Renungan 12 April 2013

Hari Jumat, Paskah II

Kis 5:34-42

Mzm 27:1.4.13-14

Yoh 6:1-15

Berani berbagi dan berbela rasa

Pada suatu kesempatan saya menjadi tamu di sebuah keluarga. Ada tiga anak dengan orang tua yang hebat. Ketika makan siang, saya memperhatikan ibunya membagi-bagi makanan. Setelah semua siap di piring makan, ia mengingatkan anak-anak: “Makanan ini milik kita. Kakak harus ingat adik dan adik.” Mereka bertiga makan bersama-sama dan saya melihat bagaimana sang kakak sangat  memperhatikan adik-adiknya. Hanya ada dua potong ikan, sementara mereka bertiga. Kakak mengambil ikan dan membaginya dengan adik kepada kedua adik-adiknya. Ketiganya kelihatan sangat menikmati makanan terutama lauk yang ada. Berbagi dan berbela rasa yang sederhana di mulai di dalam keluarga.


Hari ini kita mendengar sebuah mukjizat yang dikerjakan Yesus di dalam Injil Yohanes. Yesus sudah tampil di depan umum. Ia menghadirkan Kerajaan Allah melalui pekerjaan-pekerjaan Bapa. Pekerjaan Bapa yang dimaksudkan adalah membuat mukjizat-mukjizat dengan menyembuhkan orang-orang sakit, mengajar dengan kuasa dan wibawa.  Semua ini membuat banyak orang berbondong-bondong mengikuti Yesus. Melihat jumlah orang yang mengikutiNya maka Yesus memiliki belas kasih yang besar kepada mereka. Ia meminta reaksi para murid ketika melihat sejumlah orang besar yang mendengarNya. Kepada Filipus, Yesus bertanya: “Di manakah kita harus memberi roti sehingga mereka ini dapat makan?” Reaksi Filipus sangat manusiawi, seakan tidak percaya bahwa di hadapannya adalah Yesus, Tuhan.


Filipus berkata kepada Yesus: “Roti seharga dua ratus dinar  tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong saja!” Andreas tanggap dengan situasi maka ia berkata kepada Yesus: “Di sini ada seorang anak yang membawa lima roti jelai dan mempunyai dua ikan. Tetapi artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Sekali lagi Andreas dan Filipus lupa bahwa di hadapan mereka adalah Yesus, Tuhan. Reaksi Yesus adalah meminta para rasulNya untuk memerintahkan semua orang untuk duduk, kira-kira lima ribu orang laki-laki, wanita dan anak-anak tidak dihitung. Yesus mengambil roti dan ikan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada para murid untuk diteruskan kepada orang yang datang untuk mendengarNya. Mereka semua makan sampai puas bahkan masih ada sisa dua bakul penuh. Orang-orang memuji Yesus dengan mengatakan bahwa Ia sungguh-sungguh nabi yang akan datang.


Hal yang menarik perhatian kita di sini adalah bahwa orang-orang saat itu dalam keadaan lapar. Melihat roti dan ikan tentu mereka memiliki nafsu makan yang tinggi. Tetapi mengapa roti dan ikan itu masih ada sisa 12 bakul? Satu jawaban yang pasti adalah karena semua orang ini mau berbagi dan berbela rasa. Setiap kali menerima roti dan ikan, mereka tidak mengambil untuk diri mereka sendiri, mereka mengambil dan membaginya kepada sesama lain. Ketika selesai membagi maka giliran si pembagi boleh makan roti dan ikan. Tentu semua orang merasa puas, kenyang karena saling membantu, berbagi dengan sesama. Sikap ini juga menjadi kekuatan ketika para pengikut Kristus bisa berbagi dengan sukacita kepada sesama yang kelaparan dan menderita.


Bacaan Injil ini juga menjelaskan  bahwa Yesus berekaristi bersama para muridNya. Ia mengambil roti dan ikan serta mengucap syukur kemudian membaginya kepada para muridNya. Ekaristi memampukan kita untuk siap berbagi dan berbela rasa dengan semua orang. Sama seperti tubuh dalam rupa roti, diambil, diberkati, dipecah-pecah, dibagi kepada banyak orang, demikian kita juga dapat menjadi rasul Ekaristi bagi sesama.


Menjadi manusia ekaristis sebenarnya tidak gampang. Para murid Kristus seperti domba yang dikirim ke tengah-tengah serigala. Banyak penderitaan  akan dialami para murid Kristus bahkan dapat menyebabkan kemartiran. Para murid merasakannya: penolakan, penganiayaan hanya karena menyebut nama Yesus dari Nazaret. Hari ini kita mendengar nasihat yang bijaksana dari Gamaliel: “Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka sebab jika maksud dan perbuatan mereka dari manusia maka akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah maka kamu tidak dapat melenyapkan orang-orang ini karena boleh jadi kalian melawan Allah”.

Sabda Tuhan hari ini membuat kita berefleksi  tentang semangat sebagai murid. Para murid belajar untuk berbagi dan berbela rasa dengan sesama. Lihatlah para murid yang secara manusiawi masih membuat perhitungan-perhitungan tertentu untuk berbagi dan berbela rasa dengan sesama. Tetapi mereka belajar dari Yesus yang menunjukkan sikap berbagi dan berbela rasa dengan benar. Dalam melayani sesama jangan pernah membuat perhitungan karena Tuhan akan membalasnya kepadamu. Semua perbuatan yang dilakukan berasal dari Tuhan.


Doa: Tuhan, bantulah kami supaya pada hari ini dapat berbagi dan berbela rasa dengan sesama. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply