Homili Hari Raya Natal (Misa Siang) – 2013

Hari Raya Natal (Misa Siang)
Yes 52:7-10
Mzm 98: 1.2-3ab. 3cd-4.5-6
Ibr 1:1-6
Yoh 1:1-14

Allah berbicara melalui Yesus PutraNya

Selamat Hari Natal. Ini adalah ucapan selamat yang saya terima dari semalam hingga pagi ini. Ada banyak cara untuk mengungkapkan rasa sukacita natal. Dari ucapan selamat itu ada yang mengirim juga gambar bayi Yesus, pohon natal, gua natal dengan kata-kata yang indah. Tentu saja menyenangkan hati dan saya pun membalasnya dengan senang hati juga. Ada yang mungkin lebih mudah, menghemat waktu maka langsung memforward saja pesan yang ada sehingga nama pengirimnya juga berbeda. Inilah keindahan natal yang dirasakan dan diungkapkan oleh banyak orang.

Sambil menerima semua ucapan selamat itu, saya ingat kembali St. Fransiskus Asisi, seorang kudus yang mempopulerkan kandang natal. Pada tahun 1223 Fransiskus merayakan natal di Greccio. Ada bersamanya seekor lembu jantan dan keledai juga sebuah palungan yang biasanya diletakkan jerami untuk makanan ternak. Ia berdiri di antara lembu jantan dan keledai. Dia menjadikan palungan jerami sebagai altar. Hal simbolis yang mau dikatakan Fransiskus adalah ia mau menyatukan misteri inkarnasi dan paskah. Artinya kita merayakan natal berarti pada saat yang sama kita juga merayakan paskahnya. Bagi Fransiskus, sama seperti tempat di mana hewan memakan jerami, manusia juga menerima dari altar daging anak domba yang tidak bercela, Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Di atas altar terjadi pertemuan penuh kasih antara Tuhan yang mengasihi dan manusia yang menerima dan membalas kasih Tuhan.

Tuhan Yesus Kristus lahir dalam keluarga manusia. Ada silsilah keluarga yang jelas, demikian juga nama orang tua yaitu Maria dan Yusuf. Ia juga memiliki kewarganegaraan sebagai orang Yahudi berkebangsaan Romawi. KelahiranNya menunjukkan bahwa Ia mengambil rupa seorang anak yang lemah yang membutuhkan kasih sayang dari manusia. Ia sudah mengosongkan dirinya, menjadi miskin melampaui kemiskinan manusia. Dengan kata lain, di dalam kandang yang sederhana itu, Allah menunjukkan diriNya sebagai manusia yang membutuhkan kasih sayang manusia, posisi di dalam palungan sendiri menunjukkan bahwa Tuhan meminta kasih manusia, dalam hal ini kasih anda dan saya.

Pada zaman Perjanjian Lama, Allah menunjukkan diriNya hanya melalui nubuat-nubuat para nabi. Penulis surat kepada jemaat Ibrani mengatakan bahwa dengan pelbagai cara Allah sudah berulang kali Allah berbicara kepada manusia melalui para nabi. Tetapi anakNya sudah datang maka pada zaman ini Ia berbicara kepada manusia melalui perantaraan AnakNya yaitu Yesus Kristus. Oleh Yesus sang Putra, Allah sudah menciptakan alam semesta, Dialah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah. Dia juga yang mnyucikan manusia dari noda dosa dan pada saatnya yang tepat Ia kembali kepada Bapa dan duduk di sebelah kananNya. Semua Malaikat harus menyembah Dia karena Dia lebih besar dari mereka semua. Yesus sungguh-sungguh menjadi Putra dan Allah adalah Bapa karena Ia adalah Sabda atau logos dari Bapa yang menjadi daging dan tinggal bersama manusia.

Kita bersyukur karena Tuhan Yesus menjadi satu-satunya perantara kita kepada Bapa di Surga. Ia adalah terang yang menerangi kehidupan manusia. Dialah Sabda yang menjelma menjadi manusia dan tinggal bersama kita. Inilah waktu yang tepat kita merasakan kehadiranNya.

Doa: Tuhan, terima kasih atas kasihMu kepada kami melalui Yesus PuteraMu. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply