Homili 6 Februari 2014

Hari Kamis, Pekan Biasa IV

St. Paulus Miki,

1Raj 2:1-4,10-12;

Mzm (1Taw) 29:10,11ab,11d-12a,12bcd;

Mrk. 6:7-13

 

Kuatkanlah hatimu!

 

Fr. JohnPada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan peringatan Para martir dari Jepang yakni St. Paul Miki dan kawan-kawan. Dikisahkan bahwa pada tahun 1588, penguasa Jepang memerintahkan  agar para misionaris yang sedang berkarya di sana segera meninggalkan negeri itu. Perintah itu baru terwujud pada tahun 1597. Pada tahun tersebut para martir-martir pribumi mulai ditangkap dan dibunuh. Bersamaan dengan para martir pribumi terdapat 6 orang misionaris Spanyol dari ordo St. Fransiskus. Para martir pribumi berjumlah 20 orang, salah satunya bernama Paulus Miki, imam Yesuit pertama dari Jepang. Dua orang lain yang nama mereka dikenal sebagai guru agama yaitu Yohanes Goto dan Yakobus Kisai. Mereka berdua juga sudah terdaftar sebagai novis Serikat Yesus di Miako.

Penyiksaan mereka sangat kejam. Telinga mereka disayat, tubuh mereka disesah hingga memar dan berdarah lalu di giring di kota sebagai tontonan umum. Paulus Miki menulis sebuah surat kepada penguasa Jepang yang bunyinya: “Apakah dengan penyiksaan ini kalian sangup merampas harta dan kemuliaan yang telah diberikan Tuhan kepada kami? Seyogianya kamu harus bergembira dan mengucap syukur atas kemuliaan yang diberikan Tuhan kepada kami”. Paulus Miki dan kawan-kawannya disalibkan di pinggir kota Nagasaki.

Para martir adalah abdi Tuhan yang setia selamanya. Bacaan pertama dari Kitab pertama Raja-Raja mengisahkan tentang kematian Daud. Kita semua tahu siapakah Daud itu. Hidupnya selalu bersama dengan Tuhan. Sejak dipilih Tuhan dan diurapi oleh Samuel, Daud adalah gembala sederhana yang menjadi seorang abdi Tuhan, prajurit bahkan menjadi raja yang gagah perkasa. Di balik kejayaannya itu, ia juga memiliki banyak kelemahan emosional dan afektif. Ia banyak kali lupa mengandalkan Tuhan sehingga lebih banyak mengandalkan dirinya sendiri. Dari banyaknya kelemahan yang dimilikinya, ia juga cepat sadar dan memohon pengampunan dari Tuhan. Ia selalu berusaha untuk bersatu dengan Tuhan.

Ketika merasa bahwa tiba saatnya untuk menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia memanggil Salomo anaknya untuk mendekatinya. Inilah pesan Daud kepada Salomo: “Aku ini akan menempuh jalan segala yang fana, maka kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki. Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju, dan supaya Tuhan menepati janji yang diucapkan-Nya tentang aku, yakni: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapan-Ku dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel”. (1Raj 2:1-4).

Pesan singkat dari seorang ayah bagi anaknya sangat  menarik perhatian kita. Daud mengingatkan Salomo untuk memiliki hati yang kuat, tekun dalam melakukan tugas-tugasnya dan mematuhi perintah-perintah Tuhan. Nasihat-nasihat Daud kepada Salomo anaknya menunjukkan kedekatan dirinya dengan Tuhan dan sesama. Ia tidak pernah mersa sendirian tetapi selalu bersama dengan Tuhan. Pengalaman akan Allah di dalam diri Daud mau ditularkan kepada Salomo puteranya. Janji Tuhan sungguh-sungguh dipenuhi. Salomo menjadi raja yang bijaksana menggantikan ayahnya Daud, raja kuat dan perkasa serta abdi Tuhan.

Di dalam bacaan Injil, kita mendengar kisah Yesus mengutus para rasulNya untuk pergi berdua-dua. Tuhan Yesus melengkapi mereka dengan senjata yaitu RohNya untuk menguasai roh-roh jahat. Untuk menjadi rasul sejati mereka diingatkan untuk menghayati hidup sederhana dengan tidak membawa apa-apa dalam perjalanan. Ketika orang tidak memiliki apa-apa ia akan berpasrah hanya kepada Tuhan. Para rasul mentaati Yesus dan melayani atas nama Yesus. Mereka mewartakan seruan tobat, mengusir banyak setan, mengoles minyak kepada orang sakit dan menyembuhkan mereka. Dari perikop Injil ini kita diingatkan pada sakramen-sakramen yang selalu diterima di dalam Gereja. Para rasul diutus untuk mewartakan seruan tobat. Tentu saja dimulai dengan sakramen pembaptisan, sakramen tobat dan pengurapan orang sakit. Gereja tetap memiliki warisan luhur para rasul ini dan mempraktikkannya secara nyata.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengajak kita untuk bertumbuh menjadi pribadi yang setia kepada Tuhan. Daud dengan segala kelebihan dan kekurangannya menunjukkan kesetiaannya kepada Tuhan dengan mengabdi Tuhan selama lebih kurang 40 tahun. Mungkin banyak kali kita cepat putus asa dan mengadili diri kita sebagai pribadi yang tidak sempurna, dna kita lupa sehingga tidak memohon pengampunan dari Tuhan. Daud mengajar kita dengan cara yang berbeda. Ketika jatuh dalam dosa, sadarilah dan mohonlah pengampunan dari Tuhan. Kita juga disadarkan untuk setia dalam panggilan seperti para rasul. Mereka diutus oleh Yesus Kristus dan kita juga hendaknya merasakan perutusanNya. Utusan Tuhan yang baik akan melayani Tuhan dengan segenap hatinya hingga tuntas. Para martir Jepang menginspirasikan kita untik setia sampai selama-lamanaya. Mereka menjadi biji jagung yang dapat memberi makan kepada banyak orang. Apakah kita juga dapat menjadi biji jagung yang dapat memberi kekuatan, hidup baru kepada sesama?

Doa: Tuhan, jadikanlah kami saksi-saksimu yang setia seperti Daud hambaMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply