Uomo di Dio

Kebijaksanaan Angsa

P. John SDBKetika masih melayani di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur, saya memelihara aneka hewan yang berguna untuk konsumsi komunitas. Hewan pertama yang mudah dipelihara adalah anjing, menyusul kambing dan kelinci. Yah jadi teringat daging anjing atau RW, sate kambing dan kelinci, bikin ngiler para pria katolik. Pada suatu kesempatan lain saya diundang untuk merayakan misa syukur sebuah keluarga. Mereka mengatakan tidak punya uang untuk stipendium sehingga saya diberi satu ekor babi betina. Wah, saya harus mencari lagi satu ekor babi jantan supaya menjadi sepasang yang harmonis. Melihat sejumlah hewan yang ada di komunitas, ada seorang sahabat yang berkata: “Pastor, di daerah ini memang tidak ada pencuri, tetapi orang-orang dari luar daerah ini suka mencuri. Dengan memelihara anjing saja belum cukup untuk keamanan di sini, masih perlu sekurang-kurangnya dua ekor angsa karena angsa itu lebih galak dari pada anjing dan juga lebih sensitive. Kalau ada orang yang tidak dikenal, ia akan berteriak dan bisa membangunkan seisi rumah. Pencuri dengan ilmu gelap apa pun bisa menghilang karena ketakutan medengar suara angsa”. Saya mengikuti nasihatnya. Ada umat yang menyumbang tiga ekor angsa. Kehadiran angsa-angsa di komunitas memberi suasana baru yakni ada persaingan suara anjing yang menggonggong dan suara angsa.

Angsa memang hewan yang unik dan mengesankan. Saya pernah mengikuti sebuah seminar. Ada sebuah presentasi yang sangat inspiratif yang membuka wawasan saya bahwa angsa tidak hanya bertugas untuk mengusir para pencuri. Angsa ternyata dapat memberi inspirasi hidup yang baru bagi manusia sebagai makhluk sosial.

Pertama, Di daerah-daerah tertentu yang memiliki empat musim, hewan-hewan terutama bangsa unggas selalu berpindah habitat sesuai musimnya. Angsa termasuk hewan yang bisa berpindah habitat sesuai musim. Ketika mereka terbang secara bergerombolan, mereka selalu membentuk formasi “V”. Mengapa mereka terbang dalam formasi V? Karena pada saat mereka terbang dalam formasi seperti ini efisiensi kelompok angsa ini akan naik 71 persen dibandingkan dengan pada saat mereka terbang sendirian. Formasi V ini memberi pelajaran bagi kita yakni kalau kita bekerja sebagai satu team, kita akan bergerak ke arah tujuan yang sama. Dengan demikian kita dapat mencapai tujuan lebih cepat dan tentu saja lebih ringan dan maksimal.

Kedua, ketika salah satu angsa meninggalkan formasi V, mungkin karena kelelahan maka dia akan mengalami daya tahan udara yang besar sehingga ia mengalami kesulitan untuk terbang sendiri. Dengan demikian ia akan berusaha untuk masuk kembali dalam formasi V sehingga dapat berbagi efek terbang dengan angsa yang lain. Pelajaran yang dapat kita ambil adalah ketika kita bekerja sebagai satu team sangat dibutuhkan kekompakan sehingga kita dapat maju bersama, bergerak ke satu tujuan yang sama. Tentu saja energi yang dibutuhkan juga lebih sedikit untuk mencapai tujuan bersama. Setiap anggota team juga akan memiliki kewajiban untuk menolong sesamanya.

Ketiga, ketika sang pempimpin kelompok kelelahan maka dia akan berpindah tempat dalam formasi misalnya ke ujung atau tengah formasi dan angsa lain akan langsung mengambil posisinya. Pelajaran yang dapat kita ambil adalah saling share kepemimpinan harus di dasari saling menghormati dan percaya di antara anggota team setiap saat. Saling berbagi tugas untuk masalah yang paling berat, memusatkan kemampuan dan bakat team untuk memecahkan masalah adalah hal yang penting dalam kebersamaan. Tidak ada single fighter yang sukses dalam kelompoknya.

Keempat, angsa terbang dalam formasi V sambil berkotek-kotek sehingga memberi semangat kepada team leadernya. Bunyi angsa dengan irama tertentu akan membantu setiap angsa untuk terbang dengan kecepatan yang sama. Pelajaran yang dapat kita ambil adalah kalau saja ada semangat dan penyemangat maka akan mempermudah kita untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang lebih besar. Keberadaan semangat selalu memberi motivasi, menolong, meneguhkan dan menguatkan.

Kelima, ketika salah satu angsa sakit atau kelelahan, dia akan tertinggal dan keluar dari formasi. Pada saat itu beberapa angsa akan keluar juga dari formasi dan membentuk formasi V yang baru untuk menolong dan mengawal dia sampai dia sehat dan masuk kembali dalam formasi V. Bisa juga ia terus dalam formasi itu atau jatuh dan mati. Pelajaran yang kita ambil adalah ketika kita hidup berdampingan dengan orang lain, apa pun perbedaan yang kita miliki, pada saat ada kesulitan seperti sakit atau pergumulan tertentu kehadiran sesama akan menguatkan dan menghidupkan. Hidup ini akan terasa indah kalau selalu bersatu, saling menolong sebagai saudara.

Inilah lima hal yang bisa kita belajar dari angsa. Saya membayangkan, andaikan setiap pria katolik terinspirasi dengan kehidupan para angsa ini maka betapa indahnya hidup di dalam keluarga, di dalam gereja dan Negara kita. Para pria katolik bisa menjadi seperti garam dan terang bagi banyak orang untuk hidup berdampingan, bekerja bersama sebagai team, penuh motivasi, komitmen dan kejujuran. Saya teringat pada Daud dalam Mazmur yang berdoa: “Oh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun” (Mzm 133:1).

Marilah kita menandang Yesus Kristus sumber spiritualitas kita. Meskipun Anak Allah tetapi prinsip kebersamaan di dalam komunitas sebagai satu team selalu ada. Ketika memanggil para muridNya, Ia menghendaki supaya mereka tinggal bersama-sama (Yoh 1:39).Tinggal bersama berarti memiliki misi yang sama dan Ia bahkan berjanji akan menyertai para muridNya hingga akhir zaman. Para pria katolik hendaknya merasakan hal yang sama: tinggal bersama Yesus dan melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan bukan pekerjaan manusia. Mengapa? Sebab terlepas dari Yesus kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh 15:5).

Doa: Tuhan, bantulah kami, semoga pada hari ini kami boleh menerima saudara-saudari kami apa adanya dan bekerja serta berbagi tugas dan tanggung jawab bersama. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply