Homili 20 Desember 2013

Hari Jumat 20 Desember 2013

Yes 7: 10-14

Mzm 24:1-2.3-4b.5-6

Luk 1:26-38

 

Merenungkan Penyertaan Tuhan

 

Fr. JohnPagi ini saya membaca sebuah kalimat yang sangat meneguhkan dari Francis Xavier Kardinal Nguyen Van Thuan dalam bukunya “The Road of Hope”. Ia menulis: “Renungkanlah sapaan Malaikat Gabriel: “Salam hai engkau yang penuh rahmat, Tuhan sertamu!” (Luk 1:28) dan sapaan dari Gereja, “Tuhan sertamu”. Apakah kedua sapaan ini memiliki makna yang mendalam bagimu atau apakah kedua sapaan ini juga mampu mengubah hidupmu?” Saya diam sejenak dan merenungkannya sebagai seorang imam. Setiap hari saya berjumpa dengan umat yang saya layani dan menyapa mereka shalom. Artinya saya membawa damai (Mat 5:9) kepada mereka dan dari situ saya bisa disebut sebagai anak Allah.  Setiap hari saya juga merayakan Ekaristi dan menyapa umat: “Tuhan sertamu”. Ini berarti sekurang-kurangnya saya sudah harus merasakan penyertaan Tuhan di dalam hidupku sehingga dapat membagikannya kepada sesama yang lain.

Pada hari ini kita berjumpa dengan Bunda Maria yang merasakan penyertaan Tuhan dan membagikannya kepada kita. Maria dikandung tanpa noda layak di hadirat Tuhan. Tuhan pun mengutus malaikatNya Gabriel dengan pesan istimewa kepadanya bahawa ia akan mengandung dari Roh Kudus dan menjadi Bunda Sang Penebus. Sapaan malaikat pada awal perjumpaan sangatlah bermakna: “Salam hai engkau yang dikarunia, Tuhan menyertai engkau” (Luk 1:28). Malaikat mengucapkan kalimat pertama chaire yang tidak hanya bermakna salam saja tetapi chaire lebih bermakna ronni atau gheli dalam bahasa Yahudi yang berarti bersukacitalah atau bergembiralah. Maria diingatkan untuk bergembira karena rahmat dan karunia dari Tuhan baginya dan juga bahwa Tuhan menyertai seluruh hidup Maria.

Selanjutnya Malaikat menyampaikan berita yang sangat mengagetkannya bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus dan melahirkan seorang Putra dan harus menamainya Yesus. Yesus sendiri akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhkta Daud Bapa leluhurNya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan bahwa KerajaanNya tidak akan berakhir. Mendengar semuanya ini, Maria memang terkejut dan ragu-ragu tetapi imannya kepada Tuhan besar. Ia percaya pada semua rencana Tuhan sehingga ia berani berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”.

Hidup di hadirat Tuhan dan merasakan penyertaanNya tidaklah mudah. Orang pasti mengalami seperti Bunda Maria atau figur lain di dalam Kitab Suci ketika mengalami panggilan istimewa yakni merasa diri tidak sempurna, merasa ragu. Namun iman kepada Tuhan dan penyertaanNya dapat mengubah hidup orang tersebut. Bunda Maria menginspirasikan kita supaya panggilan dan pilihan Tuhan di dalam hidup kita sungguh-sungguh terlaksana. Pikirkanlah ketika anda dipilih untuk tugas istimewa di dalam komunitas, kalau saja anda berjalan sendiri pasti hidupmu selalu dalam suasana keraguan, namun kalau hidupmu selalu bersama dengan Tuhan, merasakan penyertaan Tuhan maka anda akan merasa bahagia di dalam hidupmu. Sukacita dari Tuhan akan selalu menaungimu.

Rencana Tuhan untuk menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus bukanlah sebuah rencana singkat. Persiapan yang panjang dengan diikuti oleh pewartaan para nabi membantu persiapan kedatangan Yesus sebagai Mesias dan Penyelamat kita. Maria menjadi Tabut Perjanjian di mana Anak Allah datang dan tinggal bersama umatNya. Kebesaran Maria adalah ketika ia dengan besar hati menerima rencana Tuhan dengan rendah hati dan mengesampingkan semua proyek pribadinya. Maria memiliki kehendak bebas untuk mengikuti rencana luhur dari Allah sendiri. Maria memiliki sikap lepas bebas di hadirat Tuhan.

Yesaya dalam bacaan pertama menampilkan nubuat Tuhan tentang Emanuel atau kehadiran Allah di tengah-tengah umatNya. Ketika itu Raja Ahaz sedang terisolasi secara politis karena musuh-musuh  dari Kerajaan Israel dan Damaskus sedang mengepungnya. Yesaya meminta kepada Ahaz untuk mengandalkan Tuhan Allah. Raja Ahaz tidak sepaham dengan nabi maka ia mau bertindak frontal terhadap para musuhnya. Nabi meminta raja untuk memohon sebuah tanda dari Tuhan tetapi raja menolak dengan alasan tidak mau mencobai Tuhan Allah. Karena sikap raja ini maka Yesaya bernubuat bahwa akan lahir seorang putera dan nama putera itu adalah Emanuel. Tentu saja maksud Yesaya adalah kelahiran Putera Raja Ahaz yakni Ezechia. Dalam kacamata Kristiani, kelahiran Ezechia merupakan proto tipe kelahiran Yesus dari st. Perawan Maria.

Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita untuk bersukacita karena penyertaan Tuhan. Ia tidak pernah meninggalkan kita, kitalah yang sering meninggalkanNya. Natal hamper tiba, penyertaan Tuhan akan sungguh-sungguh kita rasakan.

Doa: Tuhan, kami memohon kepadaMu: “Mane nobiscum Domine”. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply