali-kali, tidak setia kepadaNya, tetapi bagi Hosea Tuhan tetap setia selamanya. Itu sebabnya ia mengajak umat Allah untuk kembali kepada Tuhan. Tuhan menyembuhkan, Tuhan juga yang menghidupkan. Iman kepada Allah semacam ini penting dan patut dimiliki oleh manusia.

Melalui Hosea Tuhan mengatakan bahwa Ia menyukai kasih setia dan bukan kurban sembelihan. Ia juga menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada kurban-kurban bakaran. Banyak kali manusia terjebak dalam hal-hal lahiria. Selalu ada pikiran bahwa dengan memberi sumbangan ke Gereja, melakukan praktek kesalehan tertentu dan selesai. Tuhan ternyata memiliki permintaan lain yakni mengasihiNya lebih dari yang lain. Kita ingat kisah Yesus dalam Injil Yohanes. Sesudah bangkit Ia menampakkan diriNya kepada para muridNya. Ia bertanya kepada Petrus: “Simon, Anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” (Yoh 21:15). Mengasihi Tuhan lebih dari segalanya bukan hanya sekedar mengasihi karena hakikat Tuhan adalah kasih (1Yoh 4:18).

Kata-kata Tuhan melalui nabi Hosea ini membantu kita untuk memahami perumpamaan Yesus di dalam bacaan Injil. Ada dua orang yang masuk ke dalam Bait Allah untuk berdoa. Orang Farisi berdoa dalam hatinya: “Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama dengan semua orang lain. Aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku” Orang kedua adalah seorang pemungut cukai. Ia berdiri jauh-jauh, bahkan tidak berani menengadah ke langit, melainkan memukul dirinya dan berkata: “Ya Allah kasihanilah aku orang berdosa ini” 

Orang Farisi dan pemungut cukai adalah dua tipe manusia di bumi ini. Ada orang yang menyerupai orang Farisi di mana mereka berpikir bahwa dengan melakukan hal-hal lahiria seperti berpuasa, menyumbang dari penghasilan itu sudah mendekatkan dirinya dengan Tuhan. Orang menyerupai orang Farisi karena selalu membandingkan dirinya dengann orang lain dan bebangga ketika orang lain lebih rendah kedudukannya dari pada dirinya. Masing-masing kita pernah mengalami pengalaman orang Farisi ini. Orang cepat puas dan menjadi sombong di depan Tuhan dan manusia. Padahal Tuhan menghendaki kasih setia bukan kurban-kurban lahiria belaka. Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang seperti ini tidak akan dibenarkan. 

Kita mestinya tahu diri seperti pemungut cukai yang menyatakan pertobatannya di hadirat Tuhan: ia berdiri jauh-jauh, tidak berani menengadah ke langit, jujur berkata bahwa dirinya orang berdosa dan memohon Tuhan untuk mengasihaninya. Orang yang rendah hati akan mengenal dirinya dengan kelebihan dan kekurangan dan akan berani juga mengakui dosa dan salahnya di hadirat Tuhan. Dia juga tidak akan membandingkan dirinya dengan diri orang lain. Pemungut ini adalah model bagi orang yang mau melakukan pertobatan yang benar. Ungkapan pertobatannya adalah tanda kasihnya lebih dari segalanya. Maka tepat sekali Yesus ketika berkata: “Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah”

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita untuk selalu rendah hati di hadirat Tuhan. Dengan rendah hati kita dapat mengenal diri kita sebagai orang berdosa sehingga dapat melakukan pertobatan yang benar. Pertobatan adalah tanda kasih setia kepada Tuhan. Kasih setia inilah yang dikehendaki oleh Tuhan bukan kurban bakaran dan aneka hal lahiria belaka. 

Kita juga dikoreksi oleh Tuhan untuk berdoa dengan baik. Banyak kali sambil berdoa orang membandingkan dirinya dengan orang lain, atau sambil berdoa memarahi orang lain di dalam hati. Masa prapaskah adalah masa di mana kita menata kehidupan doa kita dengan baik dan sempurna. Mari kita mematangkan semangat pertobatan sebagai wujud kasih kepada Tuhan dan sesama dan memperbaiki kehidupan doa kita.

Doa; Tuhan, ajarilah kami untuk membangun sikap tobat yang benar. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply