St. Fransiskus de Sales

St. Fransiskus dari Sales dalam Kata

St. Fransuskus de SalesUntuk menghormati St. Fransiskus dari Sales, Pelindung Kongregasi Salesian, maka saya mengutip ungkapan-ungkapannya yang terkenal berikut ini:

  1. Tak ada suatupun yang mendatangkan perbaikan pada yang lain sebanyak cinta kasih dan kelemah-lembutan, dengan mana, seperti minyak bagi lampu, nyala teladan baik terus dihidupkan.
  2. Karena adalah tidak mungkin dalam ziarah kita ini untuk tidak bertemu dan saling terlibat masalah satu sama lain, maka jika kita hendak memelihara kedamaian batin kita haruslah memiliki cadangan besar kelemah-lembutan untuk menangkal serangan kemarahan yang tak diharapkan.
  3. Apabila engkau harus mempersiapkan suatu rancangan, mendamaikan pertikaian, atau memenangkan hati orang pada pandanganmu, perhatikanlah untuk bersikap selembut mungkin. Kalian akan mencapai lebih banyak, dan mengatasi dengan lebih mudah, dengan mengalah dan merendahkan diri, daripada dengan kekerasan dan pertengkaran. Siapakah gerangan yang tidak tahu bahwa akan lebih banyak lalat yang dapat ditangkap dengan satu ons madu daripada dengan seratus tong cuka?
  4. Apabila engkau ingin menghasilkan buah dalam karya pertobatan jiwa-jiwa, engkau harus mencurahkan balsam kemanisan ke atas anggur semangatmu, agar anggur tidak terlalu keras, melainkan lembut, menenangkan, sabar, dan penuh belas kasihan. Sebab jiwa manusia begitu rupa hingga dengan kekerasan jiwa akan menjadi lebih keras, akan tetapi kelemah-lembutan akan sama sekali melembutkannya. Di samping itu, kita patut ingat bahwa Yesus Kristus datang untuk memberkati niat-niat baik, dan jika kita menyerahkannya pada kuasa-Nya, sedikit demi sedikit Ia akan menjadikannya berbuah.
  5. Barangsiapa membimbing jiwa-jiwa hendaknya menghadapi mereka sebagaimana Allah dan para malaikat melakukannya, yakni dengan teguran, nasehat, desakan dan “dengan segala kesabaran dan pengajaran”. Ia haruslah mengetuk pintu hati orang bagai sang Mempelai, dan berusaha membukanya dengan lembut: jika berhasil, hendaknya ia memperkenalkan keselamatan dengan gembira; tetapi jika penolakan yang ada, hendaknya ia menanggungnya dengan sabar. Demikianlah Tuhan kita bertindak. Meski Ia adalah Tuan dari segala hati, Ia dengan sabar menanggung penolakan panjang kita atas terang-Nya dan pemberontakan kita yang berulang-kali melawan inspirasi-inspirasi-Nya; dan bahkan jika Ia dipaksa untuk undur diri dari mereka yang tak hendak berjalan di jalan-Nya, Ia tak berhenti memperbaharui inspirasi-inspirasi dan undangan-undangan-Nya. Malaikat pelindung kita, juga, dengan tepat meneladani tindakan-Nya dalam hal ini; mereka membimbing, memimpin, dan menolong semampu mereka, orang-orang yang dipercayakan Allah kepada mereka, dan ketika mereka melihat orang-orang ini tetap tegar hati, mereka tidak meninggalkan mereka, pula tidak mengalami baik kesedihan maupun kemarahan, pula tidak kehilangan kekudusan mereka sedikitpun. Sekarang, teladan apa lagi yang lebih baik dari mereka yang dapat kita inginkan bagi perilaku kita sendiri?
  6. Adalah sangat penting membuat percakapan kita ramah. Guna melakukannya adalah perlu kita rendah hati, sabar, menaruh hormat, tulus, tunduk pada segala norma yang berlaku. Di atas segalanya, haruslah kita menghindari pertentangan pendapat dengan siapapun, terkecuali ada kebutuhan mendesak untuk itu. Dalam hal demikian, itu haruslah dilakukan dengan segala kelemah-lembutan yang mungkin, dan dengan sebijaksana mungkin, tanpa melukai perasaan pihak lain. Dengan cara ini akan dihindarkan pertikaian yang hanya akan mengakibatkan kepahitan, dan yang biasanya muncul lebih karena keterikatan pada pendapat sendiri daripada kasih akan kebenaran. Percayalah, bahwa tidak ada disposisi yang terlebih merusak bagi masyarakat daripada yang diakibatkan oleh pertentangan – sehingga tak ada orang yang pada umumnya lebih dikasihi daripada dia yang tidak menentang siapapun.
  7. Marilah berusaha untuk ramah, baik, dan rendah hati terhadap semua orang, tetapi teristimewa terhadap mereka yang Allah tempatkan dekat dengan kita, misalnya para pembantu kita. Dan janganlah kita menjadi seorang dari mereka yang tampak bagai malaikat di luar tetapi menjadi iblis di rumah.
  8. Kendalikanlah ketidaksabaranmu; latihlah, tak hanya seturut akal, melainkan bahkan di luar akal, sopan santun yang kudus dan kebaikan hati terhadap semua orang, tetapi teristimewa terhadap mereka yang paling menjengkelkanmu.
  9. Tingkat tertinggi kelemah-lembutan terdiri dari melihat, melayani, menghormati, dan memperlakukan orang dengan ramah, terkadang, bahkan terhadap mereka yang tidak kita sukai, dan yang bersikap tak bersahabat, tak tahu terima kasih, dan menjengkelkan kita.
  10. Janganlah pernah engkau kecewa melihat ketidaksempurnaanmu sendiri, terkecuali dengan kekecewaan yang rendah hati, tenang, dan damai, tanpa emosional dan amarah; sebab jenis yang terakhir ini lebih mengakibatkan celaka daripada kebaikan.
  11. Bersikaplah lemah-lembut dan ramah tamah di tengah segala kesibukanmu, sebab semua orang mengharapkan teladan baik ini darimu.
  12. Ketahuilah dan yakinlah bahwa segala pemikiran yang menimbulkan kegelisahan dan kegalauan pikiran sama sekali bukan berasal dari Allah, yang adalah Raja Damai; tetapi selalu berasal entah dari iblis, atau dari cinta diri, atau dari kebanggaan diri. Inilah ketiga sumber darimana segala kegalauan kita berasal. Sebab itu, ketika pemikiran macam itu datang kepada kita, hendaknyalah kita menolaknya seketika itu juga dan tidak menghiraukannya.
  13. Kelemah-lembutan yang bersahaja adalah keutamaan dari segala keutamaan yang Tuhan kita anjurkan kepada kita, dan karenanya kita patut mempraktekkannya di manapun dan kapanpun. Kejahatan hendaknya dielakkan, namun dengan damai. Yang baik hendaknya dilakukan, namun dengan kelembutan. Terapkan ini sebagai pedoman: Lakukan apa yang kau lihat dapat dilakukan dengan cinta kasih, dan apa yang tak dapat dilakukan tanpa keributan, tinggalkan. Singkat kata, damai dan ketenangan hati hendaknya menjadi yang utama dalam segala tindakanmu, sebagaimana minyak zaitun mengapung di atas segala cairan.
  14. Sebisa mungkin, janganlah pernah meledak dalam amarah atau membiarkan dalih apapun membuka baginya pintu hatimu; sebab begitu amarah masuk ke sana, ia tiada akan berada dalam kuasamu untuk mengusirnya ketika engkau menghendakinya, atau bahkan mengendalikannya. Apabila engkau melihat bahwa melalui kelemahanmu amarah telah beroleh pijakan dalam rohmu, segeralah himpun segenap kekuatanmu untuk membangun damai dan ketenangan. Akan tetapi ini haruslah dilakukan dengan tenang dan jangan pernah dengan kekerasan; sebab adalah sungguh penting untuk tidak membuat luka meradang.
  15. Obat penawar kemarahan adalah: 1. Mencegah pergerakannya, jika mungkin, atau setidaknya mengesampingkannya segera, dengan mengalihkan pikiran pada sesuatu yang lain. 2. Seturut teladan para rasul ketika mereka melihat samudera mengamuk, memohon pertolongan kepada Tuhan agar berkenan memberikan kedamaian hati. 3. Sepanjang hati panas, tidak berbicara, pun tidak mengambil tindakan apapun mengenai perkara tersebut. 4. Berupaya melakukan tindakan kebaikan dan kerendahan hati kepada orang yang marah, teristimewa sebagai silih atas sikapnya. Biasakanlah hatimu untuk taat, patuh, tunduk dan siap mengalah sepenuhnya seturut ketentuan, demi kasih kepada Tuhan-mu yang termanis; maka engkau akan menjadi seperti merpati, yang menerima segala warna-warni yang diberikan matahari kepadanya. Untuk tujuan ini, tempatkanlah jiwamu setiap pagi dalam sikap kerendahan hati, ketenangan, dan kemanisan, dan perhatikanlah dari waktu ke waktu sepanjang hari adakah jiwa telah menjadi kusut dalam kasih demi apapun; dan apabila jiwa tidak damai, lepas, dan tenang, biarlah jiwa beristrahat.
  16. Sarana terpenting untuk memperoleh kelemah-lembutan batin adalah dengan membiasakan diri untuk melakukan segala tindakan kita dan mengucapkan segala perkataan kita, entah penting atau tidak, dengan tenang dan lemah-lembut. Lipatgandakanlah tindakan-tindakan ini sebanyak mungkin pada masa ketenangan, maka engkau akan membiasakan hatimu pada kelemah-lembutan.
  17. Guna menjaga jiwa agar terus-menerus dalam keadaan tenang dan lemah-lembut, adalah perlu untuk melakukan setiap tindakan sebagai dilakukan di hadapan Allah, dan seolah Allah Sendiri yang telah menetapkannya.

Semoga semua ungkapan ini membantu pertumbuhan iman kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply