Homili Hari Minggu Paskah VI/C – 2013

Hari Minggu Paskah VI/C

Kis 15:1-2.22-29

Mzm 67:2-3.5.6.8

Why 21:10-14.22-23

Yoh 13:23-29

Kita butuh Roh Kudus!
Kita memasuki Hari Minggu Paskah VI dengan sebuah pertanyaan besar untuk direfleksikan: Siapakah Roh Kudus itu? Pertanyaan ini merangsang pikiran kita untuk mempersiapkan diri merayakan Hari raya Pentekosta dua minggu mendatang. Di dalam Katekismus Gereja Katolik, dikatakan bahwa Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Tritunggal Mahakudus dan memiliki keilahian yang sama dengan Allah Bapa dan Putera (KGK 243-248; 263-264). Ketika kita menemukan kenyataan bahwa Allah ada dalam kita, kita berhubungan dengan Roh Kudus. Allah mengutus Roh PutraNya ke dalam hati kita (Gal 4:6) sehingga Ia memenuhi hati kita sepenuhnya. Dalam Roh Kudus, umat Kristen menemukan kebahagiaan, kedamaian di hati, dan kebebasan. “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kami anak-anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru Abba, ya Bapa!” (Rom 8:15). Maka dalam Roh Kudus yang kita terima sejak pembaptisan dan penguatan, kita diperbolehkan memanggil Allah sebagai Bapa.

Lukas dalam bacaan pertama dari Kisah para Rasul mengisahkan bagaimana peran penting Roh Kudus dalam mengatasi masalah pastoral Gereja purba. Setelah hari raya Pentekosta, para rasul memiliki keberanian untuk mewartakan kebangkitan Kristus di Yerusalem. Banyak

orang percaya kepada pewartaan para rasul sehingga menimbulkan kebencian dan penolakan dari para pemimpin Yahudi. Situasi semakin sulit ketika tampilnya Saulus dengan segala kekejamannya. Pada saat itu banyak murid  Tuhan meninggalkan Yerusalem dan pergi ke tempat jauh untuk mewartakan kebangkitan Kristus. Situasi berubah ketika Saulus bertobat menjadi Paulus. Ia dengan kuasa Roh Yesus melakukan perjalanan Misioner bersama Barnabas dan berhasil membawa banyak orang kepada Kristus. Persoalan pastoralnya adalah ketika mereka kembali ke Antiokhia. Mereka berjumpa dengan orang-orang yang berasal dari Yudea dengan ajaran baru: “Jikalau kamu tidak di sunat menurut adat istiadat yang di wariskan Musa, kamu tidak dapat diselamatkan”. Akibat ajaran ini adalah kebingungan di dalam komunitas kristen di Antiokhia, Siria dan Kilikia. Paulus dan Barnabas  juga beberapa penatua dikirim ke Yerusalem untuk membicarakan hal ini. Sesampai di Yerusalem, Barnabas dan Paulus masih menerima pernyataan yang sama dari orang-orang farisi yang sudah mengikuti Kristus.

 

Dalam sidang umum di Yerusalem, Roh Kudus membimbing para rasul dan para penatua sehingga menghasilkan keputusan yang bijaksana yakni orang-orang kristen yang  bukan dari Yahudi tidak diwajibkan untuk mengikuti hukum Taurat sebab iman kepada Kristus itu sendiri sudah cukup untuk keselamatan. Untuk itu para peserta sidang memilih Paulus, Barnabas, Yudas alias Barsabas dan Silas untuk kembali ke Galilea, Siria dan Kilikia dan mensosialisasikan hasil sidang umum di Yerusalem. Mereka juga membawa surat yang berbunyi: “Salam dari rasul-rasul dan penatua-penatua, dari saudara-saudaramu kepada saudara-saudara di Antiokhia, Siria dan Kilikia yang berasal dari bangsa-bangsa lain. Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami, yang tiada mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka. Sebab itu dengan bulat hati kami telah memutuskan untuk memilih dan mengutus beberapa orang kepada kamu bersama-sama dengan Barnabas dan Paulus yang kami kasihi, yaitu dua orang yang telah mempertaruhkan nyawanya karena nama Tuhan kita Yesus Kristus. Maka kami telah mengutus Yudas dan Silas, yang dengan lisan akan menyampaikan pesan yang tertulis ini juga kepada kamu. Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat.” (Kis 15:23-29).

 

Yohanes dalam bacaan kedua dari Kitab Wahyu menjelaskan penglihatan yang ia alami tentang Yerusalem baru yang turun dari surga. Ia melihat perkembangan gereja dalam perspektif duniawi dan surgawi. Gereja dibangun di atas dasar keduabelas rasul oleh Yesus sendiri. Konsekuensinya adalah Allah menjadi segalanya bagi Gereja. Orang-orang yang ditebusNya, para kudus mengambil bagian dalam cahaya kekal yang tidak lain adalah kemuliaan Tuhan sendiri. Visi Yohanes menyadarkan kita akan penebusan berlimpah yang dikerjakan Yesus bagi dunia.
Yesus di dalam bacaan Injil hari ini memberikan wejangan-wejangan perpisahan. Ia memberikan tiga janjiNya kepada para rasul dan kita semua yang percaya kepadanya. Janjipertama, Tuhan akan datang dan tinggal bersama orang yang mengasihi dan mengikuti SabdaNya.  Betapa indahnya kasih Tuhan bagi semua yang percaya kepadaNya. Apakah anda mengasihi dan mengikuti Sabda Yesus. Berbahagialah engkau karena Tuhan akan bersemayam di dalam dirimu. Janji kedua, Yesus mengutus Penghibur yaitu Roh Kudus.Roh

Kudus diutus Bapa atas nama Yesus. Tugas Roh Kudus atau Penghibur adalah mengajar segala sesuatu dalam nama Yesus dan mengingatkan Sabda Yesus kepada mereka yang percaya kepada Kristus. Janji ketiga, Damai. Yesus mengatakan bahwa Ia menitip damaiNya kepada manusia yang percaya kepadaNya dan damai yang Ia berikan tidak sama dengan yang dunia tawarkan kepada manusia. Damai titipan Tuhan patut diberikan kepada orang-orang lain. Yesus berkata, “Berbahagialah mereka yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat 5:9).

 

Sabda Tuhan pada hari Minggu Paskah VI ini mengarahkan kita untuk memahami karya Roh Allah di dalam Gereja dan diri kita sebagai orang yang dibaptis. Roh Kudus mengaruniakan hal-hal istimewa bagi manusia. Katekismus Gereja Katolik menekankan bahwa karunia-karunia Roh Kudus adalah disiposisi tetap yang membuat manusia patut untuk mengikuti dorongan ilahi. Karunia-karunia itu ada tujuh yakni hikmat, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan akan Allah kesalehan, dan takut akan Allah (KGK 1830-1831;1845). Sedangkan buah-buah Roh Kudus adalah kesempurnaan yang dibentuk dalam diri kita sebagai buah-buah pertama kemuliaan abadi. Tradisi Gereja menyebutkan duabelas buah Roh Kudus: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri, kerendahan hati, kesederhanaan dan kemurnian (Gal 2:22-23). Apakah kita percaya pada Roh Kudus dan semua anugerah dan buah-buah Roh Kudus?
Kita semua juga diajak untuk merasakan damai sebagai titipan Tuhan. Tuhan Yesus berjanji kepada orang-orang yang percaya dan melakukan SabdaNya bahwa Dia dan Bapa akan datang dan tinggal di dalam dirinya. St. Paulus mengatakan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus ( 1Kor 6:19). Allah tinggal di dalam diri manusia maka manusia menerima damai sejahtera yang dititip oleh Tuhan Yesus sendiri. Tugas kita sebagai manusia yang sudah menerima damai adalah membawa damai titipan Tuhan bagi sesama. Dengan demikian akan disebut anak Allah. Untuk membawa damai titipan Tuhan, kita perlu bertanya di dalam diri kita masing-masing, apakah  ada damai di dalam hati kita? Bagaimana anda dapat membawa damai dan disebut anak Allah kalau anda sendiri tidak memiliki damai dalam hati, tidak percaya bahwa Tuhan Yesus juga menitip damaiNya di dalam hatimu? Maka milikilah damai Kristus dalam hatimu.

 

Doa: Tuhan Yesus Kristus, jadikanlah aku pembawa damai bila terjadi kebencian. Amen
PJSDB

 

Leave a Reply

Leave a Reply