Homili Malam Natal A-B-C – 2013

Misa Malam Natal

Yes 9:1-6

Mzm 96:1-3.11-13

Tit 2:11-14

Luk 2:1-14

 

Kasih Karunia Allah menjadi nyata!

Fr. JohnKita mengawali perayaan suci malam ini dengan sebuah antiphon yang bagus: “Marilah kita semua bergembira dalam Tuhan karena sang Juru Selamat telah lahir di dunia. Hari ini turun dari surga damai sejati bagi kita”. Kita bisa langsung bertanya di dalam hati kita: Apakah ada rasa gembira  dalam hati kita karena boleh merayakan natal? Apakah ada damai di dalam hati kita? Ya rasa gembira dan damai merupakan dua rasa bathin kita, kerinduan yang mendalam sebagai orang beriman di hadapan Tuhan Yesus yang kita nantikan. Selama masa adven ini kita semua menantikan dengan penuh harapan Yesus Tuhan kita. Dialah sang Mesias, Penasihat Allah, Allah yang Perkasa, Bapa Yang Kekal, Raja Damai. Ada seorang sahabat mengirim pesan natal kepada saya malam ini: “Akhirnya saat yang saya tunggu-tunggu tiba juga. Anak Allah menjadi manusia supaya saya bisa menjadi Anak Allah”. Sebuah pesan yang sederhana namun amat mengesankan. Tuhan sangat mengasihi kita sehingga Ia mau menjadi manusia di dalam Yesus, supaya kita semua menjadi saudara Yesus dan menjadi anak-anak Allah. Di dalam Roh Kudus kita semua menyebut Allah yang satu dan sama sebagai Abba (Rm 8:15).

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada malam natal ini mengarahkan kita untuk memandang Yesus Putera Allah yang datang ke dalam dunia. Yesus adalah Juru Selamat yang kita nantikan dan malam ini lahir dan tinggal di antara kita dari Bunda Maria ibuNya. Nabi Yesaya di dalam Bacaan Pertama bernubuat bahwa seorang Putera telah diberikan kepada kita. Yesaya mau mengatakan tentang penampakan Tuhan (Epifani) pada perayaan natal: “Seorang anak lahir bagi kita, seorang putra telah diberikan kepada kita. Lambang pemerintahan ada di atas bahunya dan orang menyebut dia: Penasihat Allah, Allah Yang Perkasa, Bapa Yang Kekal, Raja Damai. Besarlah kekuasaannya dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan”(Yes 9:5). Pikiran Yesaya kiranya terarah kepada Anak Manusia yang dinamai Allah Mahakuasa, Bapa yang kekal. Misteri Allah terletak di sini: Dia adalah seorang anak, bayi yang lahir dalam kelemahan tetapi Dialah Allah yang mahakuasa. Dia yang lahir sebagai seorang bayi yang lemah dan mengharapkan uluran tangan kasih manusia adalah Bapa yang kekal. DamaiNya tiada berkesudahan! Gambaran kuasa Allah yang mahabesar ini bagi Yesaya sekaligus memperlawankannya dengan kuasa kegelapan yang dialami bangsa-bangsa. Terang Tuhan yang kuat akan mengalahkan segala kegelapan yang dialami bangsa-bangsa.

St. Paulus dalam bacaan kedua menegaskan bahwa kasih karunia Allah menjadi nyata bagi semua orang. Bagi Paulus, kasih karunia Allah itu menyelamatkan semua manusia. Kasih karunia itu sendiri mendidik kita untuk meninggalkan hidup lama yang penuh kefasikan dengan hidup baru dalam kebijaksanaan, adil, beribadat sambil menantikan penggenapannya dalam kemuliaan Yesus Kristus. Yesus sendiri menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, milikNya sendiri, yang rajin berbuat baik.

