Homili 24 Januari 2014

Hari Jumat, Pekan Biasa II

1Sam 24:3-21

Mzm 57:2.3-4.6.11

Mrk 3:13-19

 

Perbuatan Baik itu mengalahkan Kejahatan

 

Fr. JohnBanyak di antara kita pernah menonton film animasi Frozen. Di dalam Film itu terdapat dua bersaudara di Kerajaan Arendelle yakni Elza dan Anna. Elza lahir dengan kekuatan gaib di dalam dirinya yakni kekuatan es untuk membekukan sesuatu di sekitarnya. Ia pernah bermain-main bersama Anna dan tanpa sadar ia menyihir Anna sehingga menjadi beku. Setelah Ana disembuhkan oleh dukun, kedua kakak beradik ini disarankan untuk tinggal terpisah, masing-masing di kamar mereka. Elza banyak hidup menyendiri karena takut menjadikan orang lain sebagai korban. Orang tua mereka pun meninggal dunia maka tampuk pemerintahan harus dialihkan kepada Elza yang sudah beranjak remaja. Hari pengangkatan Elza pun tiba. Banyak orang dari luar yang datang untuk mengikuti upacara itu. Pada waktu itu datanglah juga seorang pangeran bernama Hans yang memikat hati Ana. Cinta lokal dan kilat pun terjalan dan mereka cepat-cepat mau menikah pada hari itu juga. Elza mengatakan tidak tetapi Ana tetap mau menikah dengan pangeran Hans. Maka terjadilah Elza tanpa sadar mengeluarkan sihirnya sehingga seluruh kerajaan mengalami musibah badai salju. Ia meninggalkan istana dan pergi ke gunung untuk hidup menyendiri.

Ana meminta Hans untuk menjaga istana. Ia pergi mengembara untuk mencari kakaknya Elza supaya bisa memulihkan kembali kerajaan yang beku. Ia bertemu dengan seorang saudagar yang baik bernama Kristoff. Usaha dengan perjuangan besar itu hasilnya adalah sia-sia saja. Elza tetap menolak bahkan mengancam adiknya dengan sihir-sihirnya. Ana tetap mencari Elza untuk bisa menyelamatkan kerajaan yang semakin dingin dan membeku. Seiring dengan perjalanan waktu Ana dikatakan sedang mencari “Love at the first sight”. Dalam pikiran Ana mungkin pangeran Hans yang dimaksudkan dengan cinta dalam pandangan pertama itu. Pada akhir cerita dikisahkan bahwa act of true love adalah Ana yang selama itu menjadi korban selalu mengasihi kakaknya Elza yang jahat. Ketika Elza hendak dibunuh oleh Hans, Analah yang menangkap tangan Hans sehingga Elza tidak dibunuh. Ana menjadi beku tetapi disembuhkan oleh Elza. Kebaikan selalu mengalahkan kejahatan. Act of true love adalah ketika seorang selalu berbuat baik dan melupakan semua kejahatan yang pernah dialami dari orang tersebut.

Hari ini kita mendengar kisah lanjutan Raja Saul dan Daud. Raja Saul diliputi rasa iri hati, benci, dan cemburu karena ketika Daud pulang dari medan laga, orang-orang menyambutnya dengan pekikan kaum wanita: “Saul mengalahkan beribu-ribu orang, Daud mengalahkan berlaksa-laksa orang”. Agaknya orang lebih mengeluhkan Daud sang gembala sederhana dari pada Saul sendiri sebagai raja. Saul pun berencana untuk membunuh Daud. Untungnya adalah Yonathan anak Saul mau melindungi Daud sehingga ia berhasil mempengaruhi ayahnya untuk tidak membunuh Daud. Daud pun bekerja pada Saul.

Mulut boleh berbicara bahwa mengasihi, mengampuni tetapi hati bisa berbicara yang lain. Pada suatu hari yang lain Saul mengambil 3000 orang pilihan dari seluruh Israel untuk mencari Daud dan orang-orangnya di gunung Kambing Hutan. Pada saat itu Daud dan orang-orangnya bersembunyi di dalam gua dekat kandang-kandang domba. Saul masuk ke dalam gua, tanpa mengetahui bahwa Daud dan orang-orangnya ada di dalam gua. Daud berhasil memotong ujung mantel Saul tetapi hatinya berdebar-debar diliputi rasa bersalah. Padahal orang-orang yang bersama Daud mengatakan bahwa Tuhan menyerahkan musuhnya ke dalam tangannya maka ia boleh melakukan apa saja yang dianggap baik. Namun Daud tetap menghormati Saul karena ia diurapi oleh Tuhan. Oleh karena itu Daud juga tidak berniat untuk menyerang dan membunuh Saul.

Daud memberanikan dirinya untuk keluar dari gua dan berbicara dengan Saul. Inilah ungkapan hati Daud penuh dengan pengampunan kepada Saul:

“Tuanku Raja, mengapa engkau mendengarkan perkataan orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya Daud mengikhtiarkan celakamu? Ketahuilah, pada hari ini matamu sendiri melihat, bahwa Tuhan sekarang menyerahkan engkau ke dalam tanganku dalam gua itu; ada orang yang telah menyuruh aku membunuh engkau, tetapi aku merasa sayang kepadamu karena pikirku: Aku tidak akan menjamah tuanku itu, sebab dialah orang yang diurapi Tuhan. Lihatlah dahulu, ayahku, lihatlah kiranya punca jubahmu dalam tanganku ini! Sebab dari kenyataan bahwa aku memotong punca jubahmu dengan tidak membunuh engkau, dapatlah kauketahui dan kaulihat, bahwa tanganku bersih dari pada kejahatan dan pengkhianatan, dan bahwa aku tidak berbuat dosa terhadap engkau, walaupun engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku. Tuhan kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau, Tuhan kiranya membalaskan aku kepadamu, tetapi tanganku tidak akan memukul engkau; seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan. Tetapi tanganku tidak akan memukul engkau. Terhadap siapakah raja Israel keluar berperang? Siapakah yang kaukejar? Anjing mati! Seekor kutu saja!Sebab itu Tuhan kiranya menjadi hakim yang memutuskan antara aku dan engkau; Dia kiranya memperhatikannya, memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku dengan melepaskan aku dari tanganmu.” (1 Sam 24: 10-16).

Saul mendengar semua perkataan Daud maka menangislah ia. Ia berkata: “Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu. Telah kautunjukkan pada hari ini, betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun Tuhan telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku. Apabila seseorang mendapat musuhnya, masakan dilepaskannya dia berjalan dengan selamat? Tuhan kiranya membalaskan kepadamu kebaikan ganti apa yang kaulakukan kepadaku pada hari ini. Oleh karena itu, sesungguhnya aku tahu, bahwa engkau pasti menjadi raja dan jabatan raja Israel akan tetap kokoh dalam tanganmu. Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku demi Tuhan, bahwa engkau tidak akan melenyapkan keturunanku dan tidak akan menghapuskan namaku dari kaum keluargaku.” (1Sam 24: 17-21).

Lihatlah karya Tuhan di dalam diri Daud. Meskipun Saul selalu memiliki rencana yang jahat namun Daud tetap menunjukkan act of true love yakni mengasihi musuh. Pengalaman Daud ini sangat Kristiani dalam arti membantu kita untuk berumbuh dalam kasih dan pengampunan kepada sesama. Musuh sekalipun harus diampuni, yang menganiaya didoakan!

Tuhan Yesus memanggil para muridNya untuk menjadi tanda dan pembawa kasih kepada semua orang sampai ke ujung bumi. Dialah yang memanggil sesuai kehendakNya dua belas orang dari ribuan orang yang mengikutiNya, menetapkan dan menyertai mereka untuk mewartakan Injil. Tuhan tidak hanya mempercayakan misiNya kepada kedua belas rasul tetapi mereka menjadi dasar bagi Gereja sehingga pada zaman ini karya yang sama tetap dilanjutkan hingga akhir zaman. Gereja saat ini juga tetap merasakan penyertaan Tuhan.

Hari ini kita merayakan pesta St. Fransiskus dari Sales, pujangga cinta kasih dan kerendahan hati. Ia menjadi rasul iman di daerah yang dikuasai kaum protestan. Dengan usaha dan kerja keras, tanpa takut tetapi dengan kasih dan kerendahan hati, ia memenangkan hati banyak orang. Mereka bertobat dan kembali ke dalam pangkuan Gereja katolik. Mari kita belajar untuk selalu berbuat baik kapan dan di mana saja. Sikap Daud terhadap Saul sangatlah mendidik kita untuk saling mengasihi dan mengampuni.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk mampu mengasihi musuh-musuh di dalam hidup kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply