Homili Hari Minggu Adventus IV/A

Hari Minggu Adventus IV/A

Yes 7:10-14

Mzm 24:1-2.3-4b.5-6

Rom 1:1-7

Mat 1:18-24

 

Yesus mempersatukan keluarga

 

Fr. JohnPada suatu ketika saya didatangi oleh seorang Bapa. Ia merasa kecewa dengan istrinya dan menilai istrinya sudah tidak setia lagi dalam perkawinan mereka dan ia berniat untuk menceraikannya secara sipil dan gereja. Alasannya karena ia sering melihat istrinya SMS, BBM, FB dan telephonan dengan lelaki tertentu. Sekarang istrinya sedang hamil dan ia mengakui hanya sekali saja berhubungan intim dengan istrinya selama tiga bulan terakhir. Ia kelihatan sangat emosi dan tidak mau menerima istrinya lagi. Saya bertanya kepadanya perihal pekerjaan istrinya. Ia menjawab ia adalah kepala cabang sebuah Bank Swasta. Saya bertanya lagi apakah istrinya sudah menunjukkan tanda-tanda ketidaksetiaan dengan terang-terangan berselingkuh di depannya. Ia menjawab belum melihat hanya mencurigainya. Saya menyuruhnya untuk sabar dan tidak harus mencurigai istri sendiri. Ia memiliki pekerjaan dan pasti punya banyak relasi dengan pria dan wanita tetapi tentu ia tahu dirinya. Ia mengatakan kepada saya supaya tidak mengatakan apa pun kepada istrinya. Beberapa bulan kemudian lahirlah anak mereka, seorang putera yang wajahnya persis seperti ayahnya. Mereka meminta saya untuk membaptisnya dan di hadapan saya mereka membaharui janji pernikahan. Suaminya juga meminta maaf atas semua sikapnya yang tidak baik terhadap istrinya.

Ini sebuah pengalaman yang sederhana dalam sebuah keluarga. Banyak kali orang merasa curiga dengan pasangan dan berniat jahat seperti menceraikan bahkan mau membunuh pasangannya. Ada yang sampai mencari dukun untuk mengalihkan perhatian pasangan supaya tetap setia. Sangatlah lucu! Orang beriman tetapi bertindah seperti orang yang tidak beriman karena masih percaya sia-sia. Bukankah Yesus sendiri berkata: “Sebab itu seorang pria meninggalkan orang tuanya dan bersatu dengan isterinya sehingga keduanya menjadi satu daging” (Mat  19:5; Mrk 10:8). Menjadi satu daging itu sebuah persekutuan yang luhur dan hanya Allah saja yang mampu melakukannya itu kepada manusia yang dikasihiNya.

Dalam masa novena natal ini, permenungan kita perlahan-lahan mengerucut pada peristiwa Yesus yang lahir di dalam satu keluarga manusia. Bunda Maria menerima khabar sukacita bahwa ia mengandung dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki yang akan diberinya nama Yesus artinya Allah yang menyelamatkan. Khabar sukacita itu terjadi sebelum Maria yang bertunangan dengan Yusuf itu hidup bersama sebagai suami dan istri. Pengalaman Maria ini tentu menjadi pukulan bagi Yusuf. Ia diam-diam merencanakan sebuah perceraian yang damai dengan Maria. Meskipun baru merencanakan tetapi Tuhan menantisipasinya dengan mengingatkan Yusuf dalam mimpi supaya tetap mengambil Maria sebagai istrinya karena satu alasan yakni Yesus. Yesus mempersatukan Maria dan Yusuf, mempersatukan semua keluarga manusia. Inilah gambaran pribadi Yusuf yang tulus dan setia dan Bunda Maria abdi Tuhan yang tulus dan juga setia. Mereka berdua menjadi figur advent pekan ke-IV ini.