Penginjil Lukas mengarahkan pandangan kita hanya kepada Yesus. Ia sungguh-sungguh masuk dalam sejarah hidup manusia. Dari Injil kita semua mengenal ibunya Maria dan ayahNya Yusuf dari keturunan Daud. Itu sebabnya Yesus disebut Anak Daud. Kelahiran Yesus Kristus juga bertepatan dengan sejarah dunia saat itu. Penginjil Lukas mengisahkan tentang adanya sensus penduduk yang dikehendaki Kaisar Agustus, bertepatan dengan kekuasaan Kireneus wali negeri Siria. Kisah seperti ini menegaskan rencana keselamatan Allah yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan manusia pada waktu yang tepat. Bersamaan dengan sejarah dunia, Yesus dilahirkan Bunda Maria dalam suasana yang sederhana di Betlehem. Ia dibungkus dengan kain lampin, dan dibaringkan di dalam palungan karena tidak ada tempat untuk menginap.

Penginjil Lukas juga mengisahkan tentang para saksi kelahiran Yesus. Pada umumnya mereka adalah orang-orang sederhana yakni para gembala yang menerima khabar sukacita dari Malaikat Tuhan. Berita sukacita yang dimaksudkan adalah: “Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan, di kota Daud.” Para Malaikat dan bala tentara surga memuji Allah: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi bagi orang yang berkenan kepadaNya”.

Natal di Betlehem digambarkan begitu sederhana. Yesus Anak Allah lahir dalam kesederhanaan. Itulah tanda pengosongan diriNya supaya membuat manusia menjadi anak-anak Allah. Pada zaman ini natal sudah menjadi perayaan komersil, penuh dengan kemewahan sehingga menyembunyikan  misteri kerendahan hati dari Allah yang kiranya akan menjadi kerendahan hati kita sebagai manusia. Natal tanpa ada nilai komersialnya bukan lagi natal. Coba bayangkan suasana di mall, dengan lagu-lagu natal, hiasan bernuansa merah putih ala Santa Klaus lebih banyak bertujuan komersil dan rendah nilai rohaninya. Tuhan Yesus yang lahir dalam kesederhanaan diperlawankan dengan suasana kemewahan seperti iklan di dalam Televisi, kebisingan mall dan restoran. Saya ingat Santo Fransiskus dari Asisi yang mempopulerkan adanya kandang natal supaya kita memiliki bayangan betapa sederhananya Tuhan di hadapan manusia.

Ketika masih belajar di Yerusalem, saya memiliki banyak kesempatan untuk mengunjungi Gereja Kelahiran Yesus di Betlehem. Setelah berkali-kali mengunjungi gereja itu saya menyadari bahwa pintu masuk ke dalam Gereja seharusnya tinggi sekitar lima atau enam meter. Bisa dibayangkan bahwa bukan hanya manusia tetapi hewan-hewan yang menjadi kendaraan manusia pun bisa masuk. Tetapi sekarang ini pintunya hanya setinggi satu meter lebih. Setiap orang yang mengunjungi tenpat itu harus membungkuk supaya bisa masuk ke dalamnya. Saya perlahan-lahan menyadari bahwa manusia yang sombong harus turun dari kendaraannya, membungkuk supaya bisa melihat Tuhan.

Perayaan natal akan bermakna ketika kita terbuka mata dan hati kita untuk memperhatikan sesama yang menderita. Kasih karunia Allah menjadi nyata di dalam diri sesama kita juga. Maka bayi Yesus yang lemah dan sederhana saat ini kita temukan di dalam diri saudara-saudara yang sedang menderita karena peperangan, mengalami musibah seperti banjir, mereka yang sakit, korban ketidakadilan sosial. Di dalam diri mereka yang hina kita memadang Yesus sendiri (Mat 25:40). Perayaan natal mengoreksi kesombongan manusiawi kita. Mari kita membungkuk supaya dapat memandang Yesus yang lemah di dalam diri saudara-saudari kita. Kasih karunia Allah nyata di dalam hidup anda dan saya. Selamat merayakan Natal.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, selamat datang ke dunia, selamat datang sang Penebus kami. Semoga kami juga merendahkan diri supaya dapat melayani saudara-saudara yang paling membutuhkan. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply