Renungan 4 April 2013

Hari Kamis, Oktaf Paskah
Kis 3:11-26
Mzm 8:2ab.5.6-7.8-9
Luk 24:35-48


Kami adalah saksi

Baron de Rothschild adalah seorang pakar finansial yang kaya raya. Ia memiliki sebuah keunikan yaitu hidup sederhana. Pada suatu ketika ia meminta seorang pelukis untuk melukis dirinya. Ia berpakaian compang-camping dan memegang sebuah kaleng sambil meminta uang. Pelukis itu melukisnya seharian dan pada saat itu masuk juga seorang sahabat sang pelukis. Ia berpikir bahwa Baron de Rothschild adalah seorang pengemis sungguhan sehingga beberapa koin pun diletakkan di dalam kaleng yang ia pegang. 


Sepuluh tahun kemudian, orang yang memberi koin itu di dalam kaleng itu menerima sepucuk surat dari Baron de Rothschild dengan sebuah cek senilai 10.000 franc. Dalam surat tersebut tertera pesan ini: “Suatu hari anda pernah memberi uang receh kepada Baron de Rothschild di studio Lukis Ary Scheffer. Ia menginvestasikannya dan sekarang mengirimi anda  modal yang anda percayakan kepadanya serta bungannya”. Tindakan yang baik selalu membawa nasib keberuntungan. 

Petrus dan para Rasul diberi modal yang kuat oleh Yesus selama Ia masih bersama mereka.

Yesus misalnya pernah memberi perintah baru kepada para murid: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yoh 13:34). Ucapan Yesus ini kiranya seperti modal yang diinvestasikanNya kepada umat manusia. Tuhan lebih dahulu mengasihi kita maka marilah kita pun saling mengasihi. Pengalaman lain yang muncul adalah Petrus dan Yohanes menanam modal kasih kepada si lumpuh miskin. Ia disembuhkan oleh Yesus dalam kata-kata Petrus: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Dalam nama Yesus Kristus orang Nazaret itu berjalanlah” (Kis 3:6). Sebagai ucapan syukur atas kesembuhan dalam nama Yesus itu maka ia rela mengikuti Petrus dan Yohanes.


Sambil memandang kepada orang yang disembuhkan dalam nama Yesus maka Petrus berkotbah di serambi Salomo tentang identitas Yesus dan bagaimana menerimaNya di dalam hidup. Petrus berkata: “Hai orang-orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan HambaNya, yaitu  Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat bahwa Ia harus dilepaskan.  tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan tentang hal itu kami adalah saksi”. 

Petrus dengan penuh kebanggaan menghadirkan figur Yesus kepada orang-orang Israel. Kuasa Yesus itu dirasakan nyata oleh orang lumpuh itu menandakan bahwa Yesus mengasihi dan menerimanya apa adanya. Yesus tidak menuntut hal lain selain keterbukaan iman kepadaNya. Mengapa? Karena di dalam diri Yesus Allah telah memuliakan diriNya. Yesus adalah Hamba, Yang Kudus dan Benar, Pemimpin kepada hidup. Dia telah bangkit dan para Rasul adalah saksiNya.


Dengan pengalaman Yesus ini, Petrus meminta kepada orang-orang Israel untuk sadar dan bertobat. Mereka tidak boleh mengulangi dosa lama karena mereka tidak tahu apa yang sudah mereka lakukan. Lagi pula dosa lama itu telah dihapus oleh Yesus sendiri dengan menumpahkan darahNya yang mulia. Di samping menjelaskan kesaksiannya tentang kebangkitan Kristus, Petrus juga mengambil contoh-contoh dari Kitab Perjanjian Lama yang menggambarkan Yesus sebagai masa depan sang Mesias. Jadi kesaksian yang sekarang mereka berikan bukanlah hal yang baru karena semuanya itu sudah dinubuatkan oleh Tuhan dalam Kitab Perjanjian Lama.  

Penginjil Lukas menggambarkan Yesus yang bangkit mulia menampakkan diriNya kepada semua murid. Ketika para murid sedang bercakap-cakap tentang pengalaman bersama Yesus, tiba-tiba Ia hadir di tengah-tengah mereka dan menyapa: “Shalom. Damai sejahtera bagi kamu!” Kata-kata ini memang mengherankan para muridNya. Yesus menampakkan diriNya dengan Tubuh yang lengkap: “Lihatlah tangan dan kakiKu: Aku sendirilah ini. Rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulang seperti apa yang kamu lihat.” Setelah mengatakan seperti itu, Yesus dengan tubuhNya yang mulia ini meminta kepada mereka ikan untuk dimakanNya.


Yesus menampakkan diriNya supaya para RasulNya dapat memberi kesaksian yang baik dan benar: Suaranya didengar dengan jelas ketika mengatakan “Shalom”. TubuhNya yang mulia kelihatan kaki dan tangan yang nyata Ia makan ikan di depan mata mereka. Ia membuka pikiran mereka untuk mengenal Dia sebagaimana sudah ditulis di dalam Kitab Suci: Taurat, nabi-nabi dan Mazmur”. 

Sabda Tuhan hari ini menguatkan iman kita kepada Kristus. Dia telah bangkit maka marilah

kita bertobat dan percaya kepadaNya. Hal yang menarik perhatian kita terutama dari Injil hari ini adalah betapa pentingnya Tubuh Kristus bagi keselamatan kita semua. Untuk dapat menyelamatkan kita, perlu Inkarnasi atau Sabda Allah menjelma menjadi manusia, sama seperti kita. Untuk menunjukkan bahwa Ia sungguh-sungguh sudah bangkit, Ia muncul di hadapan para muridNya dengan menunjukkan TubuhNya: kaki dan tangan yang membedakanNya dengan hantu seperti dipikirkan para muridNya. Pada saat ini kita menerima keselamatan melalui Ekaristi kudus, Tubuh Kristus yang bangkit. Yesus menghendaki kita untuk mewartakan Injil dengan menghadirkan secara nyata Tubuh dan DarahNya. Apakah kita dapat menjadi pembawa warta suka cita, damai dan chanel keselamatan bagi sesama?


Doa: Tuhan Allah dan Bapa kami, berilah kami anugerah pertobatan kepada Yesus PuteraMu. Amen

PJSDB  
Leave a Reply

Leave a Reply