Yusuf menerima Maria apa adanya sesuai dengan pesan malaikat. Yusuf adalah model abdi Tuhan yang setia kepada kehendak Tuhan. Demikian juga Maria Bunda Yesus adalah abdi Tuhan yang patuh dan taat kepada kehendak Tuhan. Baik Yusuf maupun Maria sama-sama menjadi figur orang-orang yang setia di hadirat Tuhan. Sekali mereka mengatakan kesetiaan kepada Tuhan, selama-lamanya mereka juga menghayatinya. Tidak ada bukti-bukti Biblis yang mengatakan kekecewaan Yusuf atau bentrok Yusuf dan Maria. Mereka tetap hidup layak di hadirat Tuhan dan bertanggung jawab dalam membesarkan Yesus sang Putera.

Saya pernah diminta untuk merayakan natal di sebuah Taman Kanak-Kanak. Saya kesulitan untuk memberikan homili kepada anak-anak Taman Kanak-Kanak. Maka saya memilih untuk bercerita tentang situasi di Betlehem, para gembala dan tiga majus dari Timur. Sambil bercerita saya merasa bahwa anak-anak menikmati suguhan cerita dari saya. Setelah selesai bercerita tentang para gembala dan majus, saya bertanya kepada anak-anak, siapakah yang pertama-tama melihat Yesus lahir. Ada seorang anak mengangkat tangan dan menjawab: “Bunda Maria, Romo”. Saya kaget dan sekaligus merasa bahagia dengan jawaban anak itu. Saya menceritakan para gembala dan majus tetapi tidak banyak menekankan figur terpenting yang merasakan kelahiran Yesus yakni Bunda Maria. Tetapi anak TK itu sudah menyadarkan saya untuk memberi tempat istimewa bagi Bunda Maria dan St. Yusuf.

Maria adalah proto tipe seorang gadis yang sudah dinubuatkan oleh nabi Yesaya kepada raja Ahaz dalam bacaan pertama. Ketika itu, Israel sedang dikepung oleh para prajurit dari Damaskus maka secara politis ia sedang terjepit. Maka nabi meminta Ahas untuk memohn bantuan dari Tuhan. Namun Ahas keras hati dan tidak mau mengandalkan Tuhan. nabi lalu mengatakan nubuat bahwa seorang perempuan muda akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan harus di namai Imanuel artinya Allah beserta kita. Nubuat nabi Yesaya ini tetap dipegang teguh dalam sejarah keselamatan. Nubuat yang sama diucapkan oleh Malaikat kepada Yusuf yang kita dengan dalam bacaan Injil Matius hari ini. St. Paulus mengakui imannya bahwa Yesus yang diwartakan dalam Injil adalah Keturunan Daud secara manusiawi dan menurut Roh Kudus dinyatakan sebagai anak Allah. Maka kita juga mengakui dalam ajaran iman  kita bahwa Yesus itu sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.

Pada hari ini kita semua bergembira karena Tuhan juga memilih manusia seperti Maria dan Yusuf untuk menjadi pribadi-pribadi yang bersatu dengan Tuhan. Mereka berpartisipasi dalam karya keselamatan manusia. Anda dan saya juga diundang untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Roh Kudus di dalam hidup kita. Yusuf sudah melakukannya dan ia berbahagia melakukan pekerjaan Roh Kudus yakni sebagai bapak pengasuh Yesus Kristus. Ia setia kepada Tuhan dan kepada Maria sampai wafat. Bunda Maria adalah hamba Tuhan. Ia juga melakukan kehendak Tuhan hingga tuntas sebagai seorang ibu. Yusuf dan Maria selalu dikuatkan oleh kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka. Apakah kita juga bisa menyerupai Bunda Maria dan st. Yusuf yang menyambut kehadiran Yesus dengan tulus hati? Tuhan Yesus mempersatukan suami dan istri, mempersatukan setiap keluarga. Ia mempersatukan kita semua sebagai Gereja.

Doa: Tuhan Yesus, berkatilah kami semua dalam persiapan natal ini. Semoga kami menjadi pembawa kasihMu kepada sesama. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply