Renungan 26 Maret 2013

Hari Selasa, Pekan Suci

Yes 49:1-6
Mzm 71: 1-2.3-4a.5-6ab.15.17
Yoh 13:21-33.36-38
Ketika Yudas dan Petrus beraksi

Saudari dan saudara yang dikasihi Tuhan. Ada sebuah keluarga memiliki 3 orang anak. Mereka hidup bahagia sebagai satu keluarga. Ketiga anak itu memiliki karakter yang berbeda-beda yang membuat keluarga itu indah kelihatannya. Orang tuanya menciptakan situasi yang menyenangkan anak-anak mereka. Memang sebagai anak kadang-kadang mereka saling bersaing merebut hati orang tua. Anak sulung diberi banyak tugas untuk memperhatikan adik-adiknya. Anak kedua diberi kebebasan untuk belajar karena memiliki kemampuan intelektual yang bagus. Anak bungsu sering dimanja namun diberi kepercayaan untuk memperhatikan barang-barang di rumah karena kelihatan dia teliti dan rapi. Pada suatu malam, sambil makan malam ibunya mengatakan kepada mereka semua: “Mami merasa kecewa dengan kalian bertiga”. Ketiganya serentak bertanya, “Mengapa mom?” “Karena di antara kalian ada yang tidak jujur. Uang di dompet mami selalu hilang dan jumlahnya selalu sama”, jawab ibunya. Ketiga kakak beradik itu saling memandang dan menuduh satu sama lain. Anak bungsu selalu dimanja dan terbiasa mengambil uang tanpa izin maminya. Ini kekeliruan orang tua dalam mendidik anaknya.

Hari ini kita mendengar kisah Injil yang sangat menarik. Sudah hampir tiga tahun Yesus berjalan bersama para muridNya. Mereka menyaksikan perbuatan-perbuatan ajaib yang dikerjakan Tuhan di mata mereka: orang sakit disembuhkan bahkan orang mati dibagkitkanNya. Mereka mendengar sabdaNya yang penuh kuasa dan wibawa. Tetapi semua pengalaman kebersamaan ini belum menunjukkan bahwa murid-murid setia kepadaNya. Selama itu hanya ada gambaran orang-orang Farisi dan pemimpin Yahudi yang melawan Yesus. Tetapi yang menyedihkan sekarang adalah murid-muridNya sendiri mengkhianati dan menyangkalNya. Itu sebabnya Penginjil Yohanes menggambarkan Yesus yang terharu di hadapan para muridNya ketika berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku”. Para murid terusik dengan perkataan Yesus karena semua merasa memiliki kemungkinan untuk menyerahkanNya. Petrus menyuruh murid yang duduk dekat Yesus, yakni murid yang dikasihiNya untuk bertanya siapa gerangan yang akan menyerahkanNya. Yesus menjelaskan kepada mereka bahwa dia yang akan menerima roti yang dicelup Yesus. Dia adalah Yudas Iskariot.
Sejak menerima roti yang dicelup Yesus, Yudas disuruh untuk melakukan keinginannya. Ia digambarkan kerasukan setan dan pergi “malam itu” menjauh dari komunitasnya. Pada saat itulah Yesus berdoa supaya diriNya dipermuliakan dan Ia juga mengatakan kepergiaanNya. Petrus yang diberi kepercayaan sebagai Kefas atau Wadas mengatakan niatnya untuk mengikuti Yesus dan menyerahkan nyawanya bagi Yesus tetapi Yesus mengatakan bahwa pada saatnya nanti ia juga akan menyangkal Yesus tiga kali.
Bacaan Injil ini menarik perhatian kita karena kita berhadapan dengan dua figur yaitu Yudas Iskariot dan Petrus. Kedua figur ini menyatu dalam kisah Injil yang inspiratif ini. Yudas Iskariot adalah satu-satunya murid Yesus dari Yudea maka dipercayakan sebagai bendahara. Selama itu dia berada di zona nyaman maka ia menggunakan uang komunitas sesuai seleranya. Ia berdalil memperhatikan orang miskin ternyata tidak. Di dalam pikirannya hanya harta maka Yesus pun dijual dengan harga tiga puluh perak. Seorang manusia menjual Tuhannya. Apakah Yesus kesal dengan Yudas? Yesus sempat mengungkapkannya: “Celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya tidak dilahirkan” (Mat 26:24). Namun demikian Yesus tidak mencoret namanya dari daftar para rasulNya. Yesus masih mengijinkan dirinya untuk ikut dalam perjamuan malam terakhir, membasuh kakinya, memberikan tubuh dan darahNya sebagai santapan. Ketika Yudas datang dangan para algojo, ia masih memeluk dan mencium Yesus dan Yesus menerimanya dengan senang hati. Yesus mengasihi Yudas meskipun pengkhianat. Yudas berkhianat, stress dan bunuh diri.
Petrus memang dipilih oleh Yesus menjadi Kefas (Mat 16:18). Ia tidak setuju kalau Yesus menjadi Mesias yang menderita maka dihardik oleh Yesus sebagai iblis (Mat 16:23). Ia juga menyangkal Yesus tiga kali tetapi kemudian berjanji kepada Yesus bahwa ia mengasihiNya. Petrus bertobat dan tetap menjadi pemimpin dan wakil Kristus.

Dalam hidup setiap hari kita pun menyerupai Yudas Iskariot dalam perilaku hidup pribadi. Yudas hanya sekali berkhianat, kita berkali-kali mengkhianati Yesus demi uang, gengsi, popularitas. Banyak orang keluar dari Gereja supaya posisi dan status sosialnya lebih baik, kalau tetap menjadi pengikut Yesus maka tidak akan naik pangkat. Kita juga bisa menjadi Petrus yang menyangkal Yesus. Kalau Petrus menyangkal Yesus tiga kali dan ayam jantan juga berkokok tiga kali, kita menyangkal Yesus berkali-kali sampai ayam jantan aksi mogok berkokok. Kita menyukai malam, membelakangi Yesus sebagai Terang sejati.

Apakah Yesus melupakan kita? Ternyata Yesus tidak melupakan kita. Sebagaimana Ia juga tetap mengasihi Yudas dan Petrus, demikian ia juga mengasihi kita sampai tuntas (Yoh 13:1). Pengalaman jatuh dalam dosa menandakan pengkhianatan dan penyangkalan terhadap Yesus. Tetapi Yesus sabar dan peduli dengan kita. Ia tidak memperihitungkan dosa-dosa kita tetapi melihat iman kita. Kita coba lihat himne hamba Tuhan yang menderita dalam bacaan pertama. Allah memiliki rencana yang indah untuk menyelamatkan kita. Hamba Tuhan itu menjadi pilihan untuk menjadi nabi yang memberi semangat atau terang kehidupan. Ia akan menjadi terang bagi bangsa-bangsa.
Sabda Tuhan hari ini inspiratif untuk hidup kita yang penuh pengkhianatan dan penyangkalan terhadap Yesus. Apakah kita berhenti di sini? Jawaban pastinya adalah Tidak! Kita percaya bahwa Yesus adalah Terang dan Dia tetap menunjukkan ketaatanNya kepada Bapa untuk menyelamatkan kita. Maka meskipun kita hidup dalam kegelapan tetapi Ia tetap mau menyelamatkan kita, Ia tetap mau supaya kita hidup dalam TerangNya. Yesus dikhianati, disangkal tetapi Ia tidak membalasnya, Ia juga tidak dendam. Kita malu dengan Yesus karena suka membalas dendam.
Doa: Tuhan, kami lebih suka kegelapan dari pada terang, bantulah kami untuk menikmati terangMu. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply