Uomo di Dio

Mari bekerja

PJSDBMenjelang akhir tahun ini banyak paroki, dan kelompok-kelompok kategorial mengadakan rapat kerja tahunan atau orang biasa sebut Raker. Di dalam Rapat kerja tahunan biasanya diadakan evaluasi kegiatan-kegiatan secara umum. Apakah kegiatan-kegiatan itu sudah memenuhi visi dan misi yang ditetapkan sebelumnya? Manakah poin-poin keberhasilan dan kegagalan dari program kerja? Mengapa ada keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan program kerja. Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kegagalan bila program kerja itu hendak dilanjutkan kembali. Apakah semua komponen telah berpartisipasi aktif dalam melakukan program kerja tersebut. Masih banyak pertanyaan yang bernada evaluasi yang kiranya nanti dapat membantu program kerja yang baru di tahun yang baru.

Pada tahun ini saya diundang untuk hadir sebagai pengamat dalam rapat kerja tahunan sebuah paroki. Mereka menentukan sebuah tema yang sederhana dan menarik perhatian: “Mari Bekerja”. Tema ini memiliki banyak makna. Misalnya, semua komponen di dalam paroki atau kelompok kategorial memang sudah sedang bekerja dan sekarang diajak lagi untuk lebih tekun dalam bekerja, melayani Tuhan dan sesama. Mungkin juga kepada pengurus baru diharapkan untuk memulai pekerjaan dengan semangat kerja dan pelayanan yang tinggi dan berkualitas. Secara rohani, tema ini memang tetaplah sebuah ajakan bagi manusia untuk mewujudkan dirinya sebagai manusia. Saya ingat Napoleon Hill pernah berkata, “Setiap orang menikmati jenis pekerjaan yang paling cocok untuknya”. Pandangan Napoleon Hill ini memang ada benarnya. Kalau orang tidak cocok dengan pekerjaannya maka ia juga tidak akan menikmatinya dengan baik. Joan Chittister pernah berkata: “Kita bekerja karena dunia belum sempurna dan tugas kita adalah mengembangkan dunia ini”. Kita bersama-sama dengan Tuhan mengembangkan dunia ini menjadi baru dan berkembang.

Mari bekerja merupakan sebuah ajakan bagi kita untuk masuk ke dalam spritualitas kerja. Gregory F.A. Pierce, dalam bukunya Spirituality@work mendefinsikan Spiritualitas Kerja sebagai usaha yang membutuhkan disiplin untuk membuat diri kita dan lingkungan kita bersekutu dengan Allah dan untuk menjelmakan roh Allah di dalam dunia melalui setiap daya upaya (dibayar atau tidak dibayar) yang kita tunaikan guna menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik, semakin mendekati cara Allah mengupayakan segala sesuatu.

Pria Katolik hendaknya selalu siap untuk menjawabi ajakan “Mari Bekerja”. Tugas kita sebagai pria katolik adalah bersama dengan Tuhan sang Pencipta, kita mengembangkan dunia ini menjadi lebih baik dan lebih sempurna. Dengan demikian semua orang akan memandang kesempurnaan Allah dalam segala hasil pekerjaan kita. Tentu saja satu hal yang tak perlu kita lupakan adalah bahwa kita tidak bekerja sendirian. Kita selalu bekerja bersama dengan Tuhan. Dia selalu menyertai kita dan membimbing kita untuk menyempurnakan dunia ini melalui karya-karya pelayanan kita.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah makna dari pekerjaan? Untuk memaknai pekerjaan sangat tergantung pada siapa yang sedang melakukannya dan untuk apa ia melakukan suatu pekerjaan. Ada orang yang melakukan pekerjaan untuk mencari nafkah. Tentu saja alasan ini mengandaikan adanya tugas dan tanggung jawab, kemandirian, pelayanan dan keutamaan lainya. Ada yang memandang pekerjaan sebagai karier atau profesi. Di sini tentu dibutuhkan keterampilan khusus dan pelatihan tertentu. Ada yang memandang pekerjaan sebagai sebuah tugas panggilan dari Allah. Pekerjaan ini lebih merupakan pelayanan tanpa pamrih.

Mari bekerja! Rekan-rekan pria katolik, kita membangun dan mengembangkan dunia ini menjadi baru dengan semua pekerjaan kita untuk mencari nafkah, mempunyai karier dan menjawabi panggilan Tuhan untuk melayaniNya tanpa pamrih. Kita tidak sendirian. Tuhan selalu bersama kita dalam setiap pekerjaan dan pelayanan.

Doa: Tuhan terima kasih karena Engkau selalu hadir dalam pekerjaan-pekerjaan kami untuk ikut menyempurnakan dunia ini. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